Sadeng
Sadeng
55
dari
toleransi
inter
dan
antar
umat
beragama,
56
Gunung
Pati
Kota
Madya
Semarang,
bidang-bidang
57
2. Pendidikan khusus
3. Tinjauan Historis
Untuk mengetahui dengan pasti, kapankah pertama kali desa
sadeng terbentuk bukanlah suatu persoalan yang mudah. Selama
melekukan proses penelitian penulis tidak menemukan adanya prasati atau
dokumentasi yang dapat membantu penulis untuk menjelaskan historisitas
Desa Sadeng Kecamatan Gunung Pati Kota Madya Semarang tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai desa tersebut, penulis mencoba
menggunakan metode lain, yaitu wawancara dengan beberapa tokoh
masyarakat dan beberapa warga desa yang merupakan sesepuh pinisepuh
didesa ini.
Dari serangkaian wawancara yang penulis lakukan, penulis
mendapatkan cerita yang hampir sama tentang historisutas desa sadeng.
58
Desa ini sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Bahkan sebelum
desa teresbut mempunyai sebutan Sadeng pun tempat teresbut sudah
menjadi pemukiman penduduk beratus-ratus tahun yang lalu.
Penamaan sadeng, adalah berkat jasa salah seorang walisongo
(wali sembilan) yang juga merupakan tokoh-tokoh penyebar agama Islam
di Indonesia pada umumnya dan dijawa pada khususnya, pada tahap-tahap
awal penyebaran dan perkembangan agama Islam.
Di kisahkan pada suatu waktu, salah seorang wali sembilan yaitu
sunan kalijogo sedang melakukjan perjalanan dari wilayah Jawa Barat
menuju masjid Demak. Di karenakan menempuh perjalanan yang jauh,
sunan kalijogo memutuskan untuk beristirahat di sebelah barat desa yang
sekarang lebih dikenal dengan Desa Sadeng. Konon ceritanya, pada waktu
itu didesa tersebut terkenal banyak perawan-perawan tua yang belum
menikah. Tentu saja ukuran perawan tua tersebut sesuai dengan konteks
kulture masyarakatnya pada waktu itu. Saat sunankalijogo sedang
beristirahat itulah,beliau melihat dan mendengar suara-suara perawanperawan tua tersebut sedang menumbuk padi dilesung. Kemudian sunan
Kalijogo menamai desa tersebut Desa Sadeng yang artinya perawanperawan tua yang sedang menumbuk padi. Sampai saat ini Sadeng masih
tetap menjadi panggilan untuk menyebut daerah tersebut.
B. Gambaran Umum Ibu Muda di Desa Sadeng Kecamatan Gunung Pati
Kota Madya Semarang
1. Faktor-faktor yang Mendorong Menikah Diusia Muda
Bagi umat Islam menikah bukanlah kewajiban baginya, seperti
halnya kewajiban untuka mendirikan sholat, melaksanakan puasa,
membayar zakat, dan kewajiban-kewajiban yang lain. Menikah merupakan
anjuran dan mengikuti sunah Nabi. Meskipun demikian, manusia pada
59
60
5
6
61
tidak ada unsur paksaan dari orang tua sebagaimana kisah siti nurbaya.
Sebab umumnya, sebelum adanya perjodohan tersebut mereka sudah
saling mengenal, mereka diberi kesempatan untuk saling mengenal
kepribadiannya masing-masing, untuk selanjutnya terserah mereka. Kalau
ada kecocokan diantara mereka perjodohan tersebut dilanjutkan,
sebaliknya jika mereka tidak menemukan kecocokan, mereka tidak harus
menikah.7
Ada juga yang menikah di usia muda karena sudah mapan.
Kemapanan dan kedewasaan seseorang tidaklah di ukur dari usianya saja.
Mapan disini dimaksudkan dimana seseorang sudah mampu memberikan
nafkah lahir maupun batin. Kata mapan di identikkan atau lebih di
peruntukkan untuk laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Biasanya
pemuda yang menikah di usia muda di desa sadeng, adalah mereka yang
setelah beberapa tahun merantau ke malaysia.
Ada juga beberapa kasus yang menikah di usia muda, penyebabnya
dikarenakan takut terjeremus ke lembah perzinaan. Pasangan muda-mudi
ini sudah berpacaran sejak mereka masih di sekolahan, rata-rata mereka
satu kelas, ketika mereka masih di tingkat SLTP ada juga yang sudah
ditingkat SLTA. Karena mereka sudah runtang-runtung (kemana-mana
selalu berdua), takut mereka melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya
serta takut menimbulkan fitnah, akhirnya mereka dinikahkan. Sebenarnya
mereka yang menikah di usia muda karena faktor ini belum cukup mapan
untuk
menempuh
kehidupan
suami
istri.
Namun
dengan
7
8
62
63
10
64
11
12
65
pada
kesehatan
yang
optimal
sehinggga
membentuk
66
67
bisa. Padahal seharusnya orang tua tidak perlu pandangan seperti itu. Sebab
rasa percaya diri bukanlah bawaan sejak lahir. Anak anak mudah sekali rendah
diri, tidak mampu dan merasa tidak penting karena banyak hal yang belum
mereka ketahui. Sebaiknya orang tua memberikan kesempatan kepada mereka
dan mendorong secara terus menerus pada setiap aktivitas positif yang mereka
lakukan.14
Yang perlu ditekankan adalah bahwasanya kemandirian seorang anak
tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik lingkungan keluarga, teman
sepermainan maupun masyarakat pada umumnya. Selain itu, kepribadian yang
mandiri pada seorang anak bisa timbul apabila ia mempunyai rasa
kepercayaan diri yang tinggi, sebab rasa percaya diri mengarah pada
kepribadian yang mandiri. Jadi kepribadian yang mandiri tidak akan terlepas
dari rasa percaya diri.
Rasa percaya diri pada diri seorang anak harus di pupuk sejak dini,
salah satunya dengan memberikan pujian pada setiap perbuatan baik yang
dilakukan oleh anak. Pujian bukan berarti harus memberiakn hadiah secara
materi. Acungan jempol, ciuman, atau ungkapan senang dari ibu bapak bisa
menjadi hadiah yang berkesan bagi anak. Dengan begitu anak pun akan
terdorong untuk senantiasa berbuat baik.15
Ibu Fatimah menjelaskan bahwasanya dengan mengajarkan anak untuk
mengungkapkan perasaannya dapat membantu terciptanya kepribadian yang
mandiri. Sebab ungkapan anak dapat membantu kelancaran komunikasi anak
serta perwujudan konsep diri seorang anak. Selain itu, dengan hal tersebut
dapat melatih kejujuran dan keberanian berbicara jujur.16
14
68
17
69
Tentang
proses
agar
anaknya
tumbuh
menjadi
anak
yang
kepada
anak untuk
memutuskan keinginannya.
Dengan
20
21
70
22
71