Studi Kasus Lapangan Apm

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

KETIDAK ADILAN PELAYANAN PUBLIC TERHADAP MASYARAKAT

DI SEKTOR BALAI DESA BRANTA PESISIR

Oleh: Afendra desilfa


Npm: 2130910047
Fakultas: Ilmu Administrasi
UNIVERSITAS ISLAM MALANG

GAMBARAN KASUS
Desa Branta pesisir kecamatan Tlanakan adalah desa yang terletak di
daerah selatan kabupaten Pamekasan yang masyarakatnya sangatlah banyak.
kurang lebih masyarakat yang bertempat tinggal didesa branta pesisir sekitar 4000
jiwa. dan sebagian besar masyarakat di desa Branta pesisir bekerja sebagai
nelayan. Otomatis, para masyarakat di desa branta pesisir tidak luput untuk
meminta sebuah pelayanan public terhadap aparatur desa Branta pesisir untuk
memenuhi kebutuhan pribadi dan kelurganya Pelayanan public di desa Branta
pesisir untuk saat ini menimbulkan efek kecemburuan sosial dikarnakan ketidak
adilan pelayan public terhadap masyarakat setempat dan dirasa pelayanan tersebut
jauh dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat yang perekonomiannya
menengah kebawah, Dan biasanya pelayanan tersebut lebih banyak bersektorkan
di balai desa.
ANALISIS KASUS
Ketidak adilan pelayanan public yang terjadi di desa branta pesisir sudah
dirasakan semenjak tahun 2012 dengan diresmikannya kepala desa yang baru,

adapun pelayanan public yang dirasakan masyarakat Branta pesisir yang tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan serta ketidak adilan dalam sebuah pelayanan
yaitu:
1. Pembuatan KTP ( kartu tanda penduduk )
2. Pembuatan surat kepemilikan tanah
3. Program-program bantuan yang tidak tepat sasaran

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi Penduduk sebagai


bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kartu ini wajib dimiliki bagi Warga
Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki izin
tinggal tetap yang sudah berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin atau telah
kawin. Anak dari orang tua WNA yang memiliki ITAP dan sudah berumur 17
tahun juga wajib memilki KTP. KTP bagi WNI berlaku selama lima tahun dan
tanggal berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran yang
bersangkutan.
KTP bagi WNA berlaku sesuai dengan masa Izin Tinggal Tetap. Para
masyarakat Branta pesisir juga tidak luput untuk membuat KTP dikarnakan KTP
tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan sebagai identitas pribadinya, para
masyarakat branta pesisir dalam pembuatan KTP terkadang merasa kesuliatan
dengan proses yang berbelit-belit. Begitu pula dengan pembuatan surat
kepemilikan tanah atau lebih umum di sebut sebagai sertifikat tanah, padahal
rumah penduduk yang bertempat tinggal di desa Branta pesisir sangatlah padat
dan setiap masing rumah atau lahan yang berada di Desa branta pesisir jelas harus
mengantongi atau memiliki serifikat tanah yang resmi untuk menjadi hak milik
sepenuhnya.
Dalam pengertiannya Yang dimaksud dengan hak milik adalah hak turuntemurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah , sedangkan

hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
oleh negara dalam jangka waktu tertentu (paling lama enampuluh tahun), dan hak
guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan atas
tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun .
Kalau diperhatikan, maka hak milik atas tanah memberikan kewenangan
untuk menggunakannya bagi segala macam keperluan dengan jangka waktu yang
tidak terbatas, sepanjang tidak ada larangan khusus untuk itu, sedangkan hak guna
usaha hanya untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara
untuk sebuah keperluan pertanian (perkebunan), perikanan atau peternakan.
Demikian pula dengan hak guna bangunan hanya untuk mendirikan dan
mempunyai bangunan atas tanah milik orang lain atau tanah yang dikuasai
langsung oleh negara. Yang pada intinya Tanah/lahan merupakan suatu rahmat
dan anugerah dari Allah SWT yang sengaja diciptakan untuk tempat
bermukimnya mahluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya. Dan sertifikat
tanah adalah sebagai surat tanda bukti hak atas tanah. Bahkan yang lebih nampak
lagi tentang ketidak adilan pelayanan public di desa Branta pesisir ialah dengan
adanya program serta pembagian bantuan yang tidak merata. Dan disinilah faktor
kecemburuan sosial

makin memuncak antara orang yang perekonomiannya

menengah kebawah terhadap orang-orang yang perekonomiannya menegah


keaatas dikarnakan ketidak merataan program bantuan tersebut atau lebih jelasnya
lagi, banyak program bantuan tersebut pembagiannya tidak tepat sasaran.
Aparatur desa yang berperan penting dalam hal tersebut seringkali
memanfaatkan momen tersebut untuk dijadikan sebuah keuntungan pribadinya
sebenarnya program bantuan pemerintah memang selalu memberikan harapan
dengan agin segar bagi rakyatnya, banyak sekali rakyat miskin yang
mengharapkan mendapatkan bantuan tersebut dalam bentuk apapun. Dan disaat
sekarang pemerintah meluncurkan program bantuan berupa uang segar yang

dikucurkan kepada rakyat miskin menjelang kenaikan harga BBM, tapi masih
banyak dilihat orang yang memiliki kalung atau perhiasan mengikuti bagian
dalam antrian bantuan pemerintah tersebut, belum lagi banyak sekali orang yang
tidak mampu malah tidak mendapat bantuan sama sekali, dan juga seperti bantuan
yang di berikan oleh pemerintah berupa sepeda ontel kepada anak yang kurang
begitu mampu, disitu aparatur desa yang mengatur serta yang ber hak memilih
siapa saja yang wajib menerimanya ternyata ada sebuah kongkalikong yang
dimana para apartur desa tersebut membagi sepeda tersebut kepada saudara atau
kerabat dekat meskipun orang yang menerimanya bisa dikatakan sebagai orang
yang mampu.

LAMPIRAN

Pada sebuah wawancara yang yang diterapkan oleh peneliti yaitu sebuah
wawancara dengan konsep sebuah subyek orang atau masyarakat untuk dimintai
subuah keterangan yang nyata ( real ), dan peneliti mewawancari orang terpenting
atau tokoh masyarakat yaitu Hj.Wardan seperti yang sudah ditunjukkan pada
gambar di atas yang memang benar-benar tau permasalahan yang sedang terjadi di
Desa branta pesisir.
Peneliti setelah melakukan sebuah wawancara bisa menyimpulkan
bahwasannya manajemen balai desa serta aparatur desa tidak memposisikan
dirinya sebgai orang yang berperan penting serta orang yang berpengaruh didesa
Branta pesisir. Bahkan bisa jadi akan timbul persepsi yang salah, dimana
merekalah yang berperan sebagai penopang masyarakat serta yang memenuhi
sebagian hak-hak masyarakat menjadi seorang yang dengan sangat mudah
merampas sebgian dari hak masyarakat yang ada didesa branta pesisir dikarnakan
oleh tindakan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Semisal mempersulit para
masyarakat yang membutuhkan pelayanan dikantor balai desa Branta pesisir dan
merampas hak yang seharusnya diperoleh masyarakat yang benar-benar
membutuhkannya sperti bantuan-bantuan yang tidak tepat sasaran.
SOLUSI TERHADAP KASUS
Agar dapat memenuhi keinginan masyarakat, selain perlu mereformasi
paradigma pelayanan publik, diterapkannya sesegera mungkin UU tentang
Pelayanan Publik, pemecahan permasalahan pelayanan publik lainnya, yaitu
dengan cara, antara lain melalui pembentukan model pelayanan publik yang
sesuai dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini di mana pemerintah
berada dalam era desentralisasi. Dengan harus adanya beberapa model pelayanan
publik dalam kerangka desentralisasi. Model pertama yang paling lama dan paling
banyak dianut oleh berbagai negara di dunia, terutama negara berkembang adalah
model traditional bureaucratic authority. Ciri dari model ini adalah bahwa
pemerintahan daerah bergerak dalam kombinasi tiga faktor yaituPenyediaan
barang dan layanan publik lebih banyak dilakukan oleh sektorb public,
Peran pemerintah daerah sangat kuat karena memiliki cakupan fungsi yang luas,
model operasi yang bersifat mengarahkan, derajat otonomi yang sangat tinggi, dan
tingkat kendali eksternal yang rendah.Pengambilan keputusan dalam pemerintah

daerah lebih menekankan pada demokrasi perwakilan Sesuai dengan kebutuhan


masyarakat yang makin meningkat, tuntutan yang lebih terbuka, serta
perkembangan globalisasi yang memicu peningkatan yang lebih cepat lagi dalam
kebutuhan dan tuntutan akan layanan publik, maka model birokrasi tradisional
tersebut biasanya dianggap tidak lagi memadai. Untuk itu, diperlukan suatu model
baru yang mampu beradaptasi dengan tuntutan perubahan ini. Model yang mampu
menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat serta merespon berbagai perubahan
yang terjadi dengan cepat. Serta model pelayanan public yang terbuka bagi siapa
saja tanpa memandang bulu . dan penerapan pelayanan yang transparan sehingga
tidak ada pihak yang bermain dibelakang layar. Harus ada penindakan tegas
berupa hukuman bagi yang memanfaatkan sebuah keuntungan yang di
peruntukkan kepentingan pribadinya sehingga menimbulkan efek jera.
KESIMPULAN
Setelah dipahami bahwa pelayanan dalam sebuah peraturan daerah di
pamekasan khususnya di desa branta pesisi sangatlah minim khususnya di bagian
pembuatan KTP, Surat kepemilikan tanah, pembagian bantuan yang salah sasaran
serta tidak merata yang dimana para masyarakat kecil atau masyarakat yang
perekonomiannya menengah kebawah selalu mendapatkan kesulitan atau prosedur
yang berbelit- belit untuk meminta suatu pelayanan yang sebenarnya itu juga
termasuk haknya mereka. Untuk itu, apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan
ini terus-menerus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan memunculkan
potensi yang bersifat berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara
lain terjadinya disentregasi bangsa, perbedaan yang lebar antar yang kaya dan
miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada
tahapan tertentu dapat meledak dan merugikan bangsa Indonesia secara
keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Sudrajat. 2006. Membangun model pelayanan publik yang dapat memenuhi
keinginan masyarakat. Makasar: Penasma, hal 1.
A.P.Parlindungan, Hak kepemilikan Tanah Di Indonesia, Mandar Maju, Bandung,
2004
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk
http://www.bimbingan.org/program-bantuan-pemerintah-salah-sasaran.htm

Anda mungkin juga menyukai