Lapsus BP
Lapsus BP
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : An. / laki-laki /
b. Alamat
:
II.
III.
IV.
V.
VI.
Bentuk
Simetri
UUB
: normocephal
: simetris
: belum menutup sempurna
1
2. Mata
Conjungtiva
Sklera
: ikterik (-)
: tak ada kelainan, nafas cuping hidung (-)
: tak ada kelainan
: sianosis (-)
Lidah kotor (-), Tonsil T1-T1
: KGB : tak ada pembengkakan
:
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
6. Leher
7. Thorax
Paru :
: anemis (-)
Jantung : Suara jantung I-II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop
Retraksi iga (-)
8. Abdomen
: Supel, turgor kembali cepat, BU(+) normal
9. Ekstremitas sup/inf: akral hangat, edema dan sianosis (-)
VII.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
1. Kesadaran
2. Suhu
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Berat Badan
6. Tinggi Badan
VIII. Diagnosis
IX.
Diagnosis Banding
: compos mentis
: 37,6C
: 110 x/menit
: 46 x/menit
: 12kg
: 93 cm
: Bronkopneumonia
: Bronkiolitis
TB paru
2
X.
Manajemen
a. Preventif :
b. Promotif :
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara menjaga kualitas dan
kuantitasmakanan agar tetap sesuai dengan angka kecukupan gizi, baik bagi
c. Kuratif :
Paracetamol sirup 3 x 10 mg/kgbb/kali = 3 x120mg (1 cth)
Ambroxol sirup 3 x 1,6 mg/kgbb/hari = 3 x 6,4mg (1/2 cth)
Amoxicillin sirup 2 x 25 mg/kgbb/kali = 2 x 300 mg (1/2 cth)
d. Rehabilitatif
Melakukan latihan
pengeluaran
lendir
saluran
pernafasan
dengan
Dokter
: Andrill Vazhary
Tanggal
: 23 Februari 2015
R/
No. I
s.3.d.d.cth 1
R/
No. I
s.2.d.d.cth 1/2
R/
No.I
s.3.d.d.cth 1/2
Pro :
An.
Alamat
Umur :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan interstitial. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala
dan tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization
(WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang
didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernafasan.1,2
Bronchopneumonia atau pneumonia lobaris merupakan bagian dari
pneumonia, yang merupakan suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah
yang mengenai parenkim paru, yang dapat disebabkan baik oleh bakteri, virus,
jamur maupun benda asing lainnya. Bronchopneumonia biasanya didahului oleh
gejala-gejala peradangan saluran nafas bagian atas seperti batuk pilek selama
beberapa hari yang kemudian diikuti dengan kenaikan suhu yang tiba-tiba. Batuk
yang terjadi mula-mula bersifat kering, lama-kelamaan batuk menjadi produktif.
Hal tersebut umumnya membuat anak menjadi gelisah, dipsneu, pernafasan
5
menjadi lebih cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung. Bila hal ini
terus berlanjut maka akan terdapat sianosis disekitar mulut dan hidung.1,2,3
II.2 Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
a. Faktor infeksi
Pada umumnya
pneumonia
disebabkan
oleh
bakteri,
yaitu
Streptococcus group B
Streptococcus group D
Listeria monocytogenes
Haemofillus influenza
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo
3 minggu-3 bulan
Bakteri
Chlamydia trachomatis
Streptococcus
pneumoniae
Virus
Moraxella catharalis
Virus Adeno
Staphyloccus aureus
Virus influenza
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo
Syncitial
Virus
4 bulan-5 tahun
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Bakteri
Haemofillus influenza tipe B
Mycoplasma
Neisseria meningitidis
pneumoniae
Moraxella catharalis
Streptococcus
Staphyloccus aureus
pneumoniae
Virus
Virus Adeno
Virus
Virus Varicella-Zoster
Virus Influenza
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory
5 tahun-remaja
Syncitial
Virus
Bakteri
Chlamydia pneumoniae
Bakteri
Haemofillus influenza tipe B
Mycoplasma
Legionella sp
pneumoniae
Staphyloccus aureus
Virus
Virus Adeno
Streptococcus
pneumoniae
Virus Epstein-Barr
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Mikroorganisme
Pneumococcus, Streptococcus, Staphiloccus,
Haemophilus
influenzae,
Pseudomonas
aeuroginosa
Respiratory syncytial virus, adenovirus,
Pneumonitis interstitial
Infeksi lain :
Jamur
Aspirasi
Sindrom loeffler
Pneumonia hipostatik
Pneumonia oleh obat/radiasi
Pneumonia hipersensitivitas
Aspergilus,koksidiodomikosis, Histoplasma,
cairan amnion, makanan, cairan lambung,
benda asing.
10
c.
11
mata, nasofaring, saluran respiratori, dan vagina. Gejala baru timbul pada usia
4-12 minggu, pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pada usia 2 minggu,
tetapi jarang terjadi setelah usia 4 bulan. Awitan gejala timbul perlahan-lahan
dan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga berminggu-minggu. Gejala
umumnya berupa gejala infeksi respiratori ringan-sedang, ditandai dengan
batuk staccato (inspirasi diantara setiap satu kali batuk), kadang-kadang
disertai muntah, umumnya pasien tidak demam. Gejala klinis meliputi ronki
atau mengi, takipneu dan sianosis. Gambaran foro rontgen toraks tidak khas,
umumnya terlihat tanda-tanda hiperinflasi bilateral dengan berbagai bentuk
infiltrate difus, seperti infiltrate interstitial, retikulonoduler, atelectasis,
bronkopneumonia, dan gambaran milier. Antibiotik pilihan adalah makrolid
intravena.1
II.5.2 Pneumonia pada Balita dan anak yang lebih besar
Spektrum etiologi pneumonia pada anak meliputi Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe B, Staphilococcus aureus, Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumoniae,disamping berbagai virus respiratori.
Pada anak yang lebih besar dan remaja, Mycoplasma pneumoniae,merupakan
etiologi pneumonia atipik yang cukup signifikan.1
Keluhan meliputi demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, dan
kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti muntah dan diare. Secara klinis
ditemukan gejala respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta (chest
indrawing), nafas cuping hidung, ronki, dan sianosis. Penyakit ini sering
ditemukan bersamaan dengan konjungtivitis, otitis media, faringitis, dan
laryngitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Ronkhi hanya ditemukan bila
ada infiltrate alveolar. Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis
pneumonia yang bermakna. Gerakan dada juga akan terganggu bila terdapat
nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura bertambah, sesak nafas akan
13
dengan
predominan
PMN.
Leukopenia
(<5.000/mm3)
15
lengkap dan LED tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi
bakteri secara pasti.1
II.7.2 Pemeriksaan Rontgen Toraks
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen
toraks pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis.
Kadang-kadang bercak-bercak sudah ditemukan pada gambaran radiologis
sebelum timbul gejala klinis. Akan tetapi, resolusi infiltrat sering memerlukan
waktu yang lebih lama setelah gejala klinis menghilang.1
Pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi, ulangan foto rontgen
toraks tidak diperlukan. Ulangan foto rontgen toraks diperlukan bila gejala
klinis menetap, penyakit memburuk, atau untuk tindak lanjut.1
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :
Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris,
atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk
sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru,
dikenal sebagai round pneumonia.
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua
paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial. 1
Beberapa faktor teknis radiologis dan faktor non infeksi dapat
menyebabkan gambaran yang menyerupai pneumonia pada foto rontgen
toraks.
Faktor teknis radiologis
Intensitas sinar rendah (underpenetration)
Grid pada film tidak merata
Kurang inspirasi. 1
Faktor noninfeksi
16
Bayangan timus
Bayangan payudara
Gambaran atelectasis. 1
17
Bronkiolitis
Aspirasi benda asing
Abses paru
Tuberculosis 1,2
18
II.9 Penatalaksanaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, missalnya toksis,
distress pernafasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain,
komplikasi dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi
kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan
keseimbangan asam-basa, elektrolit dan gula darah. Untuk nyeri dan demam
dapat diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti
efektif.Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang
mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.1
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan
pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena
tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, antibiotik dipilih
berdasarkan pengalaman empiris. Umumnya pemilihan antibiotik empiris
didasarkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan
usia dan keadaan klinis pasien serta faktor epidemiologis. 1
II.9.1 Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini
pertama secara oral, misalnya amoksilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia
ringan beobat jalan, dapat diberikan antibiotik tunggal oral dengan efektifisitas
yang mencapai 90%. Dosis amoxicillin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB,
sedangkan
kotrimoksazol
adalah
mg/kgBB
TMP-20
mg/kgBB
sulfometoksazol.1
II.9.2 Pneumonia rawat inap
19
20
BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis bronchopneumonia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa pasien mengalami
sesak, sesak pada pasien ini didahului batuk pilek yang kemudian diikuti dengan
demam. Dari anamnesis gejala tersebut terjadi pada bronkopneumonia, bronkiolitis,
ataupun TB paru. Namun, sesak yang dialami pasien timbul pada saat istirahat dan
tidak ada bunyi mengi sehingga dari anamnesis bronkiolitis dapat disingkirkan TB
paru juga dapat disingkirkan karena batuk yang dialami pasien baru 5 hari dan tidak
ada penurunan berat badan 1 bulan terakhir.
Dari pemeriksaan fisik diketahui pada pemeriksaan pulmo terdapat ronkhi
basah nyaring hal ini dikarenakan getaran yang terjadi akibat cairan dalam jalan nafas
yang dilalui oleh udara yang terdengar benar karena terdapatnya infiltrat, serta
terdapat retraksi intercostal karena kerja dari otot bantu pernafasan. Pada bronkiolitis
dapat juga teerjadi nafas cuping hidung serta retraksi intercostal namun pada
auskultasi paru biasanya terdengar suara wheezing. Sedangkan pada TB paru juga
dapat terjadi ronki ataupun wheezing.
Berdasarkan kriteria WHO yang dilihat dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
diketahui pasien mengalami bronkopneumonia ringan sehingga dapat dirawat jalan
dan diberikan antibiotik.
Pada penatalaksanaan pasien diberikan paracetamol sebagai analgesicantipiretik dan ambroxol sebagai mukolitik yang dapat mengencerkan secret saluran
nafas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari
sputum serta antibiotic amoxicillin. Amoxicillin adalah senyawa Penisilina
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N Nastini, dkk. Buku Ajar Respiratologi Anak. Cetakan Kedua. Jakarta :
Ikatan Dokterr Anak Indonesia. 2010.hal.350-364
2. Pudjiadi H. Antonius, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokterr Anak
Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Hal.250-5
3. Wastoro Dadiyanto Dwi, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang :
Badan Penerbit Undip. 2011. Hal. 172-7
4. Charles G.Prober. Pneumonia dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC.
Hal. 883-9
5. Hasan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak. Buku 3. cetakan ke-6. Penerbit Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta. 1991: 1228-35.
Lampiran
22
23