BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban
manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan
bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan
teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus
dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk
kepentingan kehidupan. Globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan
diri
sendiri
akan
kenyataan
bahwa
teknologi
dialami
oleh
atau tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kloning
Dewasa ini telah dikembangkan teknologi DNA rekombinan, atau yang
lebih populer dikenal dengan rekayasa genetika. Teknologi ini melibatkan
upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya
sehingga sering pula dikatakan sebagai cloning gen. Proses yang dilakukan
adalah dengan memindahkan inti sel somatik yang mengandung DNA dan
komponen genetik lengkapnya ke sel ovum yang telah diambil seluruh inti
selnya, atau embryo splitting untuk menghasilkan manusia.
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama
dengan
induknya,
pada
manusia
kloning
dilakukan
dengan
mempersiapkan sel telur yang sudah di ambil intinya lalu disatukan dengan sel
somatic dari suatu organ tubuh, kemudian hasilnya ditanamkan dalam rahim
seperti halnya pada bayi tabung.
Macam-macam teknik pengkloningan: kloning dapat dilakukan terhadap
semua makhluk hidup tumbuhan, hewan dan manusia. Pada tumbuhan kloning
dapat dilakukan dengan teknik okulasi,sedangkan pada hewan dan
manusia,ada beberapa teknik-teknik yang dapat dilakukan, kloning ini dapat
berupa kloning embrio dan kloning hewan atau manusia itu sendiri.
Tujuan Kloning
Tujuan dilakukannya cloning reproduksi adalah untuk mendapatkan anak
klon dari orang yang diklon, memproduksi sejumlah individu yang secara
genetik identik. Metodenya, dapat dilakukan melalui proses seksual dengan
fertilisasi in vitro dan aseksual dengan menggunakan sel somatis sebagai
sumber gen. Pada cloning seksual, secara teknis langkah awal yang dilakukan
adalah fertilisasi in vitro. Setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai
memelihara
dan
memuaskan
lobha
(keserakahan),
moha
akan
mewarisi
perusahaannya.
Mungkin
bagi
mereka
"perang" antara kaum pria dan wanita. Pasangan suami isteri tidak lagi
memiliki sesuatu yang adalah milik bersama yaitu anak kandung yang bisa
merupakan tumpuan kasih mereka berdua. Suami atau isteri (bila kloning atas
pria juga bisa) akan berkata: "Dia anakmu, bukan anakku". Kebersamaan
adalah segala nilai kehidupan berkeluarga. Hancurnya kebersamaan dalam
berkeluarga berarti hancurnya konsep kehidupan berkeluarga, dan berakhir
dengan hancurnya peradaban manusia.
Singkatnya usaha kloning adalah usaha yang belum diperlukan, lebih
mungkin berdampak negatif, dan dengan sendirinya dapat direkomendasikan
untuk tidak dilakukan. Tapi sebenarnya kita terlalu banyak berandai-andai
padahal hukum alam yang akan menyelesaikannya.
Posisi Kloning Dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, kloning adalah satu
capaian yang luar biasa. Manusia telah mampu menciptakan makhluk hidup
yang sesuai dengan keinginan sang pembuat, yaitu ilmuwan-ilmuwan ahli
kloning. Pada awalnya kloning hanya dilakukan pada hewan dan tumbuhan,
tetapi pada akhirnya akan dilakukan pada manusia. Banyak sekali perdebatan
yang menentang dan menerima kloning terhadap manusia. Mereka yang
menentang berpangkal pada dampak-dampak negatif yag ditimbulkan dari
kloning tersebut. Sedangkan mereka yang menerima akan bertitik tolak dari
tujuan positif yang akan dicapai.
Hubungan Agama dan Ilmu Pengetahuan Dalam Studi Kasus Kloning
Sudah saatnya agama dan ilmu pengetahun berintegrasi untuk
memecahkan perdebatan tentang layak atau tidaknya kloning diujikan pada
manusia. Disinilah tantangan antara agama dan ilmu pengetahuan dalam
menghadapi perbedaan pendapat dalam perdebatan masalah kloning. Harus
ada integrasi diantara keduanya dalam rangka mengahadapi dan mengontrol
perkembangan kloning. Agama sebagai kontrol nilai terhadap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan sudah sepantasnya untuk membimbing
perkembangannya ke arah yang positif. Dalam hal ini, para ilmuwan juga
berhak
memajukan
ilmu
pengetahuan.
Tetapi
lantas
perkembangan
pengetahuan itu tidak boleh bebas dari nilai. Ilmuwan juga harus berdasar
pada
nilai
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
agar
tercipta
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, alasan pengharaman cloning
reproduksi manusia bukan terletak pada proses atau teknologinya, bukan pada
teknis pelaksanaannya di luar proses alamiah dan tradisional, tetapi pada
mudarat yang ditimbulkannya, akan merancukan dan menafikan berbagai
pranata sosial, etika, dan moral, juga akan merendahkan nilai dan martabat
insani. Teknologi rekayasa genetika yang dapat ditolerir dan bahkan didukung
hanya pada tujuan produktivitas tanaman, tumbuhan dan hewan. Demikian juga
untuk menemukan obat-obatan tertentu yang sangat diperlukan dalam dunia
pengobatan.
b. Saran
saran dari permasalahan ini dapat ditanggulangi atau diminimalisasikan
dengan adanya bantuan dari lingkungan dan orang-orang sekitar kita, yang
dapat menyadarkan pengguna komputer tersebut dengan menawarkan kegiatan
lain yang lebih menarik dari pada yang ditawarkan oleh komputer. Serta
memberikan motivasi untuk memperbanyak kegiatan di luar rumah
(menyibukkan diri) seperti olahraga, traveling, bersosialisasi dengan teman,
maka akan lebih sedikit waktu yang dihabiskan di depan komputer.