Anda di halaman 1dari 9

BAB 4

TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus ini merupakan hasil penelitian pada dua kasus keluarga
dengan salah satu anggota keluarga menderita TB paru. Kasus yang pertama pada
keluarga Tn. S dilakukan pengkajian pada hari Senin, 06 April 2015 pukul 11.00
WIB, dan kasus ke dua keluarga Tn. F dilakukan pengkajian pada hari Senin, 06
April 2015 pukul 17.00 WIB. Hasil penelitian yang dipaparkan sebagai berikut:
4.1. Pengkajian
4.1.1 Data umum
Pada kasus 1, klien bernama Tn. S berusia 39 tahun menderita TB paru
katagori 1 fase intensif. Tipe keluarga Tn. S adalah keluarga inti terdiri suami,
istri, anak. PMO yang ditentukan oleh Puskesmas adalah Ny. T. Pada kasus 2,
klien bernama Ny. P berusia 64 tahun menderita TB paru katagori 1 fase lanjutan
dengan tipe keluarga Tn. F adalah keluarga besar, keluarga tersebut terdiri atas
suami, istri, anak, ibu dari istri, dan adik dari istri,. PMO yang ditentukan oleh
Puskesmas adalah Ny. M.
Status sosial ekonomi keluarga pada kasus 1, sumber penghasilan diperoleh
dari Tn. S sebagai kepala keluarga yang bekerja sebagai kuli bangunan, tidak ada
kendala ekonomi dan dapat menyisihkan sebagian uang untuk ditabung. Pada
kasus 2, pendapatan keluarganya setiap bulan diperoleh dari Tn. F dan dibantu
dengan adik. Keluarga Tn. S tidak dapat menyisihkan uangnya untuk ditabung.

47

48

4.1.2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


Kasus 1 berada pada tahap perkembangan usia anak sekolah karena anak
pertama Tn. S berusia 7 tahun dan keluarga Tn. S sudah memenuhi semua tugas
perkembangannya. Pada kasus 2 berada pada tahap perkembangan usia anak
remaja karena anak pertama Tn. F berusia 13 tahun dan semua tugas
perkembangan sudah terpenuhi seperti yang diharapkan.
Pada kasus 1, Tn. S masih mengeluh batuk ketika pagi hari. Tn. S mengeluh
batuk sejak bulan November 2013. Hasil tes dahak atau SPS pada tanggal 03
januari 2013 hasilnya BTA 1+ dan klien sudah minum OAT selama 5 minggu.
Adapun istri dan anaknya dalam keadaan sehat dan tidak ada tanda gejala TB paru
pada istri dan anaknya. Pada kasus 2, Ny. P sudah tidak mengeluh batuk atau
berkeringat pada malam hari. Ny P mengeluh batuk sejak bulan oktober 2013.
Hasil tes dahak SPS terakhir pada tanggal 25 Maret 2015 hasilnya BTA negatif
dan klien sudah minum OAT selama 10 minggu. Adapun anak dan cucunya
dalam keadaan sehat dan tidak ada tanda dan gejala TB Paru.
Riwayat kesehatan keluarga pada kasus 1, keluarga Tn. S memiliki riwayat
hipertensi dari ayah Tn. S. Adapun keluarga dari Ny. S tidak memiliki riwayat
penyakit menular dan penyakit keturunan seperti diabetes mellitus dan hipertensi..
Pada kasus 2, keluarga Tn. F memiliki hipertensi dari ayah Tn. F. Adapun
keluarga dari Ny. M juga memiliki riwayat penyakit diabetes melitus dan
hipertensi dari ibu. Ibu Ny. M yaitu Ny. P juga menderita penyakit menular yaitu
TB Paru.

49

4.1.3 Pengkajian Lingkungan


Pada kasus 1, keluarga Tn. S tinggal dalam rumah dengan ukuran 1000m2
(10m 10m). Kepemilikan rumah adalah rumah majikan Ny. T. Keadaan rumah
cukup bersih dan penataan alat atau perabot rumah tangga tampak kurang teratur.
Banyak perabotan majikan yang tidak terpakai diletakkan di ruang tamu.
Penerangan dan ventilasi dalam kamar kurang. Terdapat 2 jendela dalam kamar
dan jendela diberi tirai sehingga cahaya tidak bisa masuk ke kamar dan ventilasi
udara kurang. Pada kasus 2, Luas bangunan rumah yang ditempati keluarga Tn. F
48 m2 (4 m x 12 m), Kepemilikan rumah yang ditinggali adalah milik sendiri.
Lantai rumah kurang bersih, penataan alat atau perabot rumah tangga yang kurang
teratur, kondisi rumah sempit, lembab, penerangan dan ventilasi dalam kamar.
Pada kasus 1, Keluarga Tn. S hidup di lingkungan yang jarang penduduk.
Interaksi antar warga banyak dilakukan pada sore dan malam hari karena pada
siang hari umumnya mereka bekerja. Pada kasus 2, Keluarga Tn. F hidup di
lingkungan yang padat penduduknya. Tidak ada cela antara rumah satu dan yang
lain sehingga cahaya matahari sangat minim untuk bisa masuk ke rumah.
Pada kasus 1 mobilitas geografis keluarga Tn. S pindah rumah di
Bronggalan 1/8 Surabaya sejak tahun 2011 hingga sekarang. Pada kasus 2
keluarga Tn. F tidak pernah pindah rumah dan tidak pernah pergi ke rumah sanak
saudara karena saudara dari Tn. F sudah meninggal semua dan saudara dari Ny. M
semuanya tinggal dalam satu rumah.
Pada kasus 1, keluarga Tn. S Keluarga Tn. S biasanya berkumpul pada
malam hari untuk menonton TV, keluarga Tn. S tidak pernah mengikuti kegiatan

50

yang ada dimasyarakat seperti pkk atau arisan dan berinteraksi dengan tetangga
jika ada pengajian di kampung saja. Pada kasus 2, keluarga Tn. F berhubungan
baik dengan masyarakat di sekitarnya dan Ny. P rutin mengikuti pengajian dan
PKK di kampungnya yang dilakukan setiap bulan.
Sistem pendukung pada kasus 1 yaitu Tn. S selalu mendapat dukungan
dari istri dan anaknya. Keluarga tidak memiliki jaminan kesehatan seperti
jamkesmas atau BPJS. Keluarga menemani berobat ke puskesmas dengan
menggunakan sepeda motor. Pada kasus 2, Ny. P selalu mendapat dukungan dari
anggota keluarga lainnya. Keluarga memiliki jaminan kesehatan berupa
Jamkesmas. Untuk transportasi keluarga menemani untuk berobat dengan jalan
kaki menuju pelayanan kesehatan. Di lingkungan Ny. P juga terdapat posyandu
lansia
4.1.4 Struktur keluarga
Kasus 1, Keluarga Tn. S menggunakan pola komunikasi terbuka dan
permasalahan diselesaikan dengan musyawarah keluarga. Pengambilan keputusan
dikeluarga adalah Tn. S selaku kepala keluarga. peran Tn. S sebagai kepala
keluarga setelah menjalani pengobatan TB di puskesmas TN. S tidak mengeluh
sering capek dan sudah jarang batuk sehingga bisa bekerja dengan baik. Tn. S
menyayangi dan mselalu menjaga istri dan anaknya. Pada kasus 2, Keluarga Tn. F
menggunakan pola komunikasi terbuka dan permasalahan diselesaikan dengan
musyawarah keluarga. Pengambilan keputusan dikeluarga adalah Tn. F selaku
kepala keluarga. Ny. P sebagai ibu, selama sakit Ny. P mengeluh sering lelah dan
jarang membantu anaknya. Ny. P hanya memasak dan kadang menyapu rumah.

51

4.1.4 Fungsi keluarga


A. Mengenal masalah
Kasus 1 dan kasus 2, Keluarga Tn. S dan Tn. F belum mengetahui tentang
penyakit TB Paru dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penularan penyakit
TB paru kepada anggota keluarga. Keluarga Tn. S dan Tn. F tidak mempnyai
wadah khusus untuk membuang dahak. Ketika batuk dahak dibang di kamar
mandi.
B. Mengambil keputusan
Pada kasus 1 dan kasus 2, Anggota keluarga lebih mempercayakan
masalahnya pada pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit atau dokter
praktek swasta. Keluarga sangat percaya terhadap petugas kesehatan dan selalu
rajin Kontrol tiap hari Rabu untuk mengambil OAT sebelum persediaan habis ke
Puskesmas Pacar Keling Surabaya.
C. Merawat anggota keluarga yang sakit
Pada kasus 1, PMO yang ditentukan oleh puskesmas adalah Ny. T dengan
tugas menyiapkan obat, mengawasi minum obat sampai menelan tetapi Tn. S
meminum obatnya sendiri. Ny. T juga menyiapkan makanan yang bergizi untuk
suaminya karena Ny. T mengetahui penyakit TB Paru membutuhkan gizi yang
cukup. Tn. S sehari-hari bekerja sebagai kuli bangnan dan ketika batuk Tn. S
menutupnya dengan tangan dan tidak menggunakan masker. Pada kasus 2, PMO
yang ditentukan oleh puskesmas adalah Ny. M dengan tugas menyiapkan obat,
mengawasi minum obat sampai menelan tetapi Ny. P meminum obatnya sendiri.
Ny. M selalu memotivasi Ny. P untuk sedikit makan nasi dan memperbanyak

52

makan sayur dan buah karena Ny. P memiliki penyakit diabetes. Ketika batuk
Ny.P menutupnya dengan tangan dan sehari-hari tidak mengunakan masker.
D. Memodifikasi lingkungan
Kasus 1, Keluarga Tn. S belum mengetahui lingkungan rumah yang tidak
gelap dan tidak lembab dapat mencegah penularan penyakit TB pada anggota
keluarga. Keluarga Tn. S belum mampu memodifikasi lingkungan, ventilasi dan
pencahayaan dalam kamar kurang, setiap hari jendela selalu dibuka tetapi jendela
diberi tirai sehingga udara kurang bisa maasuk kedalam kamar. Rumah Tn. S
terdapat banyak barang dari rumah majikan yang tidak terpakai dan disimpan
diruang tamu. sampah dibuang didepan kemudian diangkut oleh petugas. Kasus 2,
Keluarga Tn. F belum mengetahui salah satu manfaat pemeliharaan lingkungan
adalah untuk mencegah penularan penyakit TB pada anggota keluarga. Keluarga
Tn. F juga belum mampu memodifikasi lingkungan, ventilasi dan pencahayaan
dalam kamar kurang, setiap hari jendela selalu dibuka tetapi jarak antara rumah
Tn. F dengan tetangga tidak ada cela sehingga cahaya matahari dan udara kurang
bisa masuk kedalam ruangan.
E. Menggunakan fasilitas kesehatan
Dalam penggunaan fasilitas kesehatan pada kasus 1 dan 2 menggunakannya
dengan baik hal ini dibuktikan dimana selalu kontrol rutin ke Puskesmas Pacar
Keling Surabaya. Keluarga Tn. S menggunakan sepeda motor untuk pergi ke
pskesmas dan jarak dari rumah ke puskesmas 2 km. keluarga Tn. S tidak
memiliki jaminan kesehatan seperti BPJS atau jamkesmas tetapi ketika ada yang
sakit keluarga langsung membawa ke dokter atau puskesmas sedangkan keluarga

53

Tn.F memiliki jaminan kesehatan berupa jamkesmas dan selalu memanfaatkannya


untuk kontrol kesehatan ke rumah sakit atau puskesmas jika ada anggota keluarga
yang sakit.
4.1.5.

Stres dan koping keluarga

Stress dan koping keluarga pada kasus 1 dan 2, tidak ada yang membuat
stress

untuk

saat

ini.

Jika

terdapat

masalah

dalam

keluarga

selalu

dimusyawarahkan dengan anggota keluarga yang lain dengan komunikasi terbuka


untuk mengatasi masalah tersebut. Keluarga Tn. S dan keluarga Tn. F berusaha
untuk menjalani pengobatan dengan teratur dan menganggap masalah ini adalah
cobaan dari tuhan. Keluarga tidak pernah menggunakan alternatif lain untuk
berobat, keluarga selalu pergi ke puskesmas atau dokter umum.
4.1.6

Pemeriksaan fisik
Pada kasus 1, Pengkajian fokus pada Tn. S didapatkan tekanan darah

120/80mmHg, pernapasan 18 x/menit. nadi 80 x/menit, suhu 36,5 C dengan


berat badan 52 Kg, Pada pemeriksaan paru terdapat suara nafas tambahan ronchi
di paru kanan bawah, pergerakan dada simetris, Pemeriksaan fisik pada anggota
keluarga yang lain dalam keadaan normal. Pada kasus 2, Pengkajian fokus pada
Ny. P didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, pernapasan 18 x/menit, Nadi 80
x/menit, Suhu 36,5 C dengan berat badan 54 Kg, Pada pemeriksaan paru tidak
didapatkan suara nafas tambahan seperti ronchi, Pergerakan

dada Simetris,

Pemeriksaan fisik pada anggota keluarga yang lain dalam keadaan normal.

54

4.1.7.

Pemerikasaan penunjang

Pemeriksaan dahak Tn. S dengan hasil BTA 1+ pada tanggal 05-01-2015.


Adapun terapi yang didapat yaitu OAT katagori 1 di minum sejak tanggal 07-012015 dengan dosis 1 x 5 kapsul/hari. Pada kasus 2, pemeriksaan dahak Ny. P hasil
BTA 3+ pada tanggal 21-01-2015. Terapi yang didapat yaitu OAT katagori 1 di
minum sejak tanggal 07-01-2015 dengan dosis 1 x 6 kapsul/hari.

4.1.8.

Analisa data

Kasus

Data

DS :
a. Tn. S mengatakan belum
mengetahui apa saja faktor yang
dapat menyebabkan penularan
penyakit TB paru kepada anggota
keluarga
b. Tn. S mengatakan tidak mempunyai
wadah khusus untuk membuang
dahak dan jika batuk malam hari
dahaknya dibuang di tisu dan ditaruh
di samping tempat tidurnya
c. Ny. T mengatakan belum
mengetahui jika cahaya matahari
bisa membunuh kuman TB
DO:
d. Keluarga Tn. S belum mampu
memodifikasi lingkungan, ventilasi
dan pencahayaan dalam kamar
kurang, setiap hari jendela selalu
dibuka tetapi jendela diberi tirai
sehingga udara kurang bisa maasuk
kedalam kamar.
e. Rumah Tn. S terdapat banyak barang
dari rumah majikan yang tidak
terpakai dan disimpan diruang tamu

Problem

Gangguan
manajemen
pemeliharaan
rumah

Etiologi

Ketidakmam
puan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
tentang
penyakit TB
Paru

55

DS :
a. Ny. M mengatakan saya tidak tahu
mbak, hanya tahu kalau batukbatuk.
b. Ny. M mengatakan belum
mengetahui penyebab dan cara
penularan TB Paru
DO:
c. Keluarga Tn. F belum mampu
memodifikasi lingkungan, ventilasi
dan pencahayaan dalam kamar
kurang, setiap hari jendela selalu
dibuka tetapi jarak antara rumah Tn.
F dengan tetangga tidak ada cela
sehingga cahaya matahari dan udara
kurang bisa masuk kedalam
ruangan.
d. Lantai rumah kurang bersih
Penataan alat atau perabot rumah
tangga tampak kurang teratur

Gangguan
manajemen
pemeliharaan
rumah

Ketidakmam
puan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
tentang
penyakit TB
Paru

4.2. Diagnosa Keperawatan


Kasus 1
Gangguan manajemen pemeliharaan
rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan tentang penyakit TB
Paru

Kasus 2
Gangguan manajemen pemeliharaan
rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan tentang penyakit
TB Paru

Anda mungkin juga menyukai