Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Na. HM

Umur

: 23 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status perkawinan

: Belum menikah

Pendidikan terakhir

: SMA (kelas 2)

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Suku bangsa

: Minahasa

Agama

: Islam

Alamat sekarang

: Tuminting

Tanggal MRS

: 7 September 2014

Cara MRS

: Pasien datang diantar oleh orang tuanya

Tanggal pemeriksaan

: 23 September 2014

Tempat pemeriksaan

: Ruang Kabela RS. Prof. Dr. V. L.


Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh dari catatan medik, autoanamnesis pada
tanggal 23 September 2014, di ruangan Kabela RS Ratumbuysang dan
alloanamnesis dari ayah pasien saat kunjungan rumah 26 september 2014.
A.

Keluhan utama (7 september 2014)


Marah marah tanpa sebab, berjalan sendiri tanpa tujuan, dan sulit
tidur.

B.

Riwayat gangguan sekarang


Pasien mengalami keluhan mendengar seseorang membisikkan
sesuatu untuk memukul saudarannya yang sebenarnya adalah ibu
pasien dan menyuruhnya bergaul dengan orang-orang. Suara ini diakui
berasal dari bayangan yang mengikutinya. Pasien mengaku bayangan
itu temannya yang terbelah dua dari badannya. Pasien mengeluh ada
seorang nenek di dalam ruangan (kabela) yang merasuki tubuhnya,

mengendalikan dirinya dan menindihnya sehingga susah bangun dan


bergerak. Sebelumnya pasien juga memiliki keluhan sering berjalan
sendiri tanpa tujuan ke rumah-rumah tetangga dan suka tertawa
sendiri. Menurut pasien keluhan ini awalnya dialami pasien sejak
pasien masih kecil. Keluhan ini disebabkan karena pasien merasa tidak
punya teman dan hanya berdiam diri dirumah. Pasien tidak pernah
melakukan percobaan bunuh diri. Pasien juga mengeluh sulit tidur.
Pasien kemudian dirawat di RS Ratumbuysang diantar tantenya yang
sebenarnya adalah ayah pasien sendiri karena dianggap mencelakai
(memukul) ibunya sendiri. Namun pada saat anamnesa dilakukan
pasien sudah jauh lebih baik, pasien dapat menjawab pertanyaan
dengan cukup baik dan tenang. Menurut ayah pasien, saat umur pasien
0-5 tahun memiliki riwayat kejang-kejang. Pasien mulai menjadi aneh
(pendiam, malas, senyum-senyum sendiri) semenjak kelas 4 SD
padahal sebelumnya diketahui pasien adalah anak yang sangat rajin
membantu orang tua. Pasien sering ditinggal di rumah sendiri
sementara ayah dan ibu pasien pergi bekerja di luar kota. Pasien
pernah mengalami percobaan perkosaan yang dilakukan oleh orang
satu kompleks saat pasien kelas 4 SD. Pasien melanjutkan
pendidikannya dan berhenti saat kelas 2 SMA dikarenakan kondisi
pasien menjadi tidak terkendali (sering marah-marah, memukul orang,
tertawa sendiri, dan jalan-jalan tanpa tujuan). Pasien belum menikah.
Faktor Stresor Psikososial :
Faktor stressor pasien pernah mengalami percobaan pemerkosaan.
Gangguan sekarang dengan penyakit fisik dan psikis sebelumnya :
Gangguan dulu lebih berat dari sekarang.
C. Riwayat gangguan sebelumnya.
1. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya.

Pasien diketahui mengalami sakit seperti ini sejak kecil (kelas


4 SD) tetapi tidak jelas diketahui secara pasti umur berapa
pasien mulai mengalami gangguan seperti ini.
Pasien mulai dirawat di RS Prof. dr. V. L Ratumbuysang sejak
tahun 2011 keluar masuk sampai tahun 2014 (24 Januari - 5
Feburari, 28 April - 17 Maret, 13 Juni 23 Juli, 4 Agustus 28
Agustus) dan terakhir masuk tanggal 7 September 2014 dengan
diagnosis skizofrenia paranoid (F20.0).
2. Riwayat gangguan medis.
Trauma kapitis (-), digigit binatang berbisa (-).
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif.
Alkohol (-), merokok (-)

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Stadium Perkembangan Psikoseksual
1. Stadium Oral (usia 0-18 bulan)
Menurut ayah pasien saat lapar atau haus menangis kencang, dan
segera mungkin diberi ASI setelah diberi ASI penderita kembali tenang
dan tertidur. Pasien sering mengalami kejang kejang jika panas tinggi.
2. Stadium Anal (usia 1-3 tahun)
Pasien diajarkan untuk belajar BAB di toilet (Toilet training), saat
merasa ingin BAB penderita akan bilang pada ibu penderita dan
berekspresi seperti ada tahanan dan saat setelah BAB penderita terlihat
tenang kembali, serta saat dibersihkan oleh penderita kadang penderita
terlihat tersenyum dan kadang tertawa. Pasien masih sering kejang saat
panas tinggi
3. Stadium Urethral (Transisional)
Pasien diajarkan BAK di toilet (Toilet training) dan dapat ke toilet
sendiri saat ingin BAK, sebelumnya penderita suka mengompol di celana
dan tempat tidur menurut pengakuan ayah pasien.
4. Stadium Falik (usia 3-5 tahun)

Pasien dengan jenis kelamin perempuan, saat kecil pasien dekat


dengan ayah pasien seperti mencari perhatian dan setelahnya pasien mulai
mengerti bahwa identitas seksualnya adalah perempuan dengan berpakaian
seperti anak perempuan dan tidur di kamar bersama dengan saudaranya
yang berjenis kelamin perempuan. Pasien sudah jarang mengalami kejang.
5. Stadium Latensi (usia 5-6 tahun sampai 11-13 tahun)
Pasien mengalami percobaan perkosaan saat duduk di kelas 4 SD.
Pasien jarang dan hampir tidak pernah bermain bersama teman-temannya
di sekolah maupun dirumah, penderita hanya bermain dengan saudaranya
dirumah. Penderita tidak terlalu senang dalam hal belajar menurut ibu
penderita sehingga nilainya di sekolah rendah. Pasien sudah tidak pernah
mengalami kejang kejang.
6. Stadium Genital (usia 11-13 tahun sampai dewasa muda)
Penderita mulai lebih menutup diri, pasien tidak mengerjakan tugas
yang dibebankan padanya. Apabila ada masalah menurut ayah penderita,
pasien tidak menceritakannya pada keluarga. Penderita tidak pernah
melakukan pelanggaran hukum.
B. Stadium Siklus Kehidupan (Erik Erikson)
1. Stadium 1. Kepercayaan Dasar lawan Ketidakpercayaan Dasar
(usia 0-12 bulan)
Pasien saat lapar akan menangis dan setelah langsung segera
diberikan ASI kembali tenang, saat ditnggalkan ayah dan ibunya keluar
rumah penderita menangis sampai setelah langsung segera ditenangkan,
penderita sering menangis, menurut ayah penderita, penderita merangkak
usia 10 bulan dan berjalan usia 18 bulan.
2. Stadium 2. Otonomi lawan Rasa Malu dan Ragu (usia 1-3 tahun)
Penderita sering dimarahi karena nakal dan dilarang melakukan
sesuatu, pemalu pada orang yang baru dikenalnya, jarang menanyakan
sesuatu hal yang baru dikenal pada ibunya, mulai bisa makan sendiri dan
mulai berbicara kata per kata seperti ibu, bapak. Penderita mulai diajarkan
toilet training.
3. Stadium 3. Inisiatif lawan Rasa Bersalah (usia 3-5 tahun)
Inisiatif untuk belajar ada dan saat disuruh ibu penderita untuk
belajar penderita merasa sangat tertarik, saat melakukan kesalahan dan

dimarahi penderita merasa kesal dan membantah dan memukul ibu


penderita.
4. Stadium 4. Industri lawan Inferioritas (usia 6-11 tahun)
Penderita jarang mengikuti kegiatan diluar sekolah, sangat sedikit
kegiatan yang disenangi penderita, di sekolah penderita tidak senang
belajar sehingga nilainya kurang baik, di rumah penderita dianggap rajin
selalu mengerjakan tugas saat disuruh. Tetapi pasien menjadi malas dan
tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah setelah pasien mengalami
percobaan perkosaan. Saat ditinggalkan untuk sekolah awalnya penderita
menangis.
5. Stadium 5. Identitas lawan Difusi Peran (usia 11 tahun sampai
akhir masa remaja)
Berpenampilan sering apa adanya (kaos dan celana), jarang bercerita
dengan ayah, ibu dan saudara-saudaranya, jarang bermain dengan teman di
dekat rumahnya dan sering marah-marah saat tidak sesuai keinginannya
atau saat dilarang ayahnya. Penderita tidak pernah menceritakan
masalahnya pada siapapun.
C. Riwayat masa remaja dan dewasa
a.

Riwayat pendidikan.
Pasien bersekolah sampai bangku SMA kelas 2, di sekolah
pasien termasuk anak yang pendiam.

b.

Riwayat pekerjaan.
Pasien tidak bekerja.

c.

Riwayat psikoseksual.
Tidak diketahui apakah pasien pernah berhubungan seksual.
Pasien pernah mengalami percobaan pemerkosaan saat pasien
duduk di kelas 4 SD.

d.

Riwayat perkawinan.
Pasien belum menikah.

e.

Kehidupan beragama.
Pasien seorang yang beragama Islam.

f.

Aktifitas sosial.
Pasien mengaku hubungan dengan keluarga baik.

g.

Riwayat pelanggaran hukum.


Tidak mendapat informasi yang akurat dari pasien.

h.

Situasi kehidupan sekarang.


Pasien sekarang tinggal dengan orang tua dan saudarannya,
pasien mengaku sudah pernah masuk rumah sakit sebelumnya,
selama pasien dirawat di rumah sakit dia sering dikunjungi oleh
ayah dan ibunya setiap hari sabtu.

i.

Riwayat keluarga.
Ayah dan Ibu pasien tinggal bersama dengan saudarasaudaranya. Pasien adalah anak kedua dari 5 bersaudara. Tidak ada
di keluarga yang menderita seperti ini.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

KETERANGAN :
= ayah pasien
= ibu pasien
= pasien

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS


A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Pasien adalah seorang wanita, usia 23 tahun, penampilan sesuai
dengan

usia,

kulit

sawo

matang,

penampilan

cukup

rapi

menggunakan baju seragam pasien, rambut tidak terlalu panjang


tidak terlalu pendek, kuku pendek dan kotor. Ekspresi wajah normal.

2) Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara, pasien duduk tenang. Pasien dapat merespon
saat diucapkan salam, pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai
identitas dirinya, pasien juga dapat menjawab pertanyaan lainnya,
walaupun dengan jawaban yang agak kacau atau tidak berhubungan.
3) Sikap terhadap pemeriksa.
Pasien cukup kooperatif (pasien cukup tepat menjawab
pertanyaan, walaupun ada kalanya tidak berhubungan).
B. Mood dan Afek
Mood
Afek
Keserasian

: normal/biasa/eutimik
: sesuai
: serasi

C. Karakteristik bicara
Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab
pertanyaan dengan jawaban yang cukup tepat. Artikulasi jelas, volume
sedang dan intonasi jelas. Pasien menoleh saat dipanggil namanya.
D. Gangguan persepsi
Ada gangguan persepsi halusinasi auditorik dan visual, dimana
pasien mengaku mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk
mencelakai keponakannya, melihat bayangan-bayangan yang dianggap
temannya, pasien mengaku ada nenek yang merasuki, mengendalikan
tubuhnya dan pasien juga mengaku suka tertawa sendiri.
E. Pikiran
Bentuk pikiran : Sirkumtansial
Isi pikir
: ada waham kontrol
F. Kesadaran dan fungsi kognitif
1. Tingkat kesadaran : Kompos mentis
Orientasi
- Orientasi waktu
: baik
- Orientasi tempat
: baik
- Orientasi orang
: baik
Daya konsentrasi
: cukup
Perhatian
: pada saat wawancara pasien mampu
memusatkan perhatian dan tidak mudah teralih, namun sesekali
1.

jawaban yang diberikan tidak berhubungan.


Daya ingat :
Jangka panjang
: baik
Jangka pendek

: baik

Segera

: baik

G. Daya nilai
Daya nilai sosial : baik
Uji daya nilai

: baik

Penilaian realitas : baik

H. Tilikan
Derajat III ( menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkannya dalam
perilaku praktisnya).
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

: Tampak sehat

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital

: T : 110/80 mmHg, N : 88x/m, R : 22x/m,


S : 36,6C

Kepala

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Thoraks

: Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal


Hepar/Lien : Tidak teraba

Ekstremitas

: Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Pemeriksaan neurologis
GCS

: E4M6V5

TRM

: Tidak ada

Mata

: Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya


+/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis


a. Nervus Olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi

c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan


Nervus Abducens (N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien
memiliki gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan
bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu, bola mata pasien
dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Tidak dilakukan evaluasi
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
tersenyum dan wajah simetris
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu untuk menjawab
pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa
pendengaran pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan
tidak terjatuh
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. Nervus Vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. Nervus Aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal
j. Nervus Hipoglosus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal
(Tremor, Bradikinensia, Rigiditas)
C. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA.


Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis, alloanamnesis dan
beberapa data diperoleh dari rekam medik) didapatkan pasien perempuan
berumur 23 tahun, alamat Tuminting lingk. IV Manado, agama Islam,

10

pendidikan terakhir SMP (putus SMA kelas 2). Keluhan saat ini adalah
sering mendengar suara-suara orang membisikan sesuatu.
Riwayat penyakit sebelumnya: ada keluhan suka marah-marah dan
hendak mencedarai keponakannya sendiri. Pasien mengaku hendak
mencederai keponakannya (yang sebenarnya adalah ibunya) karena
mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya. riwayat berbicara kacau
(+), riwayat halusinasi visual dan auditorik (+). Pasien mengaku melihat
bayangan yang dianggap temannya yang berasal dari badannya sendiri
(membelah diri). Pasien mengeluh ada seorang nenek di dalam ruangan
(kabela)

yang

merasuki

tubuhnya,

mengendalikan

dirinya

dan

menindihnya sehingga susah bangun dan bergerak. Pasien mengatakan


dia suka berjalan sendiri tanpa tujuan dan singgah di rumah-rumah
tetangga. Pasien mengaku sering singgah di rumah tetangga karena tidak
mempunyai teman. Pasien juga mengeluh sulit tidur.
Menurut ayah pasien, saat umur pasien 0-5 tahun memiliki riwayat
kejang-kejang. Pasien mulai menjadi aneh (pendiam, malas, senyumsenyum sendiri) semenjak kelas 4 SD padahal sebelumnya diketahui
pasien adalah anak yang sangat rajin membantu orang tua. Pasien pernah
mengalami percobaan perkosaan yang dilakukan oleh orang satu
kompleks saat pasien kelas 4 SD. Pasien melanjutkan pendidikannya dan
berhenti saat kelas 2 SMA dikarenakan kondisi pasien menjadi tidak
terkendali (sering marah-marah, memukul orang, tertawa sendiri, dan
jalan-jalan tanpa tujuan). Pasien belum menikah.
Pasien saat ini tidak berkerja, pasien mengakui memiliki hubungan
yang baik dengan keluarga. Ayah dan ibu tinggal dengan pasien berserta
saudaranya.
Pasien tenang dan cukup kooperatif menjawab, artikulasi jelas,
volume sedang dan intonasi jelas. Pasien menoleh saat dipanggil
namanya. Pemeriksaan status mental didapatkan mood pasien eutimik
dan tenang, afek

sesuai.

Pada pasien ditemukan adanya halusinasi

auditorik dan visual. Arus pikiran tidak ditemukan gangguan. Isi pikir
waham kontrol. Orientasi tempat, waktu dan orang baik. Penilaian

11

realitas baik. Tingkat tilikan ditemukan pasien menyadari penyakitnya


dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak
menerapkannya dalam perilaku praktisnya.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I

: Skizofrenia Paranoid (F 20)

Aksis II

: Gangguan kepribadian skizoid (F 60.1)

Aksis III

: Tidak ada diagnosis

Aksis IV

: Masalah psikososial dan lingkungan lain

Aksis V

:GAF Current 60 51 gejala sedang ( misalnya afek datar


dan bicara sirkumstansial, kadang-kadang serangan panic)
atau kesulitan sedang dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
sekolah (misalnya, sedikit teman, konflik dengan teman
sebaya atau teman kerja).
GAF HLPY 31-40 (beberapa gangguan dalam tes realitas
atau komunikasi misalnya, bicara kadang-kadang tidak
logis, tidak jelas, atau tidak relevan) atau gangguan berat
pada beberapa bidang seperti pekerjaan, atau sekolah,
hubungan dengan keluarga, pertimbangan, berpikir, mood
(misalnya orang terdepresi yang menghindari teman,
menelantarkan keluarga, dan tidak mampu bekerja, anak
sering memukul orang yang lebih kecil, menyimpang
dirumah dan gagal disekolah).

VIII. PROBLEM
A. Organobiologi

: Tidak ada

B. Psikologi

: Halusinasi auditorik dan visual

C. Lingkungan dan sosial ekonomi

: Penderita sering dijenguk keluarga

IX. PERENCANAAN TERAPI


A.Psikofarmako
Risperidon 2 x 2 mg

12

Trihexyphenidyl 3 x 2 mg
Valdimex (diazepam) 2 x 5 mg
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial

Dalam bentuk psikoedukasi yaitu menyampaikan informasi kepada


keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa
memberi dukungan selama masa pengobatan, pasien lebih sering
diajak berkomunikasi serta keluarga harus memberi dukungan kepada
pasien untuk tidak berpikiran negatif. Jelaskan kepada keluarga
mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan
penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan
menerima kondisi pasien untuk minum obat dan kontrol secara teratur
serta mengenali gejala-gejala kekambuhan.

Pastikan

pasien

berada

dalam

pengawasan

keluarga,

untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Memberikan pengertian


kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit.
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
XI. ANJURAN

Dianjurkan kepada keluarga pasien agar mengawasi pasien sehingga


pasien mengonsumsi obatnya dengan teratur. Usahakan pasien berada
dalam pengawasan keluarga, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit.

XII. DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari
anamnesis ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Skizofrenia
13

paranoid. terdapat gejala negatif seperti kehilangan minat dalam


kegiatan sehari-hari diketahui pasien sering berdiam diri menyendiri di
rumah, penurunan energi sebab pasien kurang melakukan aktifitas dan
mengeluh badannya terasa berat, berkurangnya kemampuan untuk
merencanakan atau melakukan kegiatan sebab pasien hanya diam
dirumah dan tidak ada riwayat mengikuti kegiatan sosial selain pergi ke
sekolah. Setelah gejala negatif muncul gejala positif yang menjadi
keluhan utama yakni dalam kasus ini dapat dilihat, awalnya saat keluhan
muncul pasien sering memberontak dan marah-marah tidak jelas, pasien
suka berjalan-jalan tanpa tujuan, bicara agak kacau, terdapat halusinasi
audiotrik yaitu pasien mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya
untuk mencelakai ibunya, disertai halusinasi visual yaitu melihat
bayangan yang dianggapnya teman badan dirinya yang membelah, serta
ada waham kontrol dimana pasien percaya ada seorang nenek merasuki
tubuhnya serta mengendalikan dirinya. pasien sudah pernah sakit seperti
dan keluar masuk rumah sakit jiwa Prof. dr. V. L. Ratumbuysang sejak
tahun 2011, dan sudah dinyatakan bisa rawat jalan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders edisi ke-5, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid adalah
sekurangnya terdapat dua atau lebih gejala dengan porsi waktu yang
signifikan selama 1 bulan ( atau kurang jika sukses diterapi). Kriteria A :
(1) Waham, (2) halusinasi, (3) bicara kacau dan tidak nyambung, (4)
perilaku katatonik, (5) Gejala negatif (hilangnya ekspresi emosi atau
kurang motivasi). Kriteria B: Adanya kegagalan mencapai sesuatu di
tingkatan interpersonal, akademik, atau pekerjaan). Kriteria C: Gejala
menetap setidaknya 6 bulan, harus setidaknya 1 bulan dengan gejala
(atau tanpa gejala jika sukses diterapi) yang pada kriteria A serta
termasuk gejala periode dari prodormal dan residual. Selama periode
prodormal dan residual gejala gangguan dapat bermanifestasi gejala
negatif saja atau dua (atau lebih yang terdaftar di kriteria A). Kriteria D
gangguan skizoafektif dan depresi atau gangguan bipolar dengan
psikotik tidak berlaku sebab tidak ada depresi mayor atau episode manik

14

didapatkan saat fase aktif, atau jika episode mood didapatkan selama
fase aktif hanya bersifat ringan saja. Kriteria E gangguan tidak
dipengaruhi oleh efek fisiologi dari zat atau kondisi medis lain. Kriteria
F jika ada riwayat gangguan spektrum autis atau gangguan komunikasi,
tambahan diagnosis scizofrenia dibuat hanya jika ada waham prominen
atau halusinasi, tambahan untuk memenuhi gejala skizofrenia juga
dengan hadirnya gejala kurang lebih 1 bulan (atau kurang jika diterapi
dengan sukses).
Pada pasien diberikan risperidon 2 x 2 mg

tablet / hari.

Trihexyphenidyl 2 x 2 mg tablet / hari dan valdimex (diazepam) tablet 2


x 5mg tablet / hari. Risperidon dalam kasus ini berperan sebagai obat
anti psikosis untuk mengatasi gejala positif dan negatif. Trihexyphenidyl
untuk mencegah gejala ekstrapiramidal yang dapat timbul akibat
pemberian anti-psikotik.
Selain itu juga edukasi terhadap pasien dan keluarga perlu
diberikan. Untuk pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan,
efek samping yang dapat muncul, kemudian yang penting juga ialah
meningkatkan kesadaran dalam kepatuhan dan keteraturan minum obat.
Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk
psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada keluarga mengenai
penyebab penyakit yang dialami pasien serta pengobatannya sehingga
keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
obat

dan kontrol

secara teratur

serta mengenali

gejala-gejala

kekambuhan secara dini. Peran keluarga dekat dalam kasus ini sangat
penting, terutama dalam hal motivasi dan perhatian, sehingga pasien
merasa nyaman tinggal.

XIII. WAWANCARA PSIKIATRI


Wawancara dilakukan di ruang Maengket RS Prof.dr.V.L.
Ratumbuysang pada tanggal 21 september 2014.

15

Keterangan :
A: Pemeriksa
B: Pasien
A : Selamat siang mbak ...
B : Selamat siang dokter (sambil tersenyum)
A : Perkenalkan saya dokter muda Jimmy, ada mo wawancara sadiki neh pa
mbak boleh?
B : oh boleh dok..
A : Sapa dang mbak ini pe nama?
B : Hairumnisa Mandiri
A : owh Hairumnisa ,tapi biasa di panggil Nisa kan?
B : iyo dok biasa dipangge Nisa saja
A : Umur berapa dang sekarang?
B : 23 tahun
A : Tinggal dimana mbak Nisa?
B : Tuminting
A : berapa basudara dang mbak Nisa?
B : lima (5) dokter
A : oh... mbak Nisa dang anak ke berapa?
B : anak ke-dua (2)...
A : Mbak Nisa pe sudara yang tua laki-laki ato perempuan?
B : Wulan (perempuan) , Nisa (perempuan), Fitri (perempuan), Ikwan (lakilaki), trakhir Husain (laki-laki)
A : oo.. dulu ada sekolah?
B : ada...
A : Sekolah sampe kelas berapa terakhir
B : ada sekolah SMA tapi cuman sampe kelas 2
A : kiapa cuman sampe kelas 2
B : So nda mampu kita pe otak mo ambe tu pelajaran, bahasa arab SMA
assalam dok.
A : Mbak Nisa so kaweng?

16

B : (pasien pasien tersenyum)..... sudah dok (sambil tertawa).


A : kawin bagaimana mbak Nisa?
B : kawin.. kawin yang undang-undang orang
A : owh kong Tu suami ada di mana dang?
B : so tabuang.
A : so tabuang bagaimana mbak nisa?
B : so tabuang dok so ninmau kita.
A : Mbak Nisa ada anak?
B : nda
A : Mmm.. kong sapa dang yang datang bawa kamari pa Mbak Nisa?
B : tape tante.
A : owh tante yang ja bawa kong Nisa tau kiapa tante ja bawa disini??
B : (tersenyum)... sakit jiwa noh dok..
A : sakit jiwa.. maksudnya Nisa ada beking apa dang kong sampe bawa
disini?
B : ada marah-marah kong ja bajalang sandiri deng ja tatawa sandiri kita
dok..
A : kiapa marah-marah dang?
B : (terdiam sejenak) kita ada pukul adek.
A : owh Nisa ada pukul adek dang, kapa Nisa pukul pa adek? Adek ada salah
apa pa Nisa?
B : nintau dok, kita kwa benci pa dia ( adek) depe muka sama dengan Gai
(kotoran) dengan Cicak
A : Owh begituu, terus waktu nisa pukul pa ade itu Nisa ada dengar suara
babise-bise ( bisikan) tidak?
B : ada dok...
A : kong tu bise-bise bilang apa, dia ada suruh pa mbak Nisa?
B : Iyo dok dia suruh pukul tu Adek
A : kong tu suara-suara ada orangnya nda ?
B : ada perempuan, laki-laki, dan bapak,, dorang kwa kita pe teman.
A: owh bgtu, tapi kalo nisa lia kiri kanan ada orang tidak?

17

B: ada dok kayak bayangan bgtu. Taman badan dorang dok ja tabelah dari
badan ( sambil tertawa).
A: Mbak Nisa ada pernah rasa misalnya diikutinya orang, orang mo pukul?,
atau ada orang ja kontrol pa Nisa?
B : ada dok, ada nenek rasuki pa kita, dia ja tahan tape badan kalo mo
bangun, dengan se bagerak-bagerak tape badan jadi rasa berat ini badan
dok.
A : kong kalo bajalang sandiri kiapa dang itu?
B : kita kwa cuman suka mo pi bataman.
A : kapa mo suka bataman? Mbak Nisa nda ada teman?
B : iyo dok, sadikit saja teman.
A : dari kecil memang tidak punya teman? SD, Smp, SMA pertemanan
bagaimana?
B : SD nda ada teman kita, dorang ninmau bateman dg kita, SMP dg SMA
kita enjoy dok ad banyak taman mar kita nda suka dengan dorang.
A : dorang ninmau bataman dengan mbak Nisa karena kiapa? Kong kiapa
mbak Nisa nda suka le pa mbak Nisa pe taman-taman SMP-SMA?
B : dorang so suruh bergaul pa kita dok, dorang bilang kenapa kau cuman
diam-diam dirumah bergaul tre sana!! dorang bilang kita pangbadiam,
kong ja tatawa-tatawa sandiri (sambil tersenyum), kita pokonya nda suka
pa dorang dok.
A : kong kiapa ja tatawa sandiri dang?
B : nintauu le
A : kalo di rumah dang ja beking apa??
B : Cuman bermain dengan kak wulan dengan nonton televisi
A : ohhh.... kapa cuman dirumah terus mbak Nisa?
B : nintau le dok
A : oo... mbak Nisa dang kalo malam ja susah tidor? biasa brapa lama ja
tidor?
B : nda dok, biasa jam 12 so tidor. Bangun pagi-pagi
A : Kira-kira brapa lama dang ja tidor mbak Nisa?
B : 4 5 jam dokter.

18

A : ooo.. mbak boleh mo tanya, dulu mbak Nisa pernah nda mo coba akhiri
ni hidup?
B : nda pernah dok.
A : Mbak Nisa tau dang skarang ada dimana?
B : Tau dokter..Rumah sakit jiwa noh (sambil tertawa)
A : Kong Mbak Nisa tau dang kiapa da dapa bawa kamari?
B : io tau dokter.. sakit jiwa noh dokter (sambil tersenyum).
A : Ibu tau dang kalo ibu ada gangguan kejiwaan?
B : iyo dok.
A : mbak Nisa mau sembuh?
B : mau dok.
A : mudah-mudahn mbak Nisa cepat sempu neh.
A : mar ada to yang ja datang lia pa mbak Nisa disini??
B : ada dok papa dengan mama kemarin ada datang.
A : owh ok dang... itu jo dulu ne tu mo tanya-tanya...
B : (pasien tersenyum).. io....
A : makase banyak ne mbak Nisa.
B : io dokter..sama-sama..
A : (mengajak bersalaman) basiap jo somo jam makan mbak Nisa.

19

Anda mungkin juga menyukai