Anda di halaman 1dari 9

Teknologi Kloning dari Perspektif Agama

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban
manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan
bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan
teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini.
Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus
dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk
kepentingan kehidupan. Globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia


mampu mengubah dunia secara mendasar.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari
dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang
sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat
positif bagi kehidupan manusia.Memberikan banyak kemudahan,
serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Khusus dalam bidang teknologi, masyarakat sudah menikmati
banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah
dihasilkan dalam decade terakhi ini. Namun manusia tidak bisa
menipu

diri

sendiri

akan

kenyataan

bahwa

teknologi

mendatangkan berbagai efek negative bagi manusia.


Kloning dalam biologi adalah
proses
menghasilkan individuindividu dari jenis yang sama (populasi) yang identik secara genetik.
Kloning merupakan proses reproduksi aseksual yang biasa terjadi di alam
dan

dialami

oleh

banyak bakteria, serangga,

atau tumbuhan.

Dalam bioteknologi, kloning merujuk pada berbagai usaha-usaha yang


dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan berkas DNA atau gen, sel,
atau organisme. Arti lain kloning digunakan pula di luar ilmu-ilmu hayati.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagamanakah pengertian dan tujuan dari Kloning ?
2. Bagaimana pandangan Agama terhadap teknologi kloning?
3. Bagaimana dampak dari kloning tersebut ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pengertian dan tujuan dari kloning.
2. Mengetahui bagaiman pandangan agama terhadap teknologi kloning.
3. Mengetahui dampak dari kloning tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kloning
Dewasa ini telah dikembangkan teknologi DNA rekombinan, atau yang
lebih populer dikenal dengan rekayasa genetika. Teknologi ini melibatkan
upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya
sehingga sering pula dikatakan sebagai cloning gen. Proses yang dilakukan
adalah dengan memindahkan inti sel somatik yang mengandung DNA dan
komponen genetik lengkapnya ke sel ovum yang telah diambil seluruh inti
selnya, atau embryo splitting untuk menghasilkan manusia.
Kloning adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama

dengan

induknya,

pada

manusia

kloning

dilakukan

dengan

mempersiapkan sel telur yang sudah di ambil intinya lalu disatukan dengan sel
somatic dari suatu organ tubuh, kemudian hasilnya ditanamkan dalam rahim
seperti halnya pada bayi tabung.
Macam-macam teknik pengkloningan: kloning dapat dilakukan terhadap
semua makhluk hidup tumbuhan, hewan dan manusia. Pada tumbuhan kloning
dapat dilakukan dengan teknik okulasi,sedangkan pada hewan dan
manusia,ada beberapa teknik-teknik yang dapat dilakukan, kloning ini dapat
berupa kloning embrio dan kloning hewan atau manusia itu sendiri.
Tujuan Kloning
Tujuan dilakukannya cloning reproduksi adalah untuk mendapatkan anak
klon dari orang yang diklon, memproduksi sejumlah individu yang secara
genetik identik. Metodenya, dapat dilakukan melalui proses seksual dengan
fertilisasi in vitro dan aseksual dengan menggunakan sel somatis sebagai
sumber gen. Pada cloning seksual, secara teknis langkah awal yang dilakukan
adalah fertilisasi in vitro. Setelah embrio terbentuk dan berkembang mencapai

empat sampai delapan sel segera dilakukan splitting (pemotongan dengan


teknik mikromanipulasi) menjadi dua atau empat bagian. Bagian-bagian
embrio ini dapat ditumbuhkan kembali dalam inkubator hingga berkembang
menjadi embrio normal yang memiliki genetik sama. Setelah mencapai fase
blastosis, embrio tersebut ditransfer kembali ke dalam rahim ibu sampai umur
sembilan bulan. Berbeda dengan cloning seksual, pada cloning aseksual
fertilisasi tidak dilakukan menggunakan sperma, melainkan hanya sebuah sel
telur terfertilisasi semu yang dikeluarkan pronukleusnya dan sel somatis.
Karenanya, bila pada cloning seksual genetik anak berasal dari kedua orang
tuanya, maka pada cloning aseksual genetik anak sama dengan genetik
penyumbang sel somatis.
Hingga kini belum ada laporan resmi tentang keberhasilan mengclon
individu manusia, sebabnya, antara lain karena terhambat adanya batasan
boleh dan tidaknya menurut etika, agama, dan norma yang lain, tetapi secara
teoritis mungkin dapat dilakukan, namun demikian hasilnya jika benar-benar
dilakukan apakah seperti yang dikehendaki, masih menjadi tanda tanya.
Sungguhpun dari sisi teknologi diakui sulit dan memerlukan dana besar untuk
mewujudkannya, sejak tahun 1998 sejumlah eksperimen mengklon manusia
telah dilakukan oleh dokter-dokter di berbagai negara, bahkan banyak
kalangan yang mengklaim diri telah berhasil melakukannya, bayi hasil cloning
siap dan bahkan telah lahir. Namun, kebenaran isu tersebut belum dapat
dibuktikan, yang dinyatakan justru kegagalannya. Pada umumnya para
ilmuwan menanggapi berita itu hanyalah sebuah sensasi, sebagai isapan
jempol belaka. Bahkan, Harry Griffin, ketua Lembaga Skotlandia Roslin yang
telah berhasil melahirkan domba cloning pertama, Dolly pada tahun 1997,
mengomentari bahwa berita bayi cloning ini hanyalah trik publisitas saja.
Dilihat dari segi teknis dan dampak hukum yang ditimbulkannya, cloning
embrio dapat disamakan dengan bayi tabung. Karena itu, jika batas-batas
diperkenankannya bayi tabung, seperti asal pemilik ovum, sperma, dan rahim
terpenuhi, tanpa melibatkan pihak ketiga (donor atau sewa rahim), dan
dilaksanakan ketika suami-istri tersebut masih terikat pernikahan maka
hukumnya boleh. Dengan begitu, anak kembar yang dilahirkan akan berstatus
sebagai anak sah pasangan tersebut.

Hukum kloning, dilihat dari teknis dan dampaknya dapat dipersamakan


dengan inseminasi buatan atau bayi tabung, Ulama sepakat bahwa setiap
upaya mereproduksi manusia yang berdampak dapat merancukan nasab atau
hubungan kekeluargaan, lebih-lebih kalau kontribusi ayah tak ada dalam
cloning ini, maka hukumnya lebih haram. Dari dampak teringan tingkat
kerancuannya pada praktik inseminasi buatan dan bayi tabung adalah praktik
penitipan zigot yang berasal dari pasangan poligamis di rahim isterinya yang
lain hukumnya haram, apalagi cloning manusia yang lebih merancukan
hubungan nasab dan kekeluargaan. Kerancuan nasab yang ditimbulkan dari
cloning reproduksi manusia yang teringan, meskipun sel tubuh diambil dari
suaminya, tetap menghadirkan persoalan rumit, yaitu menyangkut status
anaknya kelak, sebagai anak kandung pasangan suami-isteri tersebut atau
'kembaran terlambat' dari suaminya, atau dia tidak berayah, mengingat sifat
genetiknya 100 % sama dengan suaminya. Jika demikian, maka anak tersebut
lebih tepat disebut sebagai kembaran dari pemberi sel. Jika sebagai kembaran
atau duplikat terlambat suaminya, bagaimana hubungannya dengan wanita itu
dan keturunannya serta anggota keluarganya yang lain. Apalagi jika cloning
diambil dari pasangan yang tidak terikat pernikahan yang sah, atau anak klon
yang berasal dari sel telur seorang wanita dengan sel dewasa wanita itu sendiri
atau dengan wanita lain, maka tingkat kerancuannya lebih rumit. Tidak berasal
dari mani (sperma). Di samping itu, yang masih diperdebatkan mengenai usia
anak klon, dugaan terkuat menyatakan akan sama dengan usia dari pemberi
sel.
2.2 Posisi Kloning Dalam Agama
Dengan berpangkal pada kitab suci Al Qur`an, kaum konservatif dengan
tegas menolak kloning diterapkan pada manusia. Kloning terhadap manusia
dengan cara bagaimanapun yang berakibat pada pelipatgandaan manusia
hukumnya adalah haram. Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan
hukumnya boleh (mubah) sepanjang dilakukan demi kemaslahatan dan/atau
untuk menghindarkakemudaratan (hal-hal negatif). Dan diwajibkan kepada
semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan eksperimen atau
praktek kloning terhadap manusia (www.mui.or.id). Disini martabat manusia

dipertanyakan kedudukannya ketika segala sifat dan bentuk yang tercipta


dalam obyek kloning adalah ciptaan manusia. Dalam ha ini, bukankah posisi
manusia tak beda jauh dengan robot dari Jepang? Yang Kuasa lah yang
mengatur segalanya, dan kehidupan akan berjalan sesuai kehendakNya.
Dalam pandangan Buddhis, suatu perbuatan dikatakan terpuji adalah bila
perbuatan itu terbebas dari tiga akar kejahatan, lobha (keserakahan), moha
(ketidaktahuan) dan dosa (kebencian) serta berdampak positif secara universal.
Bebas dari lobha, moha dan dosa? Jelas tidak, usaha kloning jelas bakal lebih
banyak

memelihara

dan

memuaskan

lobha

(keserakahan),

moha

(ketidaktahuan) dan dosa (kebencian). Korban-korban lobha, moha dan dosa


akan bertambah. Sebab, seperti dikatakan diatas hukum alam akan tetap
berjalan terus, mereka yang memelihara lobha akan terlindas oleh hukum alam
dalam bentuk kemelekatan. Semuanya akan menjauhkan seseorang dari
pencapaian Nibbana. Berdampak positif secara universal? Juga tidak!
Universal berarti berlaku bagi siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
Katakanlah, teoritis, tujuan kloning adalah baik; tapi siapa bisa meredam efek
sampingnya. Sewaktu Einstein menemukan atom, beliau juga tidak menduga
bahwa penemuannya

kemudian akan menghasilkan dua bom yang

membinasakan dua kota besar di Jepang - Hiroshima dan Nagasaki. Selama


sejarah peradaban manusia, telah sering terjadi penemuan yang kemudian
akan menjadi "pisau dapur di tangan pembunuh".
Bagi mereka yang memerlukan kloning-nya mungkin membahagiakan
sementara. Ambil saja contoh seperti diatas, bagi seorang artis agar
kloningnya bisa menggantikan (di-regenerasi) sebelum dia terlalu tua (untuk
manggung) padahal masih populer, atau bagi seorang milyarder - yang
memerlukan seorang yang akan meneruskan usahanya (dengan gaya
kepemimpinan dan cara berpikir yang sama - yang terbukti berhasil) yang
sekaligus

akan

mewarisi

perusahaannya.

Mungkin

bagi

mereka

membahagiakan sementara (lalu terjerat dan tersiksa Lobha), tapi bagaimana


dengan segala dampak yang merugikan orang lain terutama pada peradaban
manusia secara keseluruhan. Usaha kloning bisa saja menjadi pemicu

"perang" antara kaum pria dan wanita. Pasangan suami isteri tidak lagi
memiliki sesuatu yang adalah milik bersama yaitu anak kandung yang bisa
merupakan tumpuan kasih mereka berdua. Suami atau isteri (bila kloning atas
pria juga bisa) akan berkata: "Dia anakmu, bukan anakku". Kebersamaan
adalah segala nilai kehidupan berkeluarga. Hancurnya kebersamaan dalam
berkeluarga berarti hancurnya konsep kehidupan berkeluarga, dan berakhir
dengan hancurnya peradaban manusia.
Singkatnya usaha kloning adalah usaha yang belum diperlukan, lebih
mungkin berdampak negatif, dan dengan sendirinya dapat direkomendasikan
untuk tidak dilakukan. Tapi sebenarnya kita terlalu banyak berandai-andai
padahal hukum alam yang akan menyelesaikannya.
Posisi Kloning Dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, kloning adalah satu
capaian yang luar biasa. Manusia telah mampu menciptakan makhluk hidup
yang sesuai dengan keinginan sang pembuat, yaitu ilmuwan-ilmuwan ahli
kloning. Pada awalnya kloning hanya dilakukan pada hewan dan tumbuhan,
tetapi pada akhirnya akan dilakukan pada manusia. Banyak sekali perdebatan
yang menentang dan menerima kloning terhadap manusia. Mereka yang
menentang berpangkal pada dampak-dampak negatif yag ditimbulkan dari
kloning tersebut. Sedangkan mereka yang menerima akan bertitik tolak dari
tujuan positif yang akan dicapai.
Hubungan Agama dan Ilmu Pengetahuan Dalam Studi Kasus Kloning
Sudah saatnya agama dan ilmu pengetahun berintegrasi untuk
memecahkan perdebatan tentang layak atau tidaknya kloning diujikan pada
manusia. Disinilah tantangan antara agama dan ilmu pengetahuan dalam
menghadapi perbedaan pendapat dalam perdebatan masalah kloning. Harus
ada integrasi diantara keduanya dalam rangka mengahadapi dan mengontrol
perkembangan kloning. Agama sebagai kontrol nilai terhadap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan sudah sepantasnya untuk membimbing
perkembangannya ke arah yang positif. Dalam hal ini, para ilmuwan juga
berhak

memajukan

ilmu

pengetahuan.

Tetapi

lantas

perkembangan

pengetahuan itu tidak boleh bebas dari nilai. Ilmuwan juga harus berdasar

pada

nilai

dalam

mengembangkan

ilmu

pengetahuan

agar

tercipta

kemaslahatan bagi semua orang.


2.3 Dampak dari Teknologi Kloning
Dampak Positif
Dampak positifnya dalam dunia kesehatan; kloning bisa mejadi alternatif
untuk memperpanjang usia hidup seseorang. Selain itu, dengan kloning bisa
dihasilkan susu dari sapi yang mampu untuk menyembuhkan penyakit karena
kandungan gizinya setara dengan air susu manusia. Dampak negatif yang
ditimbulkan kemungkinan besar adalah segala keburukan -penyakit, cacat dsbakan terbawa ke produk kloning. Adanya cacat fisik akibat perkawinan sesama
gen juga dampak negatifnya.
Dampak Negatif
Kalangan yang menentang berpendapat bahwa kloning manusia dapat
disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru dengan tujuan yang
bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Lagipula, kloning pada mamalia
belum sepenuhnya sempurna, dapat dilihat pada Domba Dolly yang menderita
berbagai penyakit.

BAB III
PENUTUP

a. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, alasan pengharaman cloning
reproduksi manusia bukan terletak pada proses atau teknologinya, bukan pada
teknis pelaksanaannya di luar proses alamiah dan tradisional, tetapi pada
mudarat yang ditimbulkannya, akan merancukan dan menafikan berbagai
pranata sosial, etika, dan moral, juga akan merendahkan nilai dan martabat
insani. Teknologi rekayasa genetika yang dapat ditolerir dan bahkan didukung
hanya pada tujuan produktivitas tanaman, tumbuhan dan hewan. Demikian juga
untuk menemukan obat-obatan tertentu yang sangat diperlukan dalam dunia
pengobatan.
b. Saran
saran dari permasalahan ini dapat ditanggulangi atau diminimalisasikan
dengan adanya bantuan dari lingkungan dan orang-orang sekitar kita, yang
dapat menyadarkan pengguna komputer tersebut dengan menawarkan kegiatan
lain yang lebih menarik dari pada yang ditawarkan oleh komputer. Serta
memberikan motivasi untuk memperbanyak kegiatan di luar rumah
(menyibukkan diri) seperti olahraga, traveling, bersosialisasi dengan teman,
maka akan lebih sedikit waktu yang dihabiskan di depan komputer.

Anda mungkin juga menyukai