Anda di halaman 1dari 30

TEGANGAN ALIR

Dalam proses pembentukan, diberikan tegangan sehingga


terjadi deformasi plastis. Tahanan atau perlawanan logam
terhadap deformasi plastis disebut tegangan alir.
Jadi tegangan alir adalah sifat logam yang menyatakan
ketahanan material terhadap perubahan bentuk.
Istilah tegangan alir (flow stress) berasal dari
pengertian adanya aliran logam saat deformasi dari satu
bentuk ke bentuk lain.
Agar terjadi perubahan bentuk plastis, tegangan yang
diberikan harus mencapai tegangan alir material saat
diproses. Dalam diagram tegangan-regangan, tegangan alir
dinyatakan di sepanjang kurva-kurva pada daerah plastis.

TEGANGAN ALIR

Perbandingan
perencanaan
proses
pembentukan
dan
perencanaan konstruksi.
Perencanaan konstruksi: harus dapat menahan beban tanpa
mengalami perubahan bentuk permanen. Maka batas paling
atas tegangan yang bekerja adalah batas luluh material (yield
point).
Perencanaan pembentukan: bertujuan untuk menghasilkan
logam pada deformasi plastis maka tegangan yang diberikan
harus mencapai dan melampaui batas luluh material yang
diproses. Berarti benda kerja diberikan gaya agar tegangan yang
bekerja mencapai harga tegangan alir material.
Dari uraian diatas bahwa kekuatan material atau lebih tepatnya
tegangan alir material akan turut menentukan besarnya gaya
pembentukan yang diperlukan.

CARA PENGUJIAN MEKANIK YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMPEROLEH DATA


TEGANGAN ALIR

Pengujian mekanik:
Dengan uji tarik, uji tekan ataupun uji puntir
dapat diperoleh data tegangan alir yaitu
dalam bentuk kurva alir (flow curve).
Ada
pula
metoda
lain
yang
khusus
dikembangkan untuk mendapatkan data
tegangan alir yang sesuai untuk beberapa
proses seperti uji tekan regangan bidang
(plane strain compression test) dan uji tekan
dengan cam plastometer.

UJI TARIK

Umumnya spesimen uji tarik dibuat dengan


bentuk dan ukuran standar misal ASTM, JIS,
DIN, BAS, AFNOR, SII, dst.
Uji tarik dilakukan dengan menggerakkan
cross head dengan kecepatan konstan. Kurva
diperoleh dari mesin uji adalah gaya tarik
dengan perubahan panjang.
Dari kurva dihitung besar tegangan teknis
dan regangan teknis yaitu dengan
persamaam :

recrystallization

Grain growth

s tr
en

I nt

ern
al
s

tra

ain

siz
e

recovery

gth

t il
duc

ity

Gr

Sifat materal

PERUBAHAN SIFAT AKIBAT PEMANASAN : RECOVERY DAN REKRISTALISASI.

in

Temperatur

PEMANASAN DI BAWAH TEMPERATUR REKRISTALISASI AKAN


MENYEBABKAN DUA HAL, YAITU:

Terjadi gerakan dislokasi difusi yang disebut gerakan


memanjat (climb). Bila gerakan ini menghasilkan
pertemuan dislokasi-dislokasi yang berlawanan tanda,
maka keduanya akan saling meniadakan. Tetapi
peristiwa ini tidak mengurangi kerapatan
dislokasi, sehingga kekuatan tidak turun dan
keuletan tidak naik.
Adanya pengaturan kembali susunan dislokasi yang
tadinya kurang teratur menjadi lebih teratur.
Peristiwa ini disebut Poligonisasi yang modelnya
diperlihatkan di bawah. Peristiwa ini memulihkan sifatsifat fisik.

GERAKAN DISLOKASI MEMANJAT (CLIMB)

Positive climb
Removal of a row of atoms

Negative climb
Addition of a row of atoms

POLIGONISASI

Pemanasan pada temperatur lebih tinggi


dari temperatur rekristalisasi akan
menimbulkan pengintian butir butir baru.
Temperatur rekristalisasi besarannya sekitar
0.4 - 0.5 titik cair logam yang dinyatakan
dalam Kelvin atau
Trek = 0,4 - 0.5 x T cair (K)
Peristiwa rekristalisasi secara skematis tampak
sebagai berikut:

(a) Pengerolan dingin

(b) Pemanasan: pengintian

Tampak perubahan struktur


mikro
adalah butir-butir yang pipih.
Logam yang mengalami
deformasi
gam yang mengalami deformasi dingin akan naik
memiliki energi dalam yang
kuatannya akibat naiknya kerapatan dislokasi.
tinggi.
Bila temperatur pemanasan
mencapai atau melampaui
(c) Pertumbuhan butir-butir baru
temp rekristalisasi maka
Inti baru akan tumbuh menggantikan
butir-butir
lama.
timbul inti-inti
baru yang
Proses rekristalisasi dikatakan
selesaidislokasinya
bila seluruh butirkerapatan
butir lama yang pipih digantikan
rendah.oleh butir baru yang
memiliki ukuran sama.
Seluruh butir-buitir baru mempunyai kerapatan dislokasi
yang relatif rendah sehingga sifatnya lunak.

Dengan proses seperti di atas maka


logam yang memiliki sifat getas akibat
proses pengerjaan dingin dapat di
lunakkan dan memiliki sifat ulet
kembali sehingga siap untuk
dilanjutkan proses deformasi sampai
mencapai ukuran yang diminta.

PENGARUH DEFORMASI TERHADAP TEMPERATUR


REKRISTALISASI

Temperatur rekristalisasi yaitu saat mulai terjadinya nukleasi inti-inti


baru, bukanlah suatu titik yang tetap sebagaimana halnya titik cair
logam.
Deformasi menyebabkan kenaikan energi dalam pada logam yaitu
dalam bentuk kerapatan dislokasi yang lebih tinggi.
Pemanasan merupakan masuknya energi aktivitasi yang digunakan
untuk mengubah dari satu keadaan menjadi keadaan yang lain dengan
tingkat energi yang rendah.
Logam yang tingkat energinya tinggi akan lebih mudah berubah kearah
yang lebih stabil, sehingga energi aktivasi yang dibutuhkan lebih rendah.
Temperatur rekristalisasi selain tergantung dari jenis logam,
dipengaruhi juga oleh derajat deformasi pada logam tersebut. Artinya
semakin besar deformasinya maka temperatur rekristalisasi akan
semakin rendah yang dinyatakan sebagai daerah dengan temperatur 0,4
0,5 Tcair (K).

PENGARUH DEFORMASI DAN PEMANASAN TERHADAP


BESAR BUTIR

Deformasi yang semakin besar akan menyebabkan bertambah


tingginya energi dalam.
Berarti di dalam logam makin banyak tempat atau titik-titik yang memiliki
energi tinggi.
Nukleasi inti-inti baru akan dimulai dari tempat yang memiliki energi tinggi.
Maka dapat dikatakan logam yang mengalami deformasi besar akan
mempunyai banyak inti baru bila dipanaskan sampai temperatur
rekristalisasi.
Inti-inti akan tumbuh dan rekristalisasi akan sempurna bila butir-butir baru
telah bertemu satu dengan lainnya.
Bila pertumbuhan butir lebih banyak maka akan lebih cepat bertemu dan
akhirnya ukuran butir akan lebih halus.
Kesimpulan : rekristalisasi pada logam yang telah mengalami deformasi
akan menghasilkan butir yang semakin halus bila deformasi semakin besar.
Sebaliknya, deformasi yang relatif kecil akan menghasilkan rekristalisasi
dengan butir yang kasar.

PENGARUH DEFORMASI TERHADAP BESAR BUTIR SETELAH PROSES


PEMANASAN (REKRISTALISASI)

Tampak ada regangan minimum yang


dapat menimbulkan rekristalisasi.
Bila deformasi sangat kecil, maka energi
dalam kecil, sehingga tidak akan timbul
perubahan meskipun diberi masukan
energi aktivasi.

Besar
Butir - D

Dengan cara diatas maka besar butir


logam dapat diatur.
Cara ini disebut metoda regangan-anil
(strain anneal).

- kritis

Deformasi -

PENGARUH DEFORMASI DAN TEMPERATUR PROSES


REKRISTALISASI TERHADAP BESAR BUTIR

HUBUNGAN ANTARA BESAR BUTIR HASIL REKRISTALISASI


DENGAN DEFORMASI DAN TEMPERATUR PEMANASAN

(a) aluminium

(b) tembaga

Tampak di daerah rekristalisasi menghasilkan butir-butir yang sangat kasar


yaitu pada logam diberi deformasi besar kemudian dipanaskan pada
temperatur yang relatif tinggi. Setelah itu dilakukan proses anil, maka terjadila
pengurangan energi batas butir, yaitu ditunjukkan dengan luas permukaan bu
Berkurang. Dengan kata lain terjadi penggantian butir-butir yang halus dengan
butir yang kasar, berarti ada pertumbuhan atau pengkasaran butir.

Tampak di daerah rekristalisasi menghasilkan butir-butir yang sangat


kasar yaitu pada logam diberi deformasi besar kemudian dipanaskan
pada temperatur yang relatif tinggi. Setelah itu dilakukan proses anil,
maka terjadilah pengurangan energi batas butir, yaitu ditunjukkan
dengan luas permukaan butir yang berkurang. Dengan kata lain terjadi
penggantian butir-butir yang halus dengan butir - butir yang kasar,
berarti ada pertumbuhan atau pengkasaran butir. Dengan kata lain
terjadi penggantian butir-butir yang halus dengan butir - butir yang
kasar, berarti ada pertumbuhan atau pengkasaran butir. Peristiwa ini
disebut rekristalisasi sekunder (secondary recrystalization).

Proses di atas seperti dilakukan pemanasan dimaksudkan untuk


membedakan dengan rekristalisasi primer, yaitu proses pengintian
butir-butir baru yang tumbuh sampai menggantikan butir-butir yang
terdeformasi.

PENGARUH PEMANASAN TERHADAP SIFAT


MEKANIK.

Kekuatan dan keuletan logam yang telah di deformasi


dapat diatur dengan mengubah-ubah kondisi pemanasannya,
yaitu temperatur dan waktu pemanasannya.
Logam yang di proses dengan pengerjaan dingin bersifat
keras dan kuat, tetapi relatif getas. Disebut grade : cold
drawn; hard; atau extra hard.
Bila logam tersebut di anil pada temperatur yang relatif
tinggi, maka sifatnya akan berubah menjadi lunak dan ulet,
sehingga dinamai fully annealed.
Pemanasan pada temperatur yang sedikit lebih rendah akan
menghasilkan grade hard dan lebih rendah lagi
temperaturnya menghasilkan hard atau hard dan
seterusnya.

SIFAT LOGAM PADA TEMPERATUR


TINGGI

Tujuan pengerjaan panas (hot


working):
Pada temperatur tinggi logam bersifat
lunak dan ulet, sehingga daya
pembentukan relatif kecil, serta hasil
deformasi adalah relatif besar.
Terjadi perbaikan struktur mikro pada
logam yang terjadi deformasi pada
temperatur tinggi.

SIFAT LOGAM PADA TEMPERATUR TINGGI

Perbaikan struktur mikro terjadi pada saat pemanasan


benda kerja (sebelum proses deformasi) serta pada saat
terjadi deformasi.
Pada logam coran, mempunyai kelemahan dan
kekurangan, yaitu:
Selama proses pembekuan akan terjadi segregasi
yaitu tidak homogennya komposisi kimia.
Segregasi dapat berupa segregasi mikro maupun
segregasi blok.
Selanjutnya pada benda coran umumnya terdapat
struktur pilar (columnar structure) yang bersifat
rapuh.

STRUKTUR PILAR (COLUMNAR STRUCTURE) PADA BENDA


COR

usi yang mengelompok dan relatif besar ukurannya sering dijumpai pada benda
ain itu banyak dijumpai cacat rongga.

gregasi dapat berkurang dengan adanya pemanasan.


da temperatur tinggi peristiwa difusi akan lebih mudah berlangsung, sehingga ef
an lebih menjadi homogen komposisi kimia.
oses pemanasan untuk mengurangi segregasi disebut proses homogenis

Pada waktu deformasi panas, struktur pilar akan


berubah menjadi butir yang equiaxial dan halus.
Inklusi yang mengelompok akan terpecah dan tersebar.
Cacat rongga akan menutup dan teratur akibat
deformasi pada temperatur tinggi khususnya bila diberi
tegangan tekan. Peristiwa penyatuan ini seperti proses
las tempa (forging welding).
Seluruh proses ini akan memperbaiki sifat-sifat mekanik
logam. Benda coran, misal baja cor dalam bentuk ingot
atau billet akan menjadi lebih baik sifatnya bila telah di
bentuk dengan pengerjaan panas. Misal menjadi pelat
dan baja profil melalui proses pengerolan panas.

MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN


PANAS

Pada pengerjaan panas, bahwa logam akan bersifat lunak.


Selanjutnya logam akan menerima deformasi yang relatif besar
tanpa menjadi retak.
Deformasi pada temperatur tinggi didefinisikan sebagai proses
pembentukan logam diatas temperatur rekristalisasi.
Temperatur rekristalisasi sekitar 0,4 0,5 x titik cair (K), maka
batas pengerjaan panas dan pengerjaan dingin menjadi lebih
jelas.
Deformasi diatas temperatur rekristalisasi akan disertai oleh
peristiwa pelunakan, yaitu terdiri dari mekanisme recovery,
rekristalisasi termasuk pertumbuhan butir.
Proses pelunakan tergantung dari jenis logam, temperatur
pengerjaan serta kecepatan proses deformasi atau laju regangan.

MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS

Umumnya logam yang di deformasi pada temperatur tinggi akan


mengalami rekristalisasi selama proses deformasi dan setelah
deformasi
Proses tersebut dinamakan rekristalisasi dinamis dan
rekristalisasi statis.
Rekristalisasi dinamis yaitu proses rekristalisasi selama
berlangsungnya proses deformasi
Rekristalisasi statis yaitu proses rekristalisasi sesudah proses
deformasi.
Hal ini terjadi pada logam-logam yang mempunyai energi salah
tumpuk (stacking fault energy) yang kecil, misalnya tembaga.
Pada logam yang memiliki energi salah tumpuk kecil, mekanisme
recovery hanya sedikit peranannya dalam pelunakan sehingga
energi pendorongnya akan cukup besar maka terjadi rekristalisasi.

PROSES PENGERJAAN PANAS PADA LOGAM DENGAN ENERGI SALAH


TUMPUK YANG RENDAH : REKRISTALISASI DINAMIS TERJADI SELAMA
PROSES DEFORMASI.

MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS

Logam yang tinggi energi salah tumpuknya misal aluminium, meskipun di


deformasi pada temperatur tinggi seringkali mempunyai struktur butir
memanjang yang tidak mengalami rekristalisasi tetapi memiliki sifat lunak.
Hal diatas disebabkan besarnya peranan pelunakan oleh mekanisme
recovery, khususnya recovery dinamis.
Batang aluminium yang mengalami proses ekstrusi memiliki penampang
struktur mikro memanjang dengan ditunjukkan butir-butir yang memanjang di
bagian dalam.
Pada bagian permukaan tampak butir-butir mengalami rekristalisasi yaitu
rekristalisasi statis.
Umumnya proses pengerjaan panas dilakukan secara berurutan misal proses
pengerolan panas dan proses tempa yang bertahap, diusahakan agar proses
terakhir memiliki temperatur tidak jauh dari temp rekristalisai.
Maksudnya agar mendapatkan produk dengan butir halus yang lebih kuat dan
lebih ulet.

SKEMA MEKANISME PELUNAKAN PADA PENGERJAAN PANAS


TERHADAP LOGAM DENGAN ENERGI SALAH TUMPUK YANG TINGGI
: RECOVERY DINAMIS TERJADI SELAMA PROSES DEFORMASI

KESIMPULAN

Mekanisme pelunakan pada deformasi


panas di temperatur tinggi akan
memiliki logam bersifat lunak dan tetap
lunak meskipun dideformasi dan tidak
adanya pengerasan regangan bahkan
terjadi peristiwa pelunakan yang terus
menerus selama proses deformasi
panas.

Anda mungkin juga menyukai