Oleh:
Kelompok 3
Muchammad Sangkut
12222065
Dosen Pembimbing
Awalul Fatiqin, M.Si
A. Hasil
Tabel 1. Gambar Hasil Pengamatan
Ikan Asin Pada Media EMBA
Warna
Bentuk Koloni
Ikan
Asin
Sebelum
Media Violet
EMBA
Ikan Asin Media SSA
Ikan
Giling
EMBA
Ikan Giling
Sesudah
(Biru Orange gelap
metalik)
Orange
Media Violet
Orange pudar
Bulat
media
Bulat menyebar seluruh
(Biru Orange
metalik)
Media Orange
Hijau kehitaman
SSA
ditengah-tengah
media
Menyebar seluruh media
(warna Hitam)
Pence
o
1
maran
Media
Pengamatan
Sampel
Deteksi
Ciri-ciri koloni
EMBA
Ikan/daging
1. Berbentuk Batang.
2. Warna Biru Metalik
3. Berdiameter 1,1
giling
Ikan
10-1
2
SSA
awetan _
(asinan)
Ikan/daging
giling
Ikan
(asinan)
kontaminasi
awetan _
B. Pembahasan
Analisa bakteri Salmonella dan E. coli pada beberapa produk makanan yaitu
dengan menggunakan sampel ikan asin dan ikan giling, pada masing-masing media
SSA dan EMBA. Sampel yang diamati adalah Ikan asin pada media EMBA, ikan asin
pada media SSA, iakn giling pada media EMBA dan ikan giling pada media SSA.
a. Media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar)
1. Ikan giling
Bedasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil yaitu
pada sampel daging/ ikan giling telah terkontaminasi Escherichia coli. Ciri-ciri
Escherichia coli tumbuh pada suhu diatas 450C, koloninya berbentuk batang,
berwarna biru metalik, berdiameter 2,0 6,0 m. Hal ini sesuai pendapat
Wasitaningrum (2009), bahwa Escherichia coli berbentuk batang panjangnya
sekitar 2 mikrometer (m) dan diameternya 0,5 m r, dengan volume sel 0,6-0,7
m 3, bervariasi dari bentuk koloid sampai berbentuk seperti filamen yang
panjang, tidak berbentuk spora, motil dan filamen perithin beberapa galur tidak
memiliki flagella, bersifat Gram negative, E. coli dapat hidup diberbagai substrat.
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
pendek yang memiliki panjang sekitar 2 m, diameter 0,7 m, lebar 0,4-0,7m
dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung,
dan halus dengan tepi yang nyata dan berwarna hijau metalik dengan kolonik
bulat. (Smith Keary, 1988 ; Jawetz et al., 1995).
Escherichia coli tidak dapat memproduksi H2S, tetapi dapat membentuk
gas dari glukosa, menghasilkan tes positif terhadap indol, dan memfermentasikan
laktosa. Bakteri ini dapat tumbuh baik pada suhu antara 80 C- 460 C, dengan suhu
optimum dibawah temperature 370 C. Bakteri ini berada dibawah temperature
minimum atau sedikit diatas temperature maksimum tidak segera mati, melainkan
berada dalam keadaan dormancy, disamping itu Escherichia coli dapat tumbuh
pada ph optimum berkisar 7,2-7,6 ( Dwidjoseputro D. 1998; Gani A. 2003)
Adanya bakteri E.coli
daging/ikan giling tersebut telah tercemar. Selain itu, adanya bakteri E.coli
merupakan indikator yang menandakan bahwa adanya proses penanganan yang
kurang higienis. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiyanti dan Ristiati (2004),
yang menyatakan bahwa adanya bakteri E.coli tersebut pada air atau makanan
menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahannya atau
penangannya yang kurang steril atau higienis, pernah mengalami kontak dengan
feses yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung
bakteri patogen lain yang berbahaya.
2. Ikan awetan (asinan)
dari glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S,
pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8milimeter, bulat agak
cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada
media Mac Concey koloni Salmonella sp. Tidak memfermentasi laktosa (NLF),
konsistensinya smooth (WHO, 2003).
2. Ikan awetan (asinan)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilaksanakan diperoleh hasil yaitu
pada ikan awetan (asinan) pada media SSA (Salmonella Shigella Agar) tidak
terdapat Salmonella sp Hal ini sama seperti pada ikan awetan (asinan) pada media
EMBA. Bakteri Salmonella sp tidak dapat tumbuh pada ikan awetan (asinan)
karena ikan awetan sifatnya kering atau tubuhnya tidak basah sehingga bakteri
Salmonella sp tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, dan juga karena
adanya proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari dalam proses
pembuatannya. Selain itu faktor lain yang menyebabkan ikan awetan tidak
terkontaminasi bakteri Salmonella sp yakni adanya formalin dalam awetan ikan
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Agustinus (2011), bahwa ada beberapa
faktor yang menyebakan bakteri salah satunya bakteri Salmonella sp tidak dapat
tumbuh pada bahan makanan yaitu pengaruh Kebasahan dan kekeringan serta
pengaruh sinar.
Hal lain yang menjadi penyebab bisa karena, nutrisi ikan asin yang telah
sedikit atau penggunaan bahan kimia pada produk ikan asin, sehingga bakteri
Salmonella sp tidak dapat tumbuh dan ikan tetap awet.
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemngamatan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu media
EMBA digunakan utuk mengetahui indikator pada bahan makanan terdapat bakteri E.
coli, sedangkan media SSA digunakan untuk mengindikasi adanya bakteri Salmonella
pada produk pangan. Hasil pengamatan Ikan giling pada media EMBA positif
terdapat bakteri E.coli sedangkan Ikan asin tidak terdapat bakteri E. coli maupun
Salmonella hal ini karena faktor kebasahan atau kekeringan ataupun faktor bahan
kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinus, Made Dedi. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Bakteri. (online: http://zonabawah.pdf.co.id/2011/05/faktor-fak tor-yangmempengaruhi.html, 10, November, 2013)
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1978. Ilmu Pangan
Collier, L.,1998, Microbiology and Microbial Infections, Edisi 9, 935
939,
Oxford
University
Press,
Inc.,
New
York.
Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 238 240, EGC,
Jakarta.
Pelczar, 1988, Dasar Dasar Mikrobiologi, 809 812, UI Press, Jakarta.