VULKANOLOGI
Klasifikasi Magma Gunungapi
DISUSUN OLEH
TUGAS 11
KLASIFIKASI MAGMA GUNUNGAPI
Magma itu sendiri merupakan cairan silika panas dan pijar yang merupakan batuan
leleh yang berada di bawah permukaan bumi dengan karakteristik:
- berasal dari bagian atas selubung bumi atau bagian bawah kerak bumi
- bersuhu antara 900-1200 oC
- mempunyai kekentalan tinggi
- bersifat mudah bergerak (mobile) dan cenderung menuju ke permukaan bumi.
Sementara terminologi lava kita gunakan apabila magma tersebut telah keluar dari
permukaan bumi, baik melalui rekahan maupun erupsi gunungapi.
Keterbentukan dari magma itu sendiri tidak bisa lepas dari tekanan dan suhu tinggi
yang terjadi di bagian dalam bumi, sehingga menyebabkan batuan di kerak bumi mencair
dan membentuk magma. Batuan di mantel dan inti Bumi masih tetap bersuhu tinggi sejak
pembentukan Bumi sekitar 4.6 juta tahun yang lalu. Ketika Bumi terbentuk, materi saling
bertumbukan dalam kecepatan tinggi. Tumbukan ini menimbulkan panas yang kemudian
terperangkap di dalam bumi. Juga terdapat panas dari hasil peluruhan radioaktif dari
unsur-unsur radioaktif yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Batuan sendiri memiliki
sifat menyimpan panas, sehingga panas tersebut lambat dilepaskan ke lingkungan sekitar.
Panas yang terkumpul akan mampu meleburkan sebagian batuan di mantel bagian atas,
pada jarak sekitar 50-100 kilometer di bawah permukaan bumi. Hanya sebagian yang
meleleh karena memang tidak seluruh batuan yang ada akan melebur, hal ini bergantung
kepada mineral-mineral yang dikandungnya, yang tentunya memiliki perbedaan titik
lebur sebagai sifat fisis bawaaan. Hal ini menyebabkan derajat peleburan yang berbeda
dari mineral-mineral itu sendiri.
PROSES PEMBENTUKAN MAGMA DARI PELEBURAN MANTEL
1. Peningkatan Suhu
Faktor ini merupakan sebab dengan peran terkecil dari pembentukan magma. Pada
suhu berapapun di atas titik lebur batuan, tidak semua mineral memiliki titik lebur yang
sama. Mineral dengan kandungan Silika tinggi semisal kuarsa melebur pada suhu yang
lebih rendah dibandingkan dengan mineral yang memiliki kandungan Si rendah semisal
Olivine. Apabila batuan mengalami peleburan sebagian, maka hasilnya adalah magma
yang memiliki kandungan Silika lebih tinggi dibandingkan dengan batuan yang
mengalami peleburan itu sendiri. Hal ini terjadi karena mineral Silikat dengan kandungan
Si tinggi melebur pada suhu lebih rendah, sesuai dengan Deret Bowen.
2. Berkurangnya Tekanan
Tekanan tinggi pada batuan mantel akan mencegah atom antar mineral untuk
memutuskan ikatan kimia dan bergerak bebas untuk membentuk magma. Maka dari itu,
kebanyakan batuan pada mantel tidaklah melebur sekalipun suhunya lebih tinggi daripada
titik lebur normal pada tekanan yang lebih rendah di permukaan Bumi. Apabila tekanan
berkurang, maka atom-atom akan dapat bergerak bebas, menyebabkan timbulnya
Pada diagram di atas, batuan mantel ultrabasa (ditandai dengan X) bergerak menuju
permukaan bumi. Pada grafik, hal ini ditunjukkan oleh panah yang mengarah ke
berkurangnya tekanan. Ingat bahwa berkurangnya tekanan pada batuan terjadi hampir
tanpa perubahan suhu yang berarti. Garis diagonal mewakili kurva peleburan peridotit,
yang merupakan batas fase, memisahkan bagian-bagian dari grafik yang menunjukkan
fase padat dan cair. Saat batuan melewati kurva peleburan peridotit, maka peleburan
mulai terjadi. Peleburan jenis ini biasanya terjadi pada tepi lempeng divergen.
3. Penambahan Air
Penambahan sedikit jumlah air akan menghasilkan penurunan titik lebur. Hal ini terjadi
karena molekul air yang memiliki polaritas, sehingga akan dapat melemahkan kekuatan
ikatan kation-anion pada mineral, maka pada suhu sangat tinggi ikatan ini mungkin lepas
sehingga atom-atomnya dapat bergerak bebas dalam magma.
Pada diagram di atas, penambahan air menggeser kurva peleburan peridotit ke suhu
yang lebih rendah. Kurva peridotit kering di bagian kanan merupakan batas fase untuk
peridotit tanpa atau dengan keberadaan sedikit air. Kurva peridotit basah di bagian kiri
adalah batas fase untuk peridotit dengan keberadaan air. Ingat bahwa peridotit basah
melebur pada suhu lebih rendah dibandingkan dengan peridotit kering. Dengan demikian,
tidak diperlukan perubahan suhu maupun tekanan dari batuan mantel untuk
memungkinkan terjadinya peleburan sebagian. Jika terjadi penambahan air kepada
peridotit kering, maka kurva pelebran akan bergerak ke arah suhu lebih rendah dan
melewati X. Pada titik tersebut maka batuan akan mulai melebur. Hal ini biasanya terjadi
di sekitar zona subduksi di daerah laut.
SIFAT DAN JENIS MAGMA
Dally 1933, Winkler (Vide W. T. Huang 1962) berpendapat bahwa magma asli (primer)
adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi magma
yang bersifat lain.
Bunsen (1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis magma
primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua
magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Klasifikasi jenis magma perlu memperhatikan sifat-sifat fisik magma dan sifat-sifat
kimia magma. Sifat-sifat fisik magma meliputi viskositas, berat jenis dan suhu magma,
sedangkan sifat-sifat kimia magma meliputi senyawa-senyawa volatile, senyawa non
volatile serta unsur lain yang disebut unsur jejak.
Sifat kimiawi magma meliputi :
- Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile dan merupakan senyawa oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma, sehingga merupakan mayor
element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
- Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
- Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
Jenis magma dipengaruhi oleh batuan asal/induk yang menjadi bahan utamanya,
sehingga secara umum magma dapat dibagi menjadi :
- Basaltis/Basa
Mengandung 50% SiO2, bersuhu tinggi antara 9000 12000 C dan viskositasnya
rendah, mengalir. Terbentuk oleh lelehan atau peleburan parsial (partial melting) selubung
yang mendesak ke atas sepanjang pusat pemekaran, di mana lempeng-lempeng bergerak
saling menjauh. Oleh sebab itu jenis magma ini mendominasi kerak samudra.
- Andesitis/Intermediet
Magma yang memiliki komposisi SiO-2 antara 50 hingga 60% (berada di antara
magma basa dan asam).
- Ryolitis/Asam
Magma asam merupakan magma yang memiliki komposisi SiO-2antara 60 hingga 70%,
bersuhu di bawah 8000 C dan viskositasnya tinggi sehingga mobilitasnya redah. Terjadi
di daerah penunjaman akibat lelehan parsial dari kerak samudra dan kerak benua bagian
bawah di bagian lebih dalam dari dasar jalur pegunungan aktif (pada daerah-daerah
tumbukan lempeng dan di mana suhu dan tekanan sangat tinggi). Oleh sebab itu magma
granitis mendominasi kerak benua.
1. Crystal Settling, umumnya Kristal yang terbentuk dari suatu magma akan
mempunyai densitas yang berbeda dengan larutannya. Proses ini meliputi pengendapan
kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal berat yang mengandung unsur Ca, Mg, Fe yang
akan memperluas magma pada bagian dasar magma chamber. Disini, mineral-mineral
silikat berat akan berada di bawah. Dan akibat dari pengendapan ini, akan terbentuk suatu
lapisan magma yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat atau tekstur berlapis pada
batuan beku. Proses yang terjadi antara lain :
- Gravity Settling
Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebih besar dari larutan akan tenggelam dan
membentuk lapisan pada bagian bawah tubuh magma (tekstur kumulat atau tekstur
berlapis pada batuan beku).
- Crystal floating/flotation
Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebih rendah dari larutan akan mengambang
dan membentuk lapisan pada bagian atas tubuh magma, Kristal-kristal tersebut kaya akan
unsur silika. Pengambangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke bagian
atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan kemudian akan
mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.
2. Filter pressing: suatu mekanisme yang digunakan untuk memisahkan larutan dari
larutan Kristal. Dalam filter settling Kristal dengan konsentrasi cairan yang tinggi,
cairannya akan dipaksa keluar dari ruang antar Kristal, hal ini dapat dicontohkan ketika
kita sedang meremas spons yang berisi air. Mekanisme ini sulit untuk diketahui karena
tidak seperti spons matriks (kristal getas dan tidak dapat mengubah bentuk dengan mudah
untuk menekan cairan keluar) dan dibutuhkan retakan pada Kristal untuk memindahkan
cairan (Filter settling adalah suatu metode umum yang digunakan dalam memnisahkan
Kristal dari larutan pada proses-proses industri tetapi belum ditemukannya yang terjadi
secara alami).
b. Inward Crystallization
Seperti yang kita ketahui tubuh magma mempunyai temperature yang sangat tinggi
dibandingkan dengan country rock yang menyelimutinya. Hal akan menyebabkan panas
dari tubuh magma lari ke country rock kemudian temperatur tubuh magma akan menurun.
Dan penurunan temperatur bejalan bersamaan dengan pembentukan Kristal, jadi pada
lapisan pertama Kristal lebih dahulu terbentuk dan mempunyai ukuran yang relative lebih
kecil dari pada Kristal yang terbentuk di dalam inti tubuh magma.
c. Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang
masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen. Proses ini disebabkan oleh
perpindahan atau menghilangnya kandungan gas, sehingga terjadi pemisahan fraksi-fraksi
hablur atau mineral berdasarkan komposisinya masing-masing. Pelepasan kandungan gas
menjadi semakin meningkat dekat makin dekatnya magma tersebut ke permukaan.
Sehingga Liquid immiscibility dapat dikatakan merupakan percampuran larutan
magma yang tidak dapat menyatu, seperti halnya yang terjadi pada saat kita
mencampurkan minyak dan air.
Dua point penting dari hal ini :
1.larutan dalam kondisi padatan yang sama tetapi tidak dapat bercampur satu sama
lain.
2.komposisi larutan tersebut harus dalam temperatur yang sama
d. Vesiculation
Vesiculation merupakan suatu proses dimana magma yang mengandung komponen
seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik ke permukaan sebagai
gelembung-gelembung gas dan membawa komponen-komponen sodium (Na) dan
potassium (K).
e. Asimilasi magma
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh magma seperti
adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur, meleleh dan bereaksi dengan
magma induk dan kemudian akan mengubah komposisi magma.
Dalam proses asimilasi, terkadang batuan-batuan yang ada di sekitar magma chamber
yang kemudian masuk ke dalam magma membeku sebagai satu bentuk inklusi batuan
yang disebut dengan xenolith. Namun bentukan inklusi ini juga dapt terbentuk sebagai
suatu inklusi kristal yang disebut dengan xenocrsyt.
Magma mixing terjadi saat dua jenis magma yang berbeda bertemu dan kemudian
bercampur menjadi satu menghasilkan satu jenis magma lain yang homogen yang disebut
dengan magma turunan. Magma turunan ini biasanya bersifat pertengahan dari kedua
jenis magma yang bercampur. Sebagai contoh, magma andesitic dan dacitic kemungkinan
adalah magma intermediet yang terbentuk dari hasil pencampuran magma asam dan
magma basa. Kedua jenis magma ini dpat bertemu apabila dalam suatu regional terdapat
2 magma chamber yang memiliki potensi dan berjarak tidak jauh dan kemudian terjadi
intrusi magma berupa sill atau dike dari salah satu magma chamber lalu intrusi ini
mencapaimagma chamber yang lain. Dari intrusi yang menerobos dan bertemu
denganmagma chamber inilah kemudian terjadi proses pencampuran 2 jenis magma yang
berbeda menghasilkan satu jenis magma baru yang bersifat tengahan dari 2 jenis magma
yang bercampur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. What is Lava? Diakses melalui :
http://curiosity.discovery.com/question/lava-definition
Anonim. 2014. Lava. Diakses melalui : http://id.wikipedia.org/wiki/Lava
Anonim. 2014. Magma. Diakses melalui : http://id.wikipedia.org/wiki/Magma
Anonim. 2014. How is Lava Formed. Diakses melalui :
http://volcano.oregonstate.edu/how-lava-formed
Anonim. 2014. Magma Formation and Behavior. Diakses melalui :
http://mtweb.mtsu.edu/cribb/100magma.html
Sidik, Muhammad. 2013. Magma. Diakses melalui :
http://emsidik.blogspot.com/2013/06/magma.html
Anonim. 2014. Magma. Diakses melalui :
http://petroclanlaboratory.weebly.com/magma.html
Richard Smith, David J. Lowe, Ian Wright. 2013. Volcanoes - What is a Volcano?, Te
Ara - The Encyclopedia of New Zealand. Diakses melalui :
http://www.teara.govt.nz/en/interactive/8686/types-of-magma
Anonim. 2014. Magma : Pembentukan dan Evolusi. Diakses melalui :
http://tambangunp.blogspot.com/2013/03/magma-pembentukan-dan-evolusi.html
Mangantjo, Syaiful. 2011. Diferensiasi Magma. Diakses melalui :
http://syaifulmangantjo.wordpress.com/2011/05/27/diferensiasi-magma/
Mustika, Andro. 2009. Diferensiasi Magma. Diakses melalui :
http://mantanpejuanggeologi.blogspot.com/2009/02/diferensiasi-magma.html
Boby Hertanto, Hendrik. 2012. Magma Differentiation. Diakses melalui :
http://geoenviron.blogspot.com/2012/10/magma-differentiation_8.html