Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN FIELDTRIP PENGOLAHAN AIR MINUM

PDAM TIRTA MOEDAL KOTA SEMARANG

Disusun oleh :
Annisa Amaliana
Devi Sarah Silaban
Yunita Rahmawati
Putri Setiyo Wulandari
Bayu Wicaksono
Mustafiroh Kasanah
Dinar Andaru Mukti
Mawaddah Salwa
Widya Gian Argintha
Amalia Safira Koesputri
Rahmadayanti
Dayu Febriantika
Shalihat Afifah Dhaningtyas
Muhammad Imam Maarif

25010112120084
25010112120097
25010112130122
25010112130125
25010112130133
25010112130135
25010112130159
25010112140130
25010112140134
25010112110148
25010112140150
25010112140151
25010112140152
25010112140157

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumberdaya air secara
konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati
sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya
air merupakan dasar peradaban manusia.1
Sebagian besar penduduk di Indonesia masih menggunakan air sumur
sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Namun untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan
tidaklah mudah. Hal ini disebabkan adanya bakteri dan unsur-unsur atau
kandungan dalam air tersebut yang harus dijernihkan/dimurnikan agar bersih
dan layak untuk dijadikan sebagai air bersih untuk sumber air baku dan
lainnya.
Salah satu sarana pelayanan terhadap persediaan air minum adalah PDAM.
PDAM adalah salah satu Perusahaan Daerah yang bergerak dalam bidang
penyediaan air minum. Selain meningkatkan sisi kualitasnya, dari sisi
pelayanannya PDAM juga harus mampu maksimal. Hal ini dikarenakan, air
sebagai kebutuhan hidup, harus mampu disalurkan secara merata agar
kualitas hidup masyarakat juga meningkat dan mendukung peningkatan
ekonomi masyarakatnya. Untuk mempertahankan pelanggan, pihak PDAM
dituntut selalu menjaga kepercayaan pelanggan dengan memperhatikan secara
cermat kebutuhan pelanggan sebagai upaya memenuhi keinginan dan harapan
atas pelayanan yang diberikan.2
B. Tujuan
Tujuan dari fieldtrip pengelolaan air minum adalah:
1. Mengetahui profil PDAM Kota Semarang
2. Mengetahui fungsi keberadaan PDAM Kota Semarang
3. Mengetahui pengolahan air minum dan penyaluran air di PDAM Kota
Semarang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil PDAM Tirta Moedal Semarang
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal Kota Semarang
merupakan perusahaan milik Daerah (BUMD) yang bergerak di bidang
pelayanan masyarakat yang menyediakan air bersih untuk masyarakat
Kota Semarang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terletak pada
posisi astronomi di antara garis 650 710 Lintang Selatan dan garis
10935 11050 Bujur Timur sehingga Kota Semarang berada dilokasi
perbukitan dan pesisir pantai. Menurut batas wilayah administratif kota
semarang terbagi atas wilayah Barat berbatasan dangan Kabupaten
Kendal, wilayah Timur berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Demak,
wilayah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan wilayah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Ungaran.

Penduduk Kota Semarang

menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang


tahun 2013 jumlah penduduk kota Semarang 1.739.989. Pada tahun 2012
dibangun Instalasi Pengolahan Air Kudu dengan kapasitas 1250 ldt, untuk
memenuhi kebutuhan aliran di wilayah Timur dan sebagian Tengah.
Peta Pelayanan PDAM Kota Semarang dalam cakupan
pendistribusian air bersih wilayah Kota Semarang per Februari 2014
berjumlah 145.638 pelanggan yang terbagi dalam 5 cabang adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Jumlah Pelanggan PDAM per Cabang
Cabang Selatan
Cabang Barat
Cabang Timur
Cabang Utara
Cabang Tengah

24.848 pelanggan
31.232 pelanggan
40.566 pelanggan
29.179 pelanggan
19.813 pelanggan

B. Pengertian Pengolahan Air Bersih


Pengolahan Air adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk
merubah sifat-sifat air tersebut. (Joko, Tri 2010). Air minum merupakan

air yang dapat dikonsumsi oleh manusia tanpa menimbulkan efek samping
yang berbahaya, mengandung jumlah mineral yang mencukupi, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (tawar). Air minum yang biasa
digunakan adalah air minum yang berasal dari air tanah, mata air, dan air
permukaan yang selama perjalannya menembus lapisan-lapisan tanah
sehingga terjadi filtrasi atau penyaringan partikel-partikel yang tersuspensi
di dalamnya. Air dalam tanah mengandung bakteri patogen dalam jumlah
yang relatif kecil dibandingkan dengan air permukaan karena air tanah
mempunyai

kemungkinan

kontak

langsung

dengan

kontaminan-

kontaminan yang mungkin mencemari air tanah. Sehingga kualitas air


tanah umumnya lebih baik jika dibandingkan dengan air permukaan. Akan
tetapi air ini pun tidak dapat diminum secara langsung karena masih
terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi, maka perlu diolah terlebih
dahulu agar memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi. (Siti
Fatimah)
C. Sumber-Sumber Air Baku
Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam
industri air minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu
proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Sekarang apa yang
disebut dengan air baku. Berdasar SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit
paket Instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara
perencanaan unit paket instalasi pengolahan air pada bagian Istilah dan
Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah :
Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau
air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku
untuk air minum Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur
air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air
buangan atau air laut. Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air
minum. Sumber-sumber air dapat dibagi menjadi (Sugiharto 1987):
1. Air hujan

Air hujan cenderung mempunyai Ph yang rendah sehingga bersifat


asam. Air hujan bersifat lunak karena tidak mengandunggaram dan zat-zat
mineral.
2. Air tanah
Air tanah terdiri dari mata air, air tanah dangkal, dan air tanah
dalam.Mata

air

yang

berasal

dari

tanah

dalam,

hampir

tidak

terpengaruhioleh musim dan kualitas atau kualitasnya sama dengan


keadaan air dalam.Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan
air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan
sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak
mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan
tananh yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing
lapisan tanah. Lapis tanah disini berfungsi sebagai saringan. Di samping
penyaringan, pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada
muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah menemui lapisan air, air
akan terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini
dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
Kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim. Air tanah dalam pada
umumnya lebih baik dari air dangkal, karena penyaringannya lebih
sempurna dan bebas dari bakteri.
3. Air permukaan
Air permukaan dapat berupa sungai, danau, dan waduk. Sungai
dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada
umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan akanair minum pada umumnya dapat
mencukupi. Danau kebanyakan air danau ini berwarna yang di sebabkan
oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus
yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan
adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe

dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali
(anaerob), maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air
akan tumbuh algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2. Jadi
untuk pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengahtengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula
dengan lumut yang ada pada permukaan danau. Waduk selain sebagai
sumber pengairan persawahan juga dimanfaatkan sebagai sumber
penyediaan air baku untuk bahan baku air minum dan air rumah tangga.
Air yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai kegunaannya.
D. Proses Pengolahan Air Bersih
Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih,
tergantung pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air
yang akan diolah dan jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan
air dan pemilihan serta penambahan bahan pengendap dapat dilakukan
untuk efisiensi pengolahan air bersih. Menurut Manihar (2007), beberapa
bagian atau langkah penting pengolahan air (bukan hanya air minum) yang
sering dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah:
1. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk
masuknya air dari sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk
pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Pada bangunan intake
ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan
masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke
bangunan selanjutnya, yaitu WTP Water Treatment Plant.
2. Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim
WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya

bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak


flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita
bahas satu per satu bagian-bagian ini.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi
ini. Apa yang terjadi dalam bak ini..?? pada proses
koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel
koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor
biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel
koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi
partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia
berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan
rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau
hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan
batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan
cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses
adalah 30 90 detik.
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan
masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk
membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah
dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid
melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya
perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi.
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel
koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya.

Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis


partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar
daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan
terpisah antara air dan lumpur. Gabungan unit koagulasi,
flokulasi, dan sedimentasi disebut unit aselator
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya
adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya,
adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media
berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan
kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara
grafitasi. Selesailah sudah proses pengolahan air bersih.
Biasanya untuk proses tambahan, dilakukan disinfeksi
berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan
lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu
reservoir.
3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan,
air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui
pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di kita
menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di
tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang
menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA Instalasi
Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya
Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan
ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping
station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan

air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih
siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran
ke tiap daerah distribusi.

Gambar 2.1 Proses Pengolahan Air Bersih


E. Peraturan Mengenai Air Minum
Kualitas air minum di Indonesia diatur berdasarkan Peraturan
Pemerintah

yaitu

PERMENKES

RI

NOMOR

907/MENKES/SK/VII/2002/ Parameter kualitas air minum meliputi


parameter fisik, kimia dan biologi (Rahadi dan Edwan, 2010). Adapun
berdasarkan SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi
Pengolahan Air yaitu bagian persyaratan teknis kualitas air baku yang bisa
diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) adalah :

1. Kekeruhan, maximum 600 NTU atau 400 mg/liter SiO2.

2. Kandungan warna asli tidak melebihi dari 100 Pt Co dan


warna sementara mengikuti kekeurhan air baku.
3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat PP No. 82 tahun
2000 tentang Pengolahan Kualitas air dan Pengendalian
Pencemaran Air
4. Dalam hal air sungan daerah tertenu

mempunyai

kandungan warna, besi dan atau bahan organik melebihi


syarat tersebut diatas tetapi kekeruhan rendah (<50 NTU)
maka digunakan IPA systemn DAF atau sistem lainnya
yang dapat di pertanggung jawabkan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Klasifikasi Air
Pengolahan air yang dimaksudkan untuk merubah kualitas air yang
semula tidak memenuhi tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi air yang
memenuhi syarat kesehatan. sebagaimana Peraturan menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010, tanggal 19 April 2010, air yang boleh dikonsumsi
manusia harus memenuhi persyaratan fisi, kimia, dan mikrbiologi dengan
kadar parameter tertentu. Menurut kualitasnya, air dapat digolongkan sebagai
berikut:
Air Baku
Air yang ada di alam (air tanah, air permukaan, dan mata air) yang

kualitasnya mungkin belum memenuhi syarat kesehatan.


Air Bersih
Air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yag
kualitasnya hamper memenuhi syarat kesehatan dna apabila di minum

harus dimasak terlebih dahulu.


Air Minum
Air bersih yang kualitasnya sudha memenuhi syarat kesehatan dan
langsung dapa diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.

2. Sumber Produksi
PDAM Tirta Moedal Kota Semarang dalam memproduksi air minum
menggunakan berbagai sumber air yang kemudian diolah menjadi air minum
yaitu dapat berasal dari air permukaan, mata air, dan air tanah dalam yang
terbagi dalam sumur kota dan sumur pegunungan. Adapun perinciannya
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Sumber Produksi PDAM Tirta Moedal Kota Semarang
No. Sumber Produksi
1
2
3
Total

Air permukaan
Mata air
Air tanah dalam
- Sumur kota
- Sumur pegunungan

Lokasi

Kontribusi

Produksi

7
8

Produksi
69,2%
11,1%

Th.2011 (lt/det)
1.802,10
345,79

5
25
45

0,9%
18,8%
100%

23,14
472,96
2.643,99

3. Jenis Pengolahan
Pada PDAM Tirta Moedal ini menggunakan tiga sumber air baku yang
diolah menjadi air minum. Pada masing-masing sumber air baku tersebut
memerlukan pengolahan air yang berbeda-beda. Jenis pengolahan air baku
dapat dilihat pada table berikut
Tabel 3.2 Jenis Pengolahan Air Baku
No.
1
2
3

Macam air baku


Jenis pengolahan
Mata air
Pengolahan tak lengkap
Air tanah dalam
Pengolahan tak lengkap
Air permukaan (sungai)
Pengolahan lengkap
Berikut tahap-tahap pengolahan air di PDAM Tirta Moedal Semarang

yaitu meliputi :
Sumber air

intake

Bar screen

Koagulasi

Flokulasi

Sedimentasi

Filtrasi

Desinfeksi

Reservoir

Gambar 3.1 Tahap pengolahan air di PDAM Tirta Moedal Semarang


Dibawah ini adalah diagram alir proses pengolahan air :

IPA Kaligarang I

IPA Kaligarang II

IPA Kaligarang III

IPA Kaligarang
IV

Gambar 3.2 diagram alir proses pengolahan air


Pada pengolahan air permukaan yang diambil dari sungai dilakukan
pengolahan secara lengkap yaitu sebagai berikut:
a. Penyaringan Awal
Aliran air sungai sebagian diarahkan ke intake yang merupakan unit
bangunan pertama dari instalasi pengolahan air. Pada unit bangunan ini
terjadi proses penyaringan terhadap kotoran yang melayang dan terapung
dengan menggunakan screen jeruji besi (Bar Screen).

Gambar 3.4 Intake IPA Kaligarang


Gambar 3.3 Sungai Kaligarang
b. Proses Pengadukan Cepat (Koagulasi)
Proses pencampuran dan pemerataan bahan kimia koagulan Aluminium
Sulfat (tawas) atau Poly Aluminium Chloride (PAC) dengan air baku.
Proses ini terjadi dengan memanfaatkan aliran turbulen sehingga
diharapkan dapat terbentuk inti-inti flok.

Gambar 3.5 Sistem Injeksi di IPA Kaligarang


Sebelum proses koagulasi, dilakukan Jar Test di laboratorium untuk
menentukan dosis bahan kimia (koagulan) yang akan dicampurkan
kedalam air yang berasal dari sumber air agar menjadi air yang layak
pakai.

Gambar 3.6 Proses Jar Test di laboratorium


c. Proses Pengadukan Lambat (Flokulasi)
Flokulasi yaitu proses pengadukan yang bertujuan untuk menggabungkan
flok-flok kecil yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi)
sehingga menjadi besar dan mudah untuk diendapkan. Dalam proses ini
yang terjadi adalah pengadukan lambat, disamping untuk menggabungkan
flok juga dapat mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah
terbentuk.

Gambar 3.7 Tempat terjadinya flokulasi


d. Proses Pengendapan (Sedimentasi)
Proses pengendapan flok-flok yang telah terbentuk pada proses flokulasi.
Pada unit bangunan pengendapan ini dilengkapi dengan tube settler yang
bertujuan untuk mengoptimalkan proses pengendapan.

Gambar 3.8 Bangunan pengendapan


flok-flok
e. Proses Penyaringan (Filtrasi)
Merupakan penyaringan dari

Gambar 3.9 Kran pembuangan


lumpur
proses

sedimentasi

yang

masih

mengandung/membawa mikroflok yang belum terendapkan, media yang


dipakai pada penyaringan ini adalah pasir kuarsa dari Bangka dengan
ketebalan 80 100 cm.

Gambar 3.10 Penghubung


sedimentasi dengan filtrasi

Gambar 3.11 Bangunan penyaring air


bersih

f. Proses Sterilisasi (Desinfeksi)


Proses pemberian zat desinfektan dalam hal ini yang dipakai adalah Chlor
(gas/cair) yang bertujuan untuk membunuh bakteri/ kuman yang mungkin
masih ada dalam air. Pembubuhan dilakukan di inlet reservoir dengan
maksud agar mempunyai waktu kontak yang lebih lama di pelanggan.

Gambar 3.12 Bangunan penampung Gambar 3.13 Chlor tank building


air bersih

4. Monitoring Kualitas Air


Berdasar pada peraturan yang berlaku yaitu Undang-undang No.8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Kep Men. Kes. RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Dalam
menjaga kualitas air hasil pengolahan air agar tetap memenuhi standar kualitas
sesuai ketentuan yang berlaku, baik di reservoir Instalasi Pengolahan Air
maupun di pelanggan dilakukan pengecekan kualitas air dengan mengambil
sampel di beberapa tempat.
Tabel 3.3 Jumlah Lokasi Pengambilan Sampel
No. Lokasi
1
Reservoir
2
Pelanggan
Jumlah
Total

Jumlah pengambilan sampel


Bakteriologis
Fisika & Kimia
310
132
804
84
1114
216
1330

Pelaksanaan sampling:
1. Dinas Kesehatan Kota Semarang

: 600 sampel

2. PDAM Kota Semarang

: 730 sampel

Gambar 3.14 Pemeriksaan di laboratorium


5. Standar Kualitas Air Minum
Pada hasil pengolahan air harus diperhatikan kualitas kandungan yang
ada didalam air tersebut. Kualitas air tersebut didasarkan pada Kepmenkes RI
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 dengan memperhatikan kadar maksimum yang
diperbolehkan. Parameter dalam menjaga kualitas digunakan beberapa
parameter sebagai berikut:

Tabel 3.4 Standar Kualitas Air Minum


No. Parameter
I
1
2
3
4
II
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
III
1

Fisika
Warna
Rasa dan Bau
Temperatur
Kekeruhan
Kimia
Antimony
Air raksa
Arsenic
Barium
Boron
Cadmium
Chromium
Tembaga
Sianida
Fluoride
Timah
Molybdenum
Nikel
Nitrat
Nitrit
Selenium
Ammonia
Alminium
Khlorida
Tembaga
Kesadahan
Hydrogen sulfida
Besi
Mangan
pH
Sodium
Sulfat
Total Padatan terlarut
Seng
Chlorine
Bakteriologis
Koliform Tinja
a. Pada air minum
b. Pada air yang masuk

Satuan

Kadar

Maksimum

diperbolehkan

TCU
o
C
NTU

15
Tidak berasa/berbau
Suhu udara 3C
5

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

0,005
0,001
0,01
0,7
0,3
0,003
0,05
2
0,07
1,5
0,01
0,07
0,02
50
3
0,01
1,5
0,2
250
2
500
0,05
0,3
0,4
6,5 - 8,5
200
250
500
3
600 1000

Jml/100ml
Jml/100ml

0
0

yang

system distribusi
c. Pada
system Jml/100ml

distribusi
Total Koliform
a. Pada air yang masuk Jml/100ml

system distribusi
b. Pada
system Jml/100ml

distribusi

BAB IV
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
1. Jiuhui, QU, et al., 2004. A combination of Ion Exchane\ge and
Electrochemical Reduction for Nitrate Removal fromDrinking Water: Part
1. Water Environment Research, Vo. 76 No. 7: 2686
2. Joko, Tri. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum.
Yogyakarta :Graha Ilmu.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19680216199
4022-SOJA_SITI_FATIMAH/Kimia_industri/AIR.pdf
3. PDAM Kota Semarang. 2014. Profil Perusahaan Daerah Air Minum Tirta
Moedal Kota Semarang (online, http://www.pdamkotasmg.co.id/, diakses
29 Mei 2015 pukul 6.00 WIB)

4. Rahadi, Aprian Eka dan Kardena Edwan. 2010. Kualitas Air Pada Proses
Pengolahan Air Minum Di Instalasi Pengolahan Air Minum LIPPO
Cikarang. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institusi Teknologi
Bandung: Bandung
5. Situmorang, Manihar. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed. Hal 17-95
6. Simanjuntak. 2012.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34263/5/Chapter%20I.pdf
diakses pada 12 Juni 2015
7. SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
8. Sugiharto (1987), Dasar- dasar Pengelolaan Air Limbah, Cetakan
Pertama. Jakarta: UI Press
9. Sunaryo dkk, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air.

Anda mungkin juga menyukai