1. Definisi
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis
lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas
bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada
tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang
(osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang
posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). Secara singkat,
sponsylosis adalah kondisi dimana telah terjadi degenerasi pada
sendi
Tipe tubuh
bahwa proses penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi
tulang khususnya pada tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi menunjukkan
bahwa spondylitis deformans atau spondylosis meningkat secara linear sekitar 0%
- 72% antara usia 39 70 tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar
16% pada usia 20 tahun dan sekitar 98% pada usia 70 tahun.
b.
insiden trauma pada lumbar, indeks massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari
(twisting, mengangkat, membungkuk, postur jelek yang terus menerus), dan
vibrasi seluruh tubuh (seperti berkendaraan), semuanya merupakan faktor yang
dapat meningkatkan kemungkinan spondylosis dan keparahan spondylosis.
c.
Patofisiologi
d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan
dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala.
Sedangkan
pada
corpus
vertebra,
terjadi
perubahan
patologis
berupa
adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang
menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi
dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush
fracture.
Gejala klinis
Gambaran klinis yang terjadi tergantung pada lokasi yang terjadi baik itu cervical,
lumbal dan thoracal. Untuk spondylosis daerah lumbal memberikan gambaran
klinis sebagai berikut:
a.
Onset, biasanya awal nyeri dirasakan tidak ada apa-apa dan tidak menjadi
suatu masalah sampai beberapa bulan. Nyeri akut biasanya ditimbulkan dari
aktivitas tidak sesuai.
b. Nyeri, biasanya nyeri terasa disepanjang sacrum dan sacroiliac joint. Dan
mungkin menjalar ke bawah (gluteus) dan aspek lateral dari satu atau kedua hip.
Pusat nyeri berasal dari tingkat L4, L5, S1.
c.
Referred pain:
1) Nyeri mungkin saja menjalar ke arah tungkai karena adanya iritasi pada akar
persarafan. Ini cenderung pada area dermatomnya
2) Paha (L1)
3) Sisi anterior tungkai (L2)
4) Sisi anterior dari tungkai knee (L3)
5) Sisi medial kaki dan big toe (L4)
6) Sisi lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial (L5)
7) Jari kaki kecil, sisi lateral kaki dan sisi lateral bagian posterior kaki (S1)
8) Tumit, sisi medial bagian posterior kaki (S2)
Spasme otot, biasanya ada peningkatan tonus erector spinae dan m. quadratus
lumborum. Seringkali terdapat tonus yang berbeda antara abduktor hip dan juga
adductor hip. Kadang-kadang salah satu otot hamstring lebih ketat dibanding yang
lainnya.
f.
Gerakan hip biasanya terbatas secara asimetrical. Factor limitasi pada umumnya
disebabkan oleh ketetatan jaringan lunak lebih dari spasm atau nyeri.
g. Kelemahan otot, terjadi biasanya pada otot abdominal dan otot gluteal.
Kelemahan mungkin terjadi karena adanya penekanan pada akar saraf
myotomnya. Otot-otot pada tungkai yang mengalami nyeri menjalar biasanya
lebih lemah dibandingkan dengan tungkai satunya.
h. Gambaran radiografi, terdapat penyempitan pada jarak discus dan beberapa
lipping pada corpus vertebra.
5.
Pemeriksaan pencitraan
X-ray,
CT
scan,
dan
MRI
digunakan
hanya
pada
keadaan
dengan
Komplikasi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
keadaan tanpa komplikasi. Terapi pembedahan tergantung pada tanda dan gejala
klinis, dan sebagian karena pendekatan yang berbeda terhadap stenosis spinalis
lumbalis, tiga kelompok prosedur operasi yang dapat dilakukan anatara lain:
Operasi dekompresi,Kombinasi dekompresi dan stabilisasi dari segmen gerak
yang tidak stabil, dan Operasi stabilisasi segmen gerak yang tidak stabil
b. Penatalaksanaan Fisioterapi
Tujuan tindakan fisioterapi pada kondisi ini yaitu untuk meredakan nyeri,
mengembalikan gerakan, penguatan otot, dan edukasi postur. Pada pemeriksaan
(assessment) yang perlu diidentifikasi adalah:
1) Gambaran nyeri
2) Factor pemicu pada saat bekerja dan saat luang
3) Ketidaknormalan postur
4) Keterbatasan gerak dan faktor pembatasannya.
5) Hilangnya gerakan accessories dan mobilitas jaringan lunak dengan palpasi.
Program intervensi fisioterapi hanya dapat direncanakan setelah melakukan
assessment tersebut. Adapun treatment yang bias digunakan dalam kondisi ini,
adalah sebagai berikut:
1) Heat , heat pad dapat menolong untuk meredakan nyeri yang terjadi pada saat
penguluran otot yang spasme.
2) Ultrasound, sangat berguna untuk mengobati thickening yang terjadi pada otot
erector spinae dan quadratus lumborum dan pada ligamen (sacrotuberus dan
saroiliac)
3) Corsets, bisa digunakan pada nyeri akut
4) Relaxation, dalam bermacam-macam posisi dan juga pada saat istirahat,
maupun bekerja. Dengan memperhatikan posisi yang nyaman dan support.
5) Posture education, deformitas pada postur membutuhkan latihan pada
keseluruhan alignment tubuh.
6) Mobilizations, digunakan untuk stiffness pada segment lumbar spine, sacroiliac
joint dan hip joint.
7) Soft tissue technique, pasif stretching pada struktur yang ketat sangat
diperlukan, friction dan kneading penting untuk mengembalikan mobilitas
supraspinous ligament, quadratus lumborum, erector spinae dan glutei.
8) Traction, traksi osilasi untuk mengurangi tekanan pada akar saraf tetapi harus
dipastikan bahwa otot paravertebral telah rileks dan telah terulur.
9) Hydrotherapy, untuk relaksasi total dan mengurangi spasme otot. Biasanya
berguna bagi pasien yang takut untuk menggerakkan spine setelah nyeri yang
hebat.
10) Movement, hold relax bisa diterapkan untuk memperoleh gerakan fleksi.
Bersamaan dengan mobilitas, pasien melakukan latihan penguatan untuk otot
lumbar dan otot hip.
11) Advice, Tidur diatas kasur yang keras dapat menolong pasien yang memiliki
masalah sakit punggung dan saat bangun, kecuali pada pasien yang nyeri nya
bertambah parah pada gerakan ekstensi. Jika pasien biasanya tidur dalam keadaan
miring, sebaiknya menggunakan kasur yang lembut.
Carpal
Tunnel
Syndrome
(CTS)
adalah
penyakit
di pergelangan
tangan karena saraf yang tertekan dan menimbulkan gejala nyeri, mati rasa,
dan parestesia (kesemutan atau seperti terbakar). Saraf yang tertekan adalah saraf
medianus yang terentang antara lengan bawah dan telapak tangan di dalam lorong
karpal. CTS merupakan salah satu dari kelompok gangguan saraf tepi yang
disebut dalam bahasa medisnya: compression neuropathy atau entrapment
neuropathy. Penyakit ini disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik dan
lingkungan. Selain itu, faktor-faktor predisposisi yang ditemukan berkaitan
dengan CTS antara lain adalah diabetes, obesitas, kehamilan, hipotiroidisme, dan
penggunaan tangan untuk bekerja berat atau bekerja dengan alat-alat yang
bergetar.
Lengan bawah dan jari-jemari tangan pada manusia dipersarafi oleh nervus
medianus dibagian tengah, nervus radialis pada sisi ibu jari dan nervus ulnaris
dibagian sisi jari kelingking. Semua saraf tersebut mempunyai tempat tersendiri,
diantara otot-otot dan tulang. Pada CTS terjadi penyempitan ruang dimana nervus
medianus biasanya berada. Sehingga saraf akan terjepit, mengakibatkan rasa
kebas, kesemutan dan nyeri. Penyempitan ruang saraf ini, dapat disebabkan
berbagai hal, dan yang paling sering terutama akibat edema atau pembengkakan
jaringan.
Gejala utama CTS ialah mati rasa yang kadang-kadang timbul pada ibu jari,
telunjuk, jari tengah, dan setengah lingkaran jari manis. Mati rasa ini sering kali
terjadi pada malam hari, dan diduga terjadi berkaitan dengan pergelangan tangan
yang tertekuk pada saat tidur. Posisi tidur, seperti tidur miring, dapat menjadi
faktor terkait. CTS yang berkepanjangan dapat mengakibatkan kerusakan
permanen saraf dengan gejala mati rasa yang terus-menerus, atropi otot di pangkal
ibu jari, dan kesulitan menggerakkan ibu jari.
Penatalaksanaan yang umum dilakukan ialah penggunaan bidai pergelangan
tangan yang mencegah pergelangan menekuk ketika tidur, mengurangi frekuensi
penggunaan jari-jemari sampai rasa nyeri yang dirasakan menghilang, dan
suntikan kortikosteroid atau obat analgesik. Satu-satunya tatalaksana yang secara
ilmiah terbukti dapat mengobati penyakit ini adalah pembedahan untuk memotong
ligamen silang karpal.