Anda di halaman 1dari 6

KRITERIA INVESTASI

Pada hakekatnya melalui penilaian atau evaluasi kegiatan dapat


menyimpulkan dua hal, yaitu:
1. Mengetahui apakah benefit bersih suatu kegiatan lebih besar atau lebih
kecil daripada benefit bersih suatu kesempatan investasi kegiatan
marginal.
2. Menyusun urutan berbagai kegiatan, sehingga kegiatan yang akan
menghasilkan benefit yang lebih besar terletak dalam urutan atas
dalam susunan kegiatan.
Untuk
menentukan
ukuran
menyeluruh
sebagai
dasar
penerimaan/penolakan
atau
pengurutan
suatu
kegiatan,
telah
dikembangkan Investment Criteria atau Kriteria Investasi. Alat ukur
atau indikator atau kriteria investasi yang menentukan apakah suatu
kegiatan layak atau tidak layak dilaksanakan, antara lain :
1.
Net Present Value (NPV)
2.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
3.
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
4.
Internal Rate of Return (IRR)
5.
Payback Period (PP)
6.
Profitability Ratio (PR)
Kriteria yang sering digunakan untuk menilai kelayakan kegiatan : NPV,
Net B/C dan IRR.
3.1. Net Present Value (NPV)
NPV diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV merupakan
nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara Benefit (Manfaat)
dengan Cost (Biaya) pada Discount Rate tertentu. Jika NPV > 0
berarti kegiatan tersebut layak diusahakan. Sebaliknya jika NPV < 0
berarti kegiatan tersebut tidak layak diusahakan. Rumusnya :

Bt Ct
NPV t Bt Ct DF NetBenefit DF
t 0 1 i t 0
t 0
t n

t n

t n

Keterangan:
B
= Benefit pada tahun ke-t
C
= Biaya pada tahun ke-t
DF
= Discount Factor (Tingkat bunga yang berlaku)
n
= Lamanya periode waktu

Tabel 1. Analisis Finansial


Tahu Benefit (B) Cost (C)
Net
n
(Rp 000)
(Rp 000)
Benefit
ke-t
(Rp 000)
(2) (3)
1
2
3
4
0
0
95
(95)
1
6
33
(27)
2
20
22
(2)
3
25
12
13
4
32
13
19
5
60
15
45
6
68
17
51
7
70
19
51
8
70
20
50
9
65
28
37
10
60
30
30
Jumla
476
304
172
h
Lanjutan Tabel 1. Analisis Finansial
PV(B)
PV(C)
DF
NPV
(Rp
(Rp 000)
(13%)
13%
000)
(3) x (5)
(Rp 000)
(2) x
(4) x (9)
(5)
7
8
9
10
0
95,00
1,000
(95,00)
5,45
30,00
0,883
(23,89)
16,52
18,17
0,783
(1,56)
18,78
9,01
0,693
9,01
21,86
8,88
0,613
11,65
37,26
9,32
0,543
34,43
38,35
9,59
0,480
24,48
35,91
9,75
0,425
21,67
32,69
9,34
0,376
18,80
27,56
11,87
0,338
12,51
23,10
11,55
0,294
8,82
257,4
222,48
10,92
8

DF
(10%)

NPV 10%
(Rp 000)
(4) x (5)

5
1,000
0,909
0,826
0, 751
0,683
0,621
0,564
0,513
0,467
0,424
0,385

6
(95,00)
(24,55)
(1,65)
9,76
12,98
27,94
28,76
26,16
23,35
15,69
11,55
34,99

DF
(15%)

NPV 15%
(Rp 000)
(4) x (11)

11
1,000
0,870
0,756
0,658
0,572
0,497
0,432
0,376
0,327
0,284
0,247

12
(95,00)
(23,49)
(1,51)
8,55
10,87
22,36
22,03
19,18
16,35
10,51
7,41
-2,74

t n

NetBenefit DF

NPV

34,99 35,00

t 0
Nilai NPV sebesar Rp 35.000 (35,00 x Rp 000), berarti kegiatan tersebut
menguntungkan atau layak untuk diusahakan.

3.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan
jumlah NPV negatif. Net B/C menunjukkan berapa kali lipat Benefit akan
diperoleh dari cost yang dikeluarkan.
Rumus :
t n

Net

B/C

t n

NetBenefitPositif DF

t 0
t n

NetBenefitNegatif DF
t 0

NPV

Positif

NPV

Negatif

t 0
t n
t 0

Contoh berdasar Tabel 1 (nilai NPV saat DF=10%) :


t n

Net B / C

NPV

Positif

NPV

Negatif

t 0
t n
t 0

156,19
121,20

1,29 1,3

Nilai Net B/C = 1,3, lebih besar dari satu, kegiatan tersebut layak
diusahakan karena benefitnya 1,3 kali lipat dari biayanya.
3.3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C adalah perbandingan antara jumlah Present Value Benefit
(PV (B)) dengan Present Value Biaya (PV (C)). Cara perhitungan Gross B/C
sebagai berikut :
t n

Gross B / C

Bt

t
t 0 1 i
t n
Ct

1 i
t 0

t n

Bt DF
t 0
t n

C DF
t 0

Contoh perhitungan dari Tabel 1 :

t n

PV B
t 0
t n

PV C
t 0

t n

Gross B / C

PV B
t 0
t n

PV C

257,48
222,48

1,16

t 0

Gross B/C > 1 maka, kegiatan tersebut layak untuk diusahakan, karena
setiap mengeluarkan biaya RP 1, akan menghasilkan benefit Rp 1,16.

3.4. Internal Rate of Return (IRR)


IRR digunakan untuk mengetahui prosentase keuntungan suatu kegiatan
tiap tahun dan merupakan alat ukur kemampuan suatu kegiatan dalam
mengembalikan bunga pinjaman.
Terdapat dua jenis IRR berdasar analisis evaluasi kegiatan, yaitu : Finansial
Internal Rate of Return (FIRR) dan Economic Internal Rate of Return (EIRR).
Nilai IRR menunjukkan bahwa pada tingkat bunga tersebut (senilai IRRnya), nilai PV (B) = PV (C), atau NPV = 0. Dengan demikian untuk mencari
IRR, kita harus menaikkan Discount Factor (DF) sehingga tercapai NPV = 0.
Berdasarkan hal tersebut, maka langkah-langkah perhitungan IRR sebagai
berikut:
1. Siapkan tabel Cash Flow suatu kegiatan.
2. Pilih DF agar NPV = 0, (misal 13%), nilai NPV sebesar 10,92 (Tabel 1),
bernilai positif, belum mencapai NPV = 0.
3. Pilih DF berikutnya (misal 15%), nilai NPV =- 2,74, bernilai negatif,
belum mencapai NPV = 0.
4. Diperoleh nilai NPV positif dan negatif, harus dilakukan interpolasi
antara DF saat NPV positif dan DF saat NPV negatif (interpolasi antara
13% dan 15%), dengan rumus :
NPV
i2 i1
IRR i1
NPV NPV
Keterangan:
i1 = DF (Tingkat Bunga) pertama saat NPV positif.
i2 = DF (Tingkat Bunga) kedua, saat NPV negatif
5. Perhitungan berdasar Tabel 1 :
IRR 13%

10,92
15% 13% 13,66%
10,92 (2,74)

6. Jika pada saat itu bunga bank yang berlaku sebesar 10 persen, maka
kegiatan dengan IRR=13,66% tersebut layak diusahakan. Karena
kemampuan suatu kegiatan mengembalikan modal investasi lebih
besar dari pada modal tersebut disimpan di bank pada tingkat bunga
yang berlaku (IRR > opportunity cost of capital).
3.5 Payback Periods (PP)

Payback Period menunjukkan jangka waktu kembalinya modal


investasi suatu kegiatan, melalui keuntungan yang diperoleh dari kegiatan
tersebut. Semakin cepat waktu pengembalian modal investasi, kegiatan
tersebut semakin baik untuk diusahakan.
Kelemahan-kelemahan PP antara lain :
1. Hanya mengukur kecepatan pengembalian modal investasi, tidak
mengukur keuntungan.
2. Mengabaikan benefit yang diperoleh sesudah modal investasi kembali.
Konsep PP tidak memperhitungkan nilai uang berdasar waktu (time value
of money), sehingga dalam analisis tidak menggunakan DF.
Rumus PP :
PP

Investasi
Net Benefit Rata rata tiap tahun

Nilai Net Benefit yang digunakan untuk menghitung PP ada 2, yaitu :


1. Net Benefit Kumulatif.
2. Net Benefit rata-rata tiap tahun.
Tabel 2. Data Perhitungan PP
Tahun
Benefit
Cost
(Rp 000) (Rp 000)
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ratarata

2
0
6
20
25
32
60
68
70
70
65
70

3
100
30
10
5
4
5
6
8
8
5
10

Net
Benefit
(Rp 000)
4
(100)
(24)
10
20
28
55
62
62
62
60
60
29,5

Net Benefit
Kumulatif
(Rp 000)
5
(100)
(124)
(114)
(94)
(66)
(11)
51
113
175
235
295

a. Dengan menggunakan Net Benefit Kumulatif lamanya jangka waktu


pengembalian investasi (PP) :
PP = 5 tahun +

11
(12 bulan) = 5 tahun 2 bulan
62

b. Dengan menggunakan Net Benefit rata-rata tiap tahun :


100

PP = 29,5 = 3,4 tahun = 3 tahun 5 bulan


3.6 Profitability Ratio (PR)

PR merupakan perbandingan PV Net Benefit selain investasi dengan


PV Investasi. Rumusnya :
Profitability

PV NetBenefit
PV Investasi

Mendasarkan data pada Tabel 1, PV Net Benefit selain investasi = 131,19


dan PV Investasi = 95, maka :
PR

131,19
1,38
95,00

Nilai PR sebesar 1,38 menunjukkan bahwa kegiatan


menghasilkan keuntungan 1,38 kali dari investasinya.

tersebut

Sensitivity Analysis
Apabila akan merencanakan suatu kegiatan, semua biaya yang akan
dikeluarkan dan benefit yang akan diperoleh tiap tahun, semuanya
diperkirakan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan yang sudah
ada atau dari teori yang berhubungan dengan kegiatan yang
direncanakan.
Dengan demikian mungkin saja terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan
perkiraan biaya dan benefit yang telah disususn. Ketidaktepatan perkiraan
itu diantaranya:
1. Terjadi kenaikan biaya, terutama biaya operasional.
2. Dengan adanya kegiatan, produk meningkat yang memungkinkan
untuk turunnya harga produk, sehingga akan menurunkan benefit.
3. Mundurnya waktu berproduksi sehingga menurunkan benefit.
Mengatasi hal-hal tersebut diatas diperlukan adanya Sensitivity
Analysis (Analisis Kepekaan). Banyaknya analisis kepekaan yang akan
dianalisis tergantung dari asumsi-asumsi yang ditentukan. Contoh asumsiasumsi yang biasa digunakan adalah:
1. Biaya naik 10 persen dari perkiraan semula, sedangkan benefit tetap.
2. Biaya tetap seperti semula, tetapi benefit turun 10 persen.
3. Penurunan harga produk 5 persen.
Seandainya asumsi yang dibuat sebanyak tiga, berarti analisis
kepekaan yang dibuat sebanyak tiga. Jika kegiatan masih layak untuk
diusahakan, maka dengan analisis kepekaan itu akan menambah
kepercayaan atas kelayakan kegiatan yang akan diusahakan.

Anda mungkin juga menyukai