Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM IRIGASI DAN DRAINASE

AUDIT SISTEM IRIGASI

Kelompok C4:

Caesaratri F

(105040201111025)

Bahrur Rozzi Adiguna

(105040201111038)

Norma Winda Riyani

(105040201111052)

Ade Syahrizal

(105040201111065)

Dahlia Novitasari

(105040201111078)

Carina Hesti Ratri

(105040201111079)

Hadi Purnomo

(105040201111092)

Hafidz Yudha Trinata

(105040201111093)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pertanian bahwa irigasi dan drainase merupakan suatu sub system pertanian
yang sangat penting. Jika salah satunya tidak terpenuhi maka pertanian tidak akan
berjalan. Irigasi merupakan proses pemberian air sedangkan drainase adalah proses
pembuangan air.
Ilmu drainase sangat dibutuhkan untuk perbaikan drainase yang telah ada, karena
seperti yang diketahui bahwa beberapa daerah diIndonesia mengalami kebanjiran salah
satu diantara penyebabnya adalah drainase yang kurang baik. oleh karena itu, sebagai
mahasiwa teknik pertanian harus mampu dan memahami jenis jenis drainase sehingga
mampu menerapkan drainase dengan tepat.
1.2 Tujuan
1.2.1

1.2.2

Untuk mengetahui cara audit sistem irigasi dengan cara Uji Keseragaman Irigasi
dengan 2 metode yaitu menghitung Koefisien Distribusi Keseragaman dan
menghitung dengan metode Koefisien Keseragaman Christianmen
Untuk mengetahui indeks irigasi

1.3 Manfaat
Dari praktikum audit sistem irigasi kali ini kita bisa mengetahui cara audit sistem
irigasi dengan cara Uji Keseragaman Irigasi dengan 2 metode yaitu menghitung
Koefisien Distribusi Keseragaman dan menghitung dengan metode Koefisien
Keseragaman Christianmen dan juga mengetahui indeks irigasidari alat tersebut terhadap
suatu lahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Irigasi dan Drainase

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanaman


untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman (Hansen, dkk., 1992).

Irigasi berarti memberikan tambahan air pada saat-saat cadangan air di


dalam tanah tidak mencukupi (Aak,1983).

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan
irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan
tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik
bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses
utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi
tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat
kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan (Anonymousa, 2012).

Drainase adalah sistem saluran pembuangan air hujan yang menampung dan
mengalirkan air hujan dan air buangan yang berasal dari daerah terbuka maupun dari
daerah terbangun (Anonymousb, 2012).

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia (Anonymousc, 2012 ).

2.2 Macam-Macam Metode Irigasi

Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air,


sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi 1990), sebagai berikut :
1. Sistem irigasi permukaan (surface irrigation system)
Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan
dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara
terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas
dan penggenangan. Dalam hal. ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan
peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan
datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai
efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol. Gambar 1.2 memberi
ilustrasi mengenai sistem irigasi dengan peluapan dan penggenangan bebas.

Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan secara


terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan menggunakan
bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan peluapan ke dalam
petakpetak lahan beririgasi. Jenis bangunan penangkap bermacam-macam,
diantaranya adalah (1) bendung, (2) intake, dan (3) stasiun pompa. Ilustrasi sistem
irigasi permukaan dengan peluapan dan penggenangan terkendali dapat dilihat pada
Gambar 1.3.

2. Sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system)


Sistem irigasi bawah permukaan dapat dilakukan dengan meresapkan air ke
dalam tanah di bawah zona perakaran melalui sistem saluran terbuka ataupun dengan
menggunakan pipa porus. Lengas tanah digerakkan oleh gaya kapiler menuju zona
perakaran dan selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman. Gambar 1.4 memberikan
ilustrasi mengenai sistem irigasi bawah permukaan.

3. Sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system)


Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam
pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada
permukaan tanah. Cara pemancaran dapat dilakukan dengan berbagai variasi, antara
lain dengan menggunakan pipa porus ataupun menggunakan alat pancar yang bisa
berputar. Untuk dapat memberikan siraman yang merata sering digunakan alat pancar
yang diletakkan di atas kereta dan dapat berpindah-pindah. Gambar 1.5 memberikan
ilustrasi salah satu alat irigasi dengan pancaran.

4. Sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).


Sistem irigasi tetes sering disebut dengan trickle irrigation atau kadangkadang drip irrigation. Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan
pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah.
Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak
begitu besar. Gambar 1.6 memberikan Ilustrasi mengenai sistem irigasi tetes.

Memperhatikan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sistem irigasi


merupakan suatu ilmu dan seni yang menyangkut berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu
tanah, pertanian, hidrologi, hidraulika, sosial, dan ilmu ekonomi. Peranan sistem
irigasi sangat penting dalam rangka penyediaan, pemberian dan pengelolaan air yang
optimal menuju peningkatan produksi pertanian, lebih khusus lagi peningkatan bahan
pangan. Kecenderungan peningkatan kebutuhan bahan pangan selalu mengikuti
pesatnya pertumbuhan penduduk. Upaya untuk meningkatkan produksi lahan irigasi
per satuan luas merupakan hal yang sangat penting.
Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi,
klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman, sosial ekonomi dan
budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang
akan diharapkan (Sudjarwadi, 1990).

2.3 Keunggulan dan Kekurangan Masing-Masing Metode Irigasi


a. Metode Irigasi Permukaan
Salah satu jenis dari sistem irigasi permukaan adalah irigasi alur yang
dilakukan dengan mengalirkan air melalui alur-alur atau saluran kecil yang dibuat
searah atau memotong slope. Air masuk ke dalam permukaan tanah dari dasar alur
dan dinding alur. Teknik ini cocok untuk tanah berderet dengan tekstur medium
sampai halus untuk mengalirkan air vertikal dan horisontal. Desain irigasi alur
meliputi panjang alur, jarak antar alur, dan kedalaman alur. Panjang alur berkisar 100200 m dengan memperhatikan perkolasi dan erosi. Jarak antar alur 1-2 m tergantung
jenis tanaman dan sifat tanah. Kedalaman alur 20-30 cm untuk memudahkan
pengendalian dan penetrasi air. Kelebihan dari irigasi alur ini adalah mengurangi
kehilangan akibat evaporasi, mengurangi pelumpuran tanah berat, dan mempercepat
pengolahan tanah setelah pemberian air. Irigasi alur cocok untuk memberikan air pada
tanaman yang mudah rusak bila bagian tanamannya terkena air.

Beberapa keuntungan dan kerugian menggunakan sistem irigasi alur,


keuntungannnya adalah sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang mengalir
ke dalam lahan akan meresap ke dalam tanah dan membasahai daerah perakaran
untuk dipergunakan oleh tanah secara efektif, efisiensi pemakaian air lebih besar
dibanding dengan irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan (border). Sedangkan
kekurangannya, adanya akumulasi garam disepanjang alur, waktu untuk membuat alur
lebih lama, erosi tanah di sepanjang alur cukup tinggi, serta sulit dikontrol secara
otomatis terutama pemberian air yang seragam sepanjang alur (Anonymouse, 2012).
b. Metode Irigasi Bawah Permukaan
Kelebihan :

Air dapat langsung menuju akar


Biaya yang diperlukan tidak tinggi
Dapat menghemat air
Meningkatkan hasil dengan menghilangkan penguapan permukaan air
Mengurangi kejadian penyakit dan gulma

Kekurangan :

Untuk pembuatan saluran cukup sulit


Membutuhkan waktu yang lama (Baradust, 2009).

c. Metode Irigasi Sprinkle


Kelebihan:
Sesuai untuk daerah dengan totopgrafi kurang teratur dan profil tanah relative
dangkal
Tidak memerlukan jaringan saluran sehingga secara tidak langsung akan
menambah luas lahan produktif serta terhindar dari masalah gulma air.
Cocok untuk lahan pertanian dengan tanah bertekstur pasir tanpa menimbulkan
masalah kehilangan air melalui perkolasi.
Sesuai untuk daerah dengan sumber atau persediaan air yang terbatas, mengingat
kebutuhan air pada irigasi curah relative sedikit.
Sesuai untuk lahan berlereng tanpa menimbulkan masalah erosi yang dapat
mengurangi tingkat kesuburan tanah
Dapat dipergunakan di samping memenuhi kebutuhan air tanaman, juga untuk
pemupukan dan pemberantasan hama penyakit tanaman

Kekeurangan:
Memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang cukup tinggi antara lain
untuk operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil.
Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat
efisiensi yang tinggi. (Anonymousf, 2012)

d. Metode Irigasi Tetes/ Drip


Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu:
Meningkatkan nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan
dengan metode lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang
bersifat local dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran
permukaan dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah
yang dibasahi hanya terbatas disekitar tanaman.
Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini
dan kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian
Pemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi,
sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi
pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari
daerah perakaran.
Menekan pertumbuhan gulma
Pemerian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan.
Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga
tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja
pada pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat
dikurangi.
Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah sebagai
berikut:
Memerlukan perawatan yang intensif
Penyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi
tetes, karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu
diperlukan perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko
penyumbatan dapat diperkecil.
Penumpukan garam
Bila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang
kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.
Membatasi pertumbuhan tanaman
Pemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air
bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.
Keterbatasan biaya dan teknik

Sistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya.


Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan
memeliharanya (Anonymousd, 2012)
2.4 Audit Sistem Irigasi

Audit pengelolaan irigasi adalah kegiatan pemeriksaan kinerja pengelolaan irigasi


yang meliputi aspek organisasi, teknis, dan keuangan, sebagai bahan evaluasi
manajemen aset irigasi (Baradust, 2009).

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


a. Waktu :
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 12 Mei 2012
Pukul
: 12.30 14.00 WIB
b. Tempat : Lapangan Landungsari

3.2 Langkah Kerja Praktikum

SPPaaiasdpaaknalganhWaAanladytaahn agtd iug uGnealaksa n


PNJAikamyadataaeltrdilkuapapaanastdapwaneadbrtaaeehlbrysetaearnbagnupsituarddgaihabstaiidgabiketreurkpeanasApirrminakklae rmybailndgankuiksuarrairnyajangr Tkertam pung pada w adah at u gelas dengan
CdHAH qaaitntsuialBgbpheakardosunaieplfiatsiriekyn-aknegse ra g a m a n y a
umsjaenendntgugekkmuanpuiakakaaanknnttiyarkbauuupmnagduaklurh 5 m
steartta meprtuenngtu
dlaepnograann ru m u s D U d a n K C

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

No
1

Kode
C1.1
C1.2
C1.3
C1.4
C2.1
C2.2
C2.3
C2.4
C3.1
C3.2
C3.3
C3.4
C4.1
C4.2
C4.3
C4.4
C5.1
C5.2
C5.3
C5.4

Volume
13
20
25
32
21
22
26
30
4
4
2
4
-

No
1

Kode
C1.1
C1.2
C1.3
C1.4
C2.1
C2.2
C2.3
C2.4
C3.1
C3.2
C3.3
C3.4
C4.1
C4.2
C4.3
C4.4
C5.1
C5.2
C5.3
C5.4

Volume
26,5
23
36
32
29
39
44
45
13
17
23
35
0

No
1

4.2 Tingkat Rata-rata Curahan Air dari Sistem Irigasi


Xrata-rata = volume = 21,01875
n
4.3 Uji Keseragaman Irigasi
4.3.1 Koefisien Distribusi Keragaman

DU =

( M 25 x 100)
M
42 x 100
21,01875

= 199,917%

Kode
C1.1
C1.2
C1.3
C1.4
C2.1
C2.2
C2.3
C2.4
C3.1
C3.2
C3.3
C3.4
C4.1
C4.2
C4.3
C4.4
C5.1
C5.2
C5.3
C5.4

Volume
7
10
2
39
40
40
44
53
52
49
42
44
44
45
50
-

No
1

Kode
C1.1
C1.2
C1.3
C1.4
C2.1
C2.2
C2.3
C2.4
C3.1
C3.2
C3.3
C3.4
C4.1
C4.2
C4.3
C4.4
C5.1
C5.2
C5.3
C5.4

Volume
36
38
42
45
43
44
57
57
56
53
56
38
-

4.3.2 Koefisien Keseragaman Christiansen


Cu = (1 Md) (M x n) x 100%
= (1 590,99) (21,01875 x 80) x 100%
= (-589,99) (1.681,5) (100%)
= -99.206.818,5%
4.4 Indeks Irigasi
4.5 Pembahasan

BAB V
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta.


Anonymousa. 2012. Irigasi. http://blog.ub.ac.id/evananp. Diakses tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousb.
2012.
Rekayasa
Drainase.
http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/04/07
/rekaya-drainase/.
Diakses
tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousc. 2012. Drainase. http://id.wikipedia.org/wiki/Drainase. Diakses tanggal 23 Mei
2012.
Anonymousd. 2012. Teknologi Irigasi Tetes. http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/pdf/
Topik%2012%20Kuliah-irigasi%20tetes%20-asep-prastowo.pdf. Diakses tanggal 23
Mei 2012.
Anonymouse. 2012. Irigasi Tetes. catetankuliah.blogspot.com/2011/03/irigasi-tetes-dripirrigation.html. Diakses tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousf. 2012. Irigasi Curah. http://www.slideshare.net/grusmayadi/irigasicurah-gtr. Diakses tanggal 23 Mei 2012.
Baradust, W. 2009. Sistem Irigasi. http://heatneo.blogspot.com/2009/06/sistem-irigasi.html.
Diakses tanggal 23 Mei 2012.
Hansen, V. E., dkk, 1992. Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga. Jakarta.
Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai