Anda di halaman 1dari 2

Diskusi Koridor

Kedudukan Lembaga Kemahasiswaan


Dasar-dasar hukum mengenai kedudukan lembaga kemahasiswaan:
1. UUD 1945 pasal 28E
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.**)
2. UU no. 12 tahun 2012 tetang Pendidikan Tinggi pasal 77
Pasal 77
(1) Mahasiswa dapat membentuk organisasi kemahasiswaan.
(2) Organisasi kemahasiswaan paling sedikit memiliki fungsi untuk:
a. mewadahi kegiatan Mahasiswa dalam mengembangkan bakat, minat, dan potensi Mahasiswa;
b. mengembangkan kreativitas, kepekaan, daya kritis, keberanian, dan kepemimpinan, serta rasa
kebangsaan;
c. memenuhi kepentingan dan kesejahteraan Mahasiswa; dan
d. mengembangkan tanggung jawab sosial melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat.
(3) Organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi intra
Perguruan Tinggi.
(4) Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan
organisasi kemahasiswaan.
(5) Ketentuan lain mengenai organisasi kemahasiswaan diatur dalam statuta perguruan tinggi
3. KEPMEN DIKBUD RI no: 155/U/1998
4. Statuta Unhas
lembaga kemahasiswaan merupakan kellengkapan non struktural
5. Surat edaran WR III Unhas no: 19792/UN4.3/UM.13/2012, perihal Bentuk, Kedudukan, Fungsi,
Tanggung Jawab ORMAWA Unhas
Duduk persoalan:
1. sebenarnya bagaimana hubungan antara birokrasi dengan lembaga mahasiswa??? Apakah
komando atau koordinasi??? Kenapa birokrat kampus sering mengintervensi lembaga
mahasiswa??? Bagaimana klw ditinjau dari segi aturannya???
Azas-azas dalam pembuatan aturan perundang-undangan dan sejenisnya:
1. lex speacialist derogat legi generale (hukum yang lebih khusus mengesampingkan hukum yang
lebih umum)
2. lex superior derogat legi inferior (hukum yang lebih tinggi tidak boleh dilanggar oleh hukum
lebih rendah)
jika melihat azas hukum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya hubungan antara birokrassi
kampus dan lembaga mahasiswa adalah hubungan yang setara dengan kedudukan yag sama tanpa ada
yang diatas. Keluarnya surat edaran WR III, sebenarnya telah menegasikan aturan-aturan konstitusional
diatasnya, dan sesuai dengan azas lex superior derogat legi inferior maka dapat dipastikan surat edaran
tersebut sudah gugur dan tidak berkekuatan hukum lagi. Pun begitu dengan munculnya buku merah
P2MB yang turut mengatur moment penerimaan anggota baru lembaga mahasiswa/pengkaderan adalah
aturan yang cacat hukum karena melanggar pasal 2 PER MENDIKBUD no 15 tahun 1998 yang berbunyi,
Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk
mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa.

Lembaga mahasiswa pada dasarnya adalah lembaga independen yang bebas menentukan kemana arah dan
target outputnya, serta bebas menentukan setiap proses yang akan mereka tempuh. Jika melihat
pembahasan diatas, maka ini bukan cuap-cuap para organisatoris saja, namun sudah diaminkan oleh
aturan perundang-undangan bangsa ini. Jadi, kampus tidak boleh secara sewenang-wenang
mengintimidasi lembaga mahasiswa dengan berbagai macam ancaman, seperti skorsing, DO, apalagi
intimidasi disektor perkuliahan (perkuliahan berada pada areaa kurikuler, sementara organisasi berada
pada area ko kurikuler). Karena, hal tersebut merupakan pelanggaran hak konstitusional kita sebagai
WNI, dan kita meja hijaukan.
Jadi, apalagi yang menjadi ketakutan sekarang???? Kedudukan lembaga telah jelas secara aturan legal
formal, dan terbukti apa yang kita jadikan pegangan adalah kebenaran. Sekarang, adalah bagaimana
pemahaman ini tidak lagi hanya menjadi konsumsi elit lembaga/pengurus, namun mampu menjadi
konsumsi bagi semua warga/anggota, sehingga tidak adalagi kebutaan yang menjadikan patronase dalam
penjabaran pekerjaan organisasi. Karena, yang menjadi persoalan pokok sekarang adalah tingkat
pemaahaman terhadap hal-hal yang berbau hukum dan peraturan sangat rendah, ini disebabkan oleh
lemahnya budaya ilmiah ditingkatan anggota lembaga mahasiswa, bahkan ditingkatan jajaran pengurus
lembaga sekalipun. Jadi, wajar saja jika isi kepala sebagian besar warga menjadi tumpul dan tabu
menghadapi setiap ancaman-ancaman.
RESOLUSI:
1. Adakan diskusi pekanan dikoridor
2. Adakkan pelatihan tentang azas dan aturan hukum perundang-undangan (bisa dalam bentuk
workshop atau diselipkan disetiap LK masing-masing HMJ)
(resolusi adalah rekomendaasi buat structural organisasi, baik BEM ataupun HMJ, selahkan ditinndak
lanjuti)
Kita harus siap, bukan siap untuk DISKORSING/MENDAAT SANKSI DAN INTIMIDASI LAINNYA,
tapi siap MENYERANG BALIK jika birokrat kampus kembali mengintervensi dan mengintimidasi,. ITU
BARU KATA-KATA YANG LAHIR DARI SEORANG ORGANISATORIS YANG CERDAS!!!
USE YOUR MINDA BE THE BEST
JAYA FAKULTAS MIPA, SUKSES DIKAU SELALU

Anda mungkin juga menyukai