Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014


MODUL

: Adsorpsi

PEMBIMBING

: Ir. Herawati Budiastuti, M.Eng.Sc, Ph.D

Praktikum
: 8 April 2014
Penyerahan : 15 April 2014
(Laporan)

Oleh :
Kelompok

: VI

Nama

: 1. Nurul Wanda O

Kelas

NIM.111424020

2. Rendra Hakim H

NIM.111424021

3. Reza Noegraha

NIM.111424022

4. Riestha N.L

NIM.111424023

: 3A-TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014

I.

Tujuan Praktikum
1. Menentukan kurva breaktrough fluida yang melalui permukaan partikel padatan dalam
unggun diam (fixed-bed).
2. Menghitung kapasitas kemampuan partikel padatan sebagai adsorben.

II.

Teori Dasar

2.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan maupun gas)
terikat pada suatu padatan dan akhirnya membentuk suatu film (lapisan tipis) pada
permukaan padatan tersebut. Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi
terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana
terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Kecepatan atau besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :

Macam adsorben

Macam zat yang diadsorpsi (adsorbate)

Luas permukaan adsorben

Konsentrasi zat yang diadsorpsi (adsorbate)

Temperatur
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan
maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat
tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi, disesuaikan dengan sifat dan
keadaan zat yang akan diadsorpsi. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zatzat dalam larutan adalah arang aktif.
2.2

Mekanisme adsorpsi

Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan
kimia-fisika antara substansi dengan penyerapanya. Proses perlekatan dapat saja terjadi
antara cairan dan gas, padatan, atau cairan lain.
Adsorpsi fisik terjadi karena adanya ikatan Van der waals, dan bila ikatan tarik antar
molekul zat terlarut dengan zat penyerapnya lebih besar dari ikatan antara molekul zat
terlarut dengan pelarutnya maka zat terlarut akan dapat diadsorpsi (Reynold, 1982).
Sedangkan adsorpsi kimia merupakan hasil dari reaksi kimia antara molekul adsorbat
dan adsorban dimana terjadi pertukaran elektron (Benefield, 1982).
Adsorpsi terhadap air buangan mempunyai tahapan proses seperti berikut (Benefield, 1982):
1. Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi adsorban.
2. Difusi adsorbat melalui lapisan film (film diffusion).
3. Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorban (proses pore diffusion)
4. Adsorbsi adsorbat pada permukaan adsorban.
2.3 Arang aktif
Arang aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing-masing berikatan secara
kovalen atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktifasi,
sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian mempunyai daya serap yang besar
terhadap zat-zat lainnya, baik dalam fase cair maupun dalam fase gas. Dengan demikian,
permukaan arang aktif bersifat non-polar. Struktur pori berhubungan dengan luas
permukaan, dimana semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan
semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Komposisi arang aktif
terdiri dari silika (SiO2), karbon, kadar air dan kadar debu.
Faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari arang aktif adalah :
1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga menimbulkan
gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.
2. Adanya permukaan yang luas (300 3500 cm2/gram) pada arang aktif sehingga
mempunyai kemampuan daya serap yang besar.

Menurut SII No.0258-79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang
tercantum pada tabel dibawah ini :
JENIS

PERSYARATAN

Bagian yang hilang pada pemanasan 950C

Maks. 15%

Air

Maks. 10%

Abu

Maks. 2,5%

Bagian yang tidak diperarang

Tidak nyata

Daya serap terhadap larutan

Min. 20%

2.4 Mekanisme adsorpsi pada arang aktif


1.

Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan arang aktif dalam
keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil.

2.

Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang aktif) dengan zat-zat
teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam larutan yang bersifat elektrolit akan diserap
lebih efektif dalam suasana basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan dalam larutan yang
bersifat non elektrolit penyerapan arang aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman atau sifat
kebasaan larutan.

Faktor yang mempengaruhi adsorpsi


Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme adsorpsi adalah agitasi, karakteristik
karbon akitif, ukuran molekul adsorbat, pH larutan, temperatur dan waktu kontak (Benefield,
1982).
1. Agitasi
Jika agitasi yang terjadi antara partikel karbon dengan cairan relatif kecil, permukaan
film dari liquid sekitar partikel akan menjadi tebal dan difusi film akan terbatas.
2. Karakteristik karbon Aktif
Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik terpenting dari karbon aktif
sebagai adsorban. Ukuran partikel karbon mempengaruhi tingkat adsorpsi yang terjadi ;
tingkat adsorpsi meningkat seiring mengecilnya ukuran partikel. Tingkat adsorpsi untuk
karbon aktif powder lebih cepat dari pada granular. Total kapasitas adsorpsi tergantung
pada total luas permukaan dimana ukuran partikel karbon tidak berpengaruh besar pada
total luas permukaan karbon.
3. Ukuran molekul Adsorbat
Ukuran molekul merupakan bagian yang penting dalam adsorpsi karena molekul harus
memasuki micropore dari partikel karbon untuk diadsorpsi. Tingkat adsorpsi biasanya
meningkat seiring dengan semakin besarnya ukuran molekul dari adsorbat.
4. pH
pH mempunyai pengaruh yang sangat besar pada proses adsorpsi, karena pH menentukan
tingkat ionisasi larutan. Asam organik dapat diadsorpsi dengan mudah pada pH rendah,
sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi pada pH tinggi. Pada umumnya, adsorpsi bahan
organik dari air limbah meningkat seiring dengan menurunnya pH (Culp,RL dan Culp,
GL, 1986). Pada pH rendah, jumlah ion H + lebih besar; dimana ion H+ tersebut akan
menetralisasi permukaan karbon aktif yang bermuatan negatif, sehingga dapat
mengurangi halangan untuk terjadinya difusi organic pada pH yang lebih tinggi.
Sebaliknya, pada pH tinggi, jumlah ion OH- berlimpah, sehingga menyebabkan proses
difusi bahan-bahan organik menjadi terhalang (RaniSahu,www.GISdevelopment.net). pH
optimum untuk proses adsorpsi harus didapat dari tes laboratorium.

3.

Suhu
Tingkat adsorpsi akan meningkat dengan meningkatnya suhu dan akan menurun dengan
menurunnya suhu. Tapi jika reaksi-reaksi adsorpsi yang terjadi adalah eksoterm, maka
dari itu tingkat adsorpsi umumnya meningkat sejalan dengan menurunya suhu.

4.

Waktu Kontak
Waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya
adsorpsi molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan
karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik.

III.

METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
a. Alat
o Seperangkat Alat adsorpsi
o Turbidymeter
o pH meter
o Konduktivity meter
b. Bahan
o Karbon Aktif
o Limbah Air Sungai dari Ciwaruga

3.2. Cara Kerja

Tahap Persiapan

mulai

persiapkan alat dan bahan serta lakukan


pengecekan terhadap alat

selesai

Proses Adsorpsi
mulai

masukan air limbah ke dalam bak umpan lalu


alirkan ke kolom unggun

Buka keran bawah dan tampung efluen setiap


10 menit hingga jenuh

Ukur pH, TDS, kekeruhan dan volume


efluen yang dihasilkan

Lakukan backwash dengan air keran

Selesai

IV.

DATA PENGAMATAN

Volume Limbah

Vol air akhir adsorbsi = 2600 mL

Laju Alir

= 315,8 mL/menit

pH awal

= 7,21

TDS awal

= 289 mg/L

DHL awal

= 0,391 mS

Kekeruhan Awal

= 2,83 NTU

Air Keran (untuk backwash)


no.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
-

t
(menit)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120

= 37900 mL

efluen
Volume
kumulatif
0
0
4
4
4.8
8.8
4.5
13.3
3.6
16.9
3.2
20.1
3
23.1
2
25.1
2
27.1
2.3
29.4
2.9
32.3
3
35.3
2.6
37.9

pH
7.21
7.25
7.41
7.26
6.72
7.98
6.85
7.22
7.44
7.4
7.49
7.64
7.59

Sebelum backwash (langsung dari keran):


o Turbidity

= 1,53 NTU

o pH

= 6,86

Sesudah backwash (dari keluaran kolom):


o Turbidity

= 1,46 NTU

o pH

= 7,21

Tabel Data Pengamatan

TDS
mg/L
289
320
316
309
280
315
313
311
305
316
323
314
269

DHL
mS
0.391
0.473
0.456
0.467
0.461
0.475
0.472
0.46
0.47
0.466
0.482
0.466
0.436

kekeruhan
NTU
2.83
2.7
0.97
0.99
2.79
2.89
1.92
2.23
2.54
2.82
2.51
2.65
2.44

Kurva kekeruhan terhadap waktu

kekeruhan terhadap waktu


3.5
3
2.5
2

Kekeruhan (NTU)

kekeruhan terhadap waktu

1.5
1
0.5
0

50

100

Waktu (menit)

TDS terhadap waktu

150

TDS terhadap waktu


350
300
250
200

TDS (mg/l)

TDS terhadap waktu

150
100
50
0

20

40

60

80

100

120

140

Waktu (menit)

DHL terhadap waktu

DHL Terhadap Waktu


0.6
0.5
0.4

DHL (mS)

0.3
0.2
0.1
0

20

40

60

80

Waktu (menit)

pH terhadap waktu

100

120

140

pH vs waktu
8.5
8
7.5

ph

7
6.5
6

20

40

60

80

100

120

140

waktu (menit)

DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie.J, 1983, Transport Process and Unit Operation, Ally and
Bacon,Inc, United State of America
Mc CABE and Werren I Smith Julian C &Hariott., Unit Operations of

Chemical

Engineering, 3rd, New York.


http://id.wikipedia.org/wiki/Adsorpsi, diakses pada tanggal 13 April 2014
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/12/faktor-faktor-yangmempengaruhi_27.html,diakses pada tanggal 13 April 2014
http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/05/18/adsorpsi/, pada tanggal 13 April 2014

Anda mungkin juga menyukai