Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan sipil terbagi atas dua bagian, yaitu bangungan di atas tanah (upper
structure) dan bangunan di bawah tanah (sub structure), yang membedakan diantara
keduanya adalah bangunan atas dan tanah pendukung, (Wesley,1977). Apabila tanah
pendukung yang dijumpai adalah tanah bermasalah, misalnya tanah lunak, maka
pemilihan jenis pondasi akan lebih sulit. Permasalahan utama bila suatu bangunan di atas
tanah lunak adalah daya dukung dan penurunan, (Bowles,1979).
Berdasarkan kedalaman tertanam di dalam tanah, maka pondasi dibedakan menjadi
pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), (Das,1995).
Dikatakan pondasi dalam apabila perbandingan antara kedalaman pondasi (D) dengan
diameternya (B) adalh lebih besar sama dengan 10. Sedangkan pondasi dangkal apabila
D/B 4.
Pada pondasi dalam dibedakan menjadi dua, yaitu pondasi end bearing dan pondasi
floating. Pondasi ujung tiang (end bearing) adalah sistem pondasi yang ujung tiang
pancangnya menyentuh tanah keras, sehingga beban aksial seluruhnya disalurkan pada
tanah keras. Sedangkan pondasi mengambang (floating) adalah sistem pondasi yang
tidak menyentuh tanah keras sehingga beban aksial yang diterima disalurkan pada tanah
sekitar tiang pancang akibat gesekan (friction) antara tiang pancang dan tanah sekitar
tiang pancang.
Pada daerah tertentu dimana lapisan tanah lunak sangat dominan atau tanah keras
berada pada posisi yang sangat dalam diterapkan sistem pondasi mengambang (floating)
berupa tiang pancang rakit (raft pile). Pada kondisi seperti ini, sistem pondasi ujung tiang
(end bearing) sangat tidak ideal karena membutuhkan tiang pancang sangat panjang
mengingat harga tiang pancangyang sangat mahal sehingga banyak membutuhkan biaya.
Pada perencanaan pondasi tiang kelompok, kemampuan menahan beban lateral dan
aksial harus diperhitungkan denganbaik agar dapat menghasilkan suatu struktur pondasi
yang kuat dan efisien. Untuk perencanaan beban aksial saja dapat diselesaikan dengan
mudah menggunakan statika sederhana, namun bila struktur tanah yang berlapis lapis
akan mengakibatkan respon tanah yang tidak linear, sehingga menambah kesulitan dalam
merencanakan pembebanan aksial dan lateral pada tiang pancang kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagaimana pelakasanaan pemancangan dari berbagai metode!
2. Alat apa saja yang digunakan dalam berbagai metode pemancangan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelaksanaan pemancangan tiang pancang dari berbagai metode.
2. Mengetahui alat apa yang digunakan dalam berbagai metode pemancangan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pondasi Tiang
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan
untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah
penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang
dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari
tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini
adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan pile
cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik penyebaran
beban tiang pancang diklasifikasikan berbeda-beda.
Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau
mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah
keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam
tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gayagaya horizontal yang bekerja. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang
tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Tiang Pancang umumnya digunakan :
1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah
stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral boleh jadi
terlibat.
2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan
bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki menara
terhadap guling.
3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi
perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik
keluar kemudian.
4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada
tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo
getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir,
khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas permukaan air
melaui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah
mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik
beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral (Bowles, J. E., 1991).
2

2.2 Jenis Jenis Pondasi Tiang


Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang
meneruskan beban dan cara pemasangannya.
2.2.1 Pondasi Tiang Pancang Menurut Pemakaian Bahan dan Karakteristik
Strukturnya
A. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang kayu dibuat dari kayu yang biasanya diberi pengawet dan
dipancangkan dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Tapi
biasanya apabila ujungnya yang besar atau pangkal dari pohon di pancangkan untuk
tujuan maksud tertentu, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut
akan kembali memberikan perlawanan dan dengan ujungnya yang tebal terletak pada
lapisan yang keras untuk daya dukung yang lebih besar.
Tiang pancang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang
pancang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh dibawah muka air tanah
dan tiang pancang kayu akan lebih cepat rusak apabila dalam keadaan kering dan
basah selalu berganti-ganti, sedangkan pengawetan dengan pemakaian obat pengawet
pada kayu hanya akan menunda dan memperlambat kerusakan dari kayu, dan tidak
dapat melindungi kayu dalam jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu pondasi untuk bangunan-bangunan permanen (tetap) yang
didukung oleh tiang pancang kayu, maka puncak dari pada tiang pancang kayu
tersebut diatas harus selalu lebih rendah dari pada ketinggian dari pada muka air tanah
terendah. Pada pemakaian tiang pancang kayu biasanya tidak diizinkan untuk
menahan muatan lebih tinggi 25 sampai 30 ton untuk satu tiang.

Gambar 2.1. Tiang Pancang Kayu

B. Tiang Pancang Beton


3

Gambar 2.2 Tiang Pancang Beton


Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti biasanya. Tiang pancang ini dapat
dibagi dalam 3 macam berdasarkan cara pembuatannya (Bowles, J. E., 1991), yaitu: a.
Precast Reinforced Concrete Pile
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton bertulang yang dicetak
dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang setelah cukup keras kemudian diangkat
dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan praktis dianggap sama
dengan nol, sedangkan berat sendiri beton besar, maka tiang pancang ini harus
diberikan penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan
timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50 ton untuk setiap
tiang, hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya. Precast Reinforced
Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat
dilihat pada (Gambar 2.3).

Gambar 2.3. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, J. E., 1991)
b. Precast Prestressed Concrete Pile
4

Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang beton yang
dalam pelaksanaan pencetakannya sama seperti pembuatan beton prestess, yaitu
dengan menarik besi tulangannya ketika dicor dan dilepaskan setelah beton mengeras
seperti dalam (Gambar 2.4). Untuk tiang pancang jenis ini biasanya dibuat oleh pabrik
yang khusus membuat tiang pancang, untuk ukuran dan panjangnya dapat dipesan
langsung sesuai dengan yang diperlukan.

Gambar 2.4. Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Bowles, J. E., 1991)
c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan cara membuat
lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengeboran. Pada Cast in
Place ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton
dan ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton
sedangkan pipa baja tersebut tetap tinggal di dalam tanah.

C. Tiang Pancang Baja


Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. karena terbuat dari baja
maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan dan
pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton
precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita
memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.

Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture
tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
5

a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang terjadi
karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan karat
yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat ( clay ) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena
terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang padat
akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga akan akan
menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat
dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena Aerated-Condition ( keadaan
udara pada pori-pori tanah ) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan
organis dari air tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut
dengan ( coaltar
) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20 ( 60 cm ) dari muka air tanah
terendah.
Karat /korosi yang terjadi karena udara ( atmosphere corrosion ) pada bagian
tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada
konstruksi baja biasa.

Gambar 2.5. Tiang Pancang Baja

Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja.


6

Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.


Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja.

Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.


Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.

D. Tiang Pancang Komposit


Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang
berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang
pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang
dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang
timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.
1. Water Proofed Steel and Wood Pile.
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah permukaan
air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa kayu
akan tahan lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di
bagian bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini
menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara pelaksanaanya secara
singkat sebagai berikut:
a. Casing dan core ( inti ) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga mencapai
kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang kayu tersebut dan
ini harus terletak dibawah muka air tanah yang terendah.
b. Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam casing dan
terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
c. Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core ditarik
keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai penuh terus
dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.
2. Composite Dropped in Shell and Wood Pile
Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini memakai shell
yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur spiral. Secara
singkat pelaksanaanya sebagai berikut:
a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang telah
ditentukan di bawah muka air tanah.

b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing dan tiang
pancang kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan
tanah keras. Pada pemancangan tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benarbenar agar kepala tiang tidak rusak atau pecah.
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam casing. Pada
ujung bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar yang mana tulangan
ini dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang
kayu tersebut.
e. Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat casing
ditarik keluar sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi beton tadi ditahan
dengan cara meletakkan core diujung atas shell.
3. Composit Ungased Concrete and Wood Pile.
Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:

Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan untuk
menggunakan cast in place concrete pile, sedangkan kalau menggunakan precast
concrete pile terlalu panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.
Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang pancang
kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang kayu tersebut
selalu berada dibawah permukaan air tanah terendah. Adapun prinsip pelaksanaan
tiang composite ini adalah sebagai berikut:
a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga sampai pda
kedalaman tertentu ( di bawah m.a.t )
b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing terus
dipancang sampai kelapisan tanah keras.
c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton
sebagian dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu
sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti bola diatas tiang pancang
kayu tersebut.
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai padat
setinggi beberapa sentimeter diatas permukaan tanah. Kemudian beton ditekan dengan
core kembali sedangkan casing ditarik keatas sampai keluar dari tanah.
f. Tiang pancang composit telah selesai
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur Concrete
Pile Corp.
8

4. Composite Dropped Shell and Pipe Pile


Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:

Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place concrete.
Muka air tanah terendah terlalu dalam kalau digunakan tiang composit yang bagian
bawahnya terbuat dari kayu.
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:

a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk dalam
tanah. Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam
casing terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembli.
d. Kemudian shell yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga
bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja.bila diperlukan
pembesian maka besi tulangan dimasukkan dalam shell dan kemudian beton dicor
sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik
keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain
pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari tiang
pipa.
5. Franki Composite Pile
Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini pada
bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari baja.
Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut:
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja
dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah keras. Cara
pemasangan ini sama seperti pada tiang franki bias.
b. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa diisi lagi
dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas
sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola.
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai bertumpu pada
bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau pasir.
2.2.2 Pondasi Tiang Pancang Menurut Pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu :
9

A. Tiang pancang pracetak


Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam
acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
1. Cara penumbukan, dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah
dengan cara penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran, dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah
dengan cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman, dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai
kedalaman tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun
lagi dengan tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan:
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah sebelumnya lalu
tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah dari bagian
dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah dengan
memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang keluar dari
ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan kedalam tanah.
B. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya
terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas, yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian pipa
baja tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian, cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia, penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan
tenaga manusia adalah penggalian lubang pondasi yang masih sangat sederhana dan
merupakan cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi
dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin, penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan
tenaga mesin adalah penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang
memiliki kemampuan lebih baik dan lebih canggih.

10

2.3 Jenis-jenis Alat Pemancang


Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul
yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang
hanya dijatuhkan. Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada
kepala tiang dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup
kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.
Fungsi dari alat pancang adalah untuk memberikan energi yang dibutuhkan untuk
memasukkan tiang sampai kedalaman yang dikehendaki. Alat pancang didesain atas
beberapa tipe dan ukuran atau kapasitas.
Beberapa tipe tersebut adalah:
1. Free drop hammer (Pemukul Jatuh)
Drop hammer merupakan palu berat yang diletakan pada ketinggian tertentu
dan di lepaskan sehingga memukul ke bawah dengan kekuatan tertentu agar tiang
pancang masuk ke dalam tanah. Untuk menghindari tiang menjadi rusak akibat
tumbukan ini, pada kepala tiang dipasang semacam topi atau cap sebagai penahan
energi atau shock absorber. Biasanya cap dibuat dari kayu.
Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Ada bagian atas palu terdapat kabel yang
berfungsi untuk menahan supaya palu tidak jatuh lebih jauh. Ukuran umum palu
berkisar antara 250 sampai 1500 kg. Tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 7 meter
yang tergantung dari jenis bahan dasar pondasi. Jika diperlukan energi yang besar
untuk memancangkan tiang pondasi maka sebaiknya menggunakan palu yang berat
dengan tinggi jatuh yang kecil daripada palu yang lebih ringan dengan tinggi jatuh
yang besar.
Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan. Jumlah jatuhnya palu
per menit (blow per minute) dibatasi pada empat sampai delapan kali. Jika jumlah
tiang yang akan dipancang tidak banyak maka jenis alat pancang ini efisien
digunakan.
Keuntungan dari alat ini adalah sebagai berikut : a.
Investasi yang rendah.
b. Mudah dalam pengoperasian.
c. Mudah dalam mengatur energi per blow dengan mengatur tinggi jatuh.

Akan tetapi kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut :


a. Kecepatan pemancangan yang kecil.
b. Kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar.
c. Kemungkinan rusaknya bangunan disekitar lokasi akibat getaran pada permukaan
tanah.
11

d. Tidak dapat digunakan untuk pekerjaan dibawah air.

Gambar 2.6 Alat Drop Hammer


2. Diesel hammer (Pemukul Diesel)
Alat ini merupakan alat yang paling sederhana,dalam pengoperasian energi
alat di dapat dari berat ram yang menekan udara di dalam silinder.Diesel hammer
memiliki satu silinder dengan dua mesin diesel, piston atau ram, tangki bahan bakar,
tangki pelumas, pompa bahan bakar, injektor, dan mesin pelumas. Dalam
pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram yang menekan udara di dalam
silinder.
Terdapat kelebihan dan kekeurangan dalam pemakaian diesel hammer
dibandingkan dengan jenis alat pemancang lainnya.
Kelebihan diesel hammer adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Ekonomis dalam pemakaian.


Mudah dalam pemakaian di daerah terpencil.
Berfungsi dengan baik pada daerah dingin.
Mudah dalam perawatan.

Kekurangan dari alat ini adalah sebagai berikut :


a. Kesulitan dalam menentukan energi per blow.
b. Sulit dipakai pada tanah lunak.

12

Gambar 2.7 Diesel Hammer


3. Vibrator Pile Driving
Alat ini bekeja dengan metode bergetar menggetarkan tiang pancang sehingga
masuk ke dalam tanah, alat ini kurang cocok untuk tanah kondisi keras dan cocok
untuk tanah dalam kondisi lembab. Alat ini memiliki beberapa batang horizontal
dengan beban eksentris. Pada saat pasangan batang berputar dengan arah yang
berlawanan, berat yang disebabkan oleh beban eksentris menghasilkan getaran pada
alat.
Getaran yang dihasilkan menyebabkan material disekitar fondasi yang terikat
pada alat ikut bergetar. Pada pengoperasiannya dengan menggunakan alat ini biasanya
lead atau pengatur letak tiang tidak digunakan dengan demikian maka biasanya alat
ini dipasangkan pada crane dengan ukuran yang kecil. Tenaga yang diperlukan untuk
penggetaran alat dihasilkan dari tenaga listrik atau tenaga hidrolis.
Efektivitas penggunan alat ini tergantung pada beberapa faktor yaitu
amplitudo, momen eksentrisitas, frekuensi, berat bagian bergetar dan berat tidak
bergetar. Amplitudo adalah gerakan vertikal alat pada saat bergetar yang dihitung
dalam milimeter. Dengan diketahuinya momen eksentrisitas maka ukuran alat dapat
diketahui. Nilai momen eksentrisitas merupakan hasil perkalian dari berat
eksentrisitas dikalikan dengan jarak antara pusat rotasi denagn titik pusat gravitasi
eksentris.
Frekuensi adalah banyaknya gerakan vertikal alat permenit. Karena pengaruh
jenis tanah, frekuensi alat pada tanah liat lebih kecil daripada jika alat digunakan pada
tanah berpasir. Yang dimaksud dengan bagian bergetar adalah tiang, kepala alat, dan
selubung alat. Sedangkan bagian alat yang tidak ikut bergetar adalah motor penggerak
dan mekanisme supensi.

13

Gambar 2.8 Alat Vibrator Pile Driver


4. Hydraulic Hammer
Cara kerja hammer ini adalah berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan
hidrolis. Salah satu hammer tipe ini dimanfaatkan untuk memancangkan fondasi tiang
baja H dan fondasi lempengan baja dengan cara dicengkram, didorong dan ditarik.
Dengan menggunakan alat pemancang ini tekanan terhadap fondasi dapat mencapai
140 ton. Selain itu, getaran dan polusi suara akibat pemakaian alat ini dapat dikurangi.
Alat ini baik digunakan jika ada keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang
yang di maksud cukup pendek.Untuk memeperpanjang tiang maka dilakukan
penyambungan pada ujung - ujungnya.

Gambar 2.9 Alat Hydraulic Hammer


2.4 Sistem Penyambungan Tiang
1. Alat Penahan dan Pengatut Letak Tiang
Terdapat beberapa alat yang digunakan untuk mengatur letak tiang akan
diletakkan sehingga keliruan seperti tiang miring, tiang tidak pada tempatnya dapat
dihindar. Alat tersebut dinamakan lead atau bingkai. Lead yang umum dipakai adalah
fixed lead, swing lead dan hydraulic lead. Dengan adanya lead ini maka hammer ini
menumbuk tiang tepat ditengah tengah permukaan atas tiang. a. Fixed Head
Pengaturan posisi tiang dengan cara ini menggunakan lead yang terdiri dari
rangkian baja dengan tiga sisi berkisi seperti boom pada crane dan sisi yang satu
terbuka. Sisi yang terbuka adalah tempat tiang diletakkan. Pada rangkaian ini
14

terdapat rei atau alur tempat hammer akan bergerak. Pada saat penumbukan tiang,
lead diletakan dengan kemiringan tertentu. Lead diikat pada alat pemancang tiang,
dengan bagian bawahnyadisambungkan dengan crane atau alat pemancang
sehingga posisi tiang menjadi benar.
b. Swing Head
Jika lead tidak disambungkan dengan crane atau pelat pemancang pada
bagian bawahnya maka lead jenis ini dinamakan swing lead. Penggunaan lead ini
memungkinkan pemancang tiang yang jaraknya dari badan alat relatif jauh.
Kelemahan dari tipe ini adalah sulitnya mengatur tiang untuk tetap vertikal.
c. Hydraulic Head
Sistem yang digunakan pada metode ini adalah dengan menggunakan
silinder hidrolis sebagai pengaku. Silinder hidrolis tersebut merupakan
penghubung bagian bawah lead dengan pemancang. Dengan sistem ini pengaturan
posisi tiang dapat dilakukan secara lebih akurat dan cepat. Metode ini lebih mahal
dibandingkan dengan fixed lead, namun dengan produktivitas yang besar maka
penggunan metode ini menjadi bahan pertimbangan yang baik.
2.

a.
b.
c.
d.
e.

3.

Pemilihan Alat Pemancang Tiang


Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan alat pemancang tiang yang akan
digunakan dalam suatu proyek. Kriteria kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
Jenis material, ukuran, berat dan panjang tiang yang akan dipancang.
Bagaimana kondisi lapangan yang mempengaruhi pengoperasian, seperti apakah
pemancangan dibawah air atau lokasi terbatas.
Hammer yang akan dipilih harus sesuai dengan daya dukung tiang dan kedalaman
pemancangan.
Pemilihan alat yang ekonomis dengan kemampuan alat yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan.
Jika lead digunakan maka pemilihan tipe yang akan dipakai, ukuran rel untuk
hammer, panjang hammer dan tiang yang akan dipancang.
Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya,
aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu
dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu,
biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

Langkah-langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus / ukuran dan tiang pancang:

15

a. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang
diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai
daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor
aman terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi
harus tidak berlebihan.
b. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan
memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya
dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap
erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila
tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum
yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang
sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan
dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan
demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.
c. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya
dukung ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan,
dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
Tahapan pekerjaan Pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut:
a)

b)
c)

d)
e)
f)

1. Pekerjaan Persiapan
Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang
tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda
dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang
diberi tanda setiap 1 meter.
Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hatihati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan
tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final
set).
Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.
Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila
level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang
diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :

Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
pada batang pertama.
Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu.
Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
16

Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.

g) Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada


batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah
keras yang ditentukan.
h) Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan
tanah keras/final set yang ditentukan.
i) Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
2. Proses Pengangkatan
a. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke
penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala
tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen
maksimum pada bentangan, harus sama dengan momen minimum pada titik
angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa
kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih
jelas dapat dilihat oleh gambar.

b. Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan
dipancang oleh mesin pemancangan sesuai titik pemancangan yang telah
ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini
adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk
mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum pada
tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang sama.
3. Proses Pemancangan
a. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik
pancang yang telah ditentukan.
b. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang. Tiang
didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah
dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
c. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telahditentukan.
17

d. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay sambil


diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal.
Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada
dasardriving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama
untuk tiang batang pertama.
e. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu
ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
4.

Quality Control
a. Kondisi fisik tiang
Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
Umur beton telah memenuhi syarat
Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan

b. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm.

c. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah
pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.

d. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.

5.
a.
b.
c.
d.

Metode Pelaksanaan
Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
Pengangkatan tiang.
Pemeriksaan kelurusan tiang.
Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.

4. Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Tiang Kelebihan:

Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.


18

Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.


Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.

Kekurangan:

Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.


Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar
Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi.
Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
2.5 Pembuatan Tiang Bor/Kaison

Pondasi tiang bor atau kaison adalah pondasi yang berbentuk kotak, bulat atau
konbinasi bentuk-bentuk tersebut dengan tampang melintang yang relatif besar. Karena
tampangnya yang besar ini, bagian dalam fondasi sering terbagi-bagi dalam
ruanganruangan. Pondasi kaison yang berbentuk silinder atau kotak beton dibuat dengan
membenamkan silinder beton ditempatnya, bersamaan dengan penggalian tanah. Pondasi
ini dimaksudkan untuk mengirimkan beban besar yang harus melaalui air atau material
jelek sebelum mencapai tanah pendukung yang kuat.
Pekerjaan pembuatan kaison memerlukan banyak alat-alat berat. Dalam tiap-tiap
pelaksanaan sering ditemui masalah-masalah umum dan yang tidak bias dilakukan.
Berikut ini akan dipelajari cara pelaksanaan pekerjaan pembuatan.
Tipe-tipe kaison dibagi menurut cara pembuatannya, yaitu :
1. Kaison terbuka (open caisson)
2. Kaison pneumatic (pneumatic caisson)
3. Kaison apung (floating caisson)
1. Kaison terbuka
Kaison terbuka merupakan kaison yang pada bagian atas dan bawahnya terbuka terbuka
selama pelaksanaan. Kaison ini, bila digunakan pada area yang tergenang air,
pelaksanaannya adalah dengan membenamkan dan menggali tanah di bagian dasarnya.
Kaison dimanfaatkan dengan memanfaatkan beratnya sendiri, bersama sama dengan
penggalian tanah. Ketika pembenaman kaisonmencapai tanah keras yang diinginkan,
dasar kaison ditutup dengan beton dengan tebal antara 1,5 sampai 5 m. Pada kaison
19

terbuka, penutupan dilakukan di bawah muka air. Jika tanah dasar sangat keras maka
penggalian dilakukan dengan cara peledakan (blasting).
Pada penggalian tanah untuk kaison terbuka yang umunya dilakukan dengan cara
pengukuran, volume tanah yang tergali selalu lebih besar diri volume kaison yang
terpasang. Hal ini, disebabkan dinding lubang galian tanah yang cendrung bergerak ke
dalam galian.
Keuntungan kaison terbuka :
1. Dapat mencapai kedalaman yang besar.
2. Biaya pembuatan relatif rendah.
Kerugian kaison terbuka :
1. Dasar kaison tidak dapat diperiksa dan di bersihkan.
2. Kualitas beton penutup dasar yang dicor dalam air tidak bagus.
3. Penggalian pada tanah yang berbatu sangat sulit.

Gambar 2.10 Kaion Terbuka

2. Kaison pneumatik
Kaison pneumatic (pneumatic caisson), merupakan kaison yang tertutup. Penggalian
tanah dilakukan dengan mengalirkan udara bertekanan kedalan ruang kerjauntuk
penggalian. Dengan cara ini penggalian dan pengecoran beton ke dalam sumuran
dilakukan dalam kondisi kering. Bentuk tubuh kaison pneumatic hampir sama seperti
kaison terbuka, bedanya hanya pada bagian ruangkerja di bawah. Penggalian dilakukan
pada ruang kerja yang diberi tekanan udara yang sama dengan tekanan air tanah untuk
20

mencegah aliran air masuk ke ruang kerja. Pintu udara, kecuali dipakai untuk jalan
keluar masuk pekerja juga untuk mengeluarkan tanah galian. Unutk kaison yang besar
dapat dipakai 2 pintu udara, yang pertama unutk galian sedang yang kedua untuk keluar
masuk pekrja. Ruang kerja diisi dengan beton pada waktu dasar kaison telah
mencapai kedalaman yang dikehendaki.

Gambar 2.11 Kaison Pneumatik

Keuntungan :
Pelaksanaan dalam kodisi kering.
Kerena pengecoran beton dalam kondisi kering, kualitas beton dapat seperti yang
diharapkan.
Batu-batuan besar dapat dibongkar pada waktu penggalian untuk membenamkan
kaison.

21

Kerugian :
Penggalian dengan tekanan udara membuat biaya pelaksanaan tinggi.
Kedalaman penetrasi di bawah air terbatas sampai kedalaman sekitar 40 m atau 400
kPa. Hal ini karena tenaga manusia mempunyai ketahanan terhadap tekanan udara
yang terbatas.

3. Kasion Apung
Kaison apung atau kaison box merupakan kaison yang tertutup pada dasarnya.
Kaison tipe inin terbuat dari tipe beton bertulang yang dicetak di daratan dan
peletakkannya dilakukan dengan mengapungkan kaison tersebut setelah beton
mengeras. Pembenaman kaison ke dalam air atau tanah yang berair, dilakukan dengan
dengan cara mengisikan, pasir, kerikil, beton atau air ke dalamnya. Permukaan air
harus diperhitungkan selalu berada pada beberapa meter di bawah puncak kaison
untuk mencegah air masuk ke dalamnya. Stabilitas pengapungan dirancang menurut
prinsipprinsip hidrolika.
Keuntungan :

Biaya pelaksanaan rendah.


Dapat digunakan bila pembuatan tipe kaison yang lain tidak memungkinkan

Kerugian :
Tanah dasar halus digali atau ditimbun sampai elevasi yang diinginkan.
Tipe ini hanya cocok bila tanah fondasi berada di dekat permukaan tanah.
Penggalian tanahyang terlalu dalam mahal, karena tanah jenuh cenderung longsor
ke dalam lubang galian.
Tanah pendukung sering tidak padat, karena pemadatanndi dalam air sangat sulit.

2.6 Pengujian Beban


1. Loading Test
Uji pembebanan (load test) adalah suatu metode pengujian yang bersifat
setengah merusak atau merusak secara keseluruhan komponen-komponen bangunan
yang diuji. Pengujian yang dimaksud dapat dilakukan dengan beberapa metode salah
satunya adalah metode uji beban (load test).
Tujuan load test pada dasarnya adalah untuk membuktikan bahwa tingkat keamanan
suatu struktur atau bagian struktur sudah memenuhi persyaratan peraturan bangunan
yang ada, yang tujuannya untuk menjamin keselamatan umum. Oleh karena itu
biasanya load test hanya dipusatkan pada bagian-bagian struktur yang dicurigai tidak
memenuhi persyaratan tingkat keamanan berdasarkan data-data hasil pengujian
material dan hasil pengamatan.
22

Pemakaian Uji Pembebanan


Uji pembebanan biasanya perlu dilakukan untuk kondisi-kondisi seperti berikut
ini :
a. Perhitungan analitis tidak memungkinkan untuk dilakukan karena keterbatasan
informasi mengenai detail dan geometri struktur.
b. Kinerja struktur yang sudah menurun karena adanya penurunan kualitas bahan, akibat
serangan zat kimia, ataupun karena adanya kerusakan fisik yang dialami bagianbagian struktur akibat kebakaran, gempa, pembebanan yang berlebihan dan lain-lain.
c. Tingkat kemanan struktur yang rendah akibat jeleknya kualitas pelaksanaan ataupun
akibat adanya kesalahan pada perencanaan yang sebelumnya tidak terdeteksi.
d. Struktur direncanakan dengan metode-metode yang non standard sehingga
menimbulkan kekhawatiran mengenai tingkat keamanan struktur tersebut.
e. Perubahan fungsi struktur sehingga menimbulkan pembebanan tambahan yang belum
diperhitungkan dalam perencanaan.
f. Diperlukannya pembuktian mengenai kinerja suatu struktur yang baru saja di
renovasi.

Jenis-Jenis Load Test


Uji pembebanan dikategorikan dalam dua kelompok yaitu :
1. Pengujian ditempat yang biasanya bersifat non destructive.
2. Pengujian bagian-bagian struktrur yang diambil dari struktur utamanya. Pengujian
biasanya dilakukan dilaboratorium dan sifat merusak.
Pemilihan jenis uji pembebanan ini tergantung pada situasi dan kondisi tetapi
biasanya cara kedua dipilih jika cara pertama tidak praktis atau tidak mungkin untuk
dilaksanakan. Selain itu pemilihan jenis pengujian bergantung pada tujuan
diadakannya load test. Jika tujuannya hanya ingin mengetahun tingkat layanan
struktur, maka pilihan pertama adalah pilihan terbaik. Tetapi jika ingin mengetahui
kekuatan batas dari suatu bagian struktur yang nantinya akan digunakan sebagai
kalibrasi untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama,
maka cara kedua yang paling tepat.
1. Pengujian Pembebanan di Tempat
Tujuan utama dari pembebanan ini adalah untuk memperhatikan apakah
perilaku suatu struktur pada saat diberi beban kerja (working load) memenuhi
persyaratan bangunan yang ada pada dasarnya dibuat agar keamanan untuk penghuni
bangunan tersebut terjamin. Perilaku struktur tersebut dinilai berdasarkan
pengukuruan lendutan yang terjadi. Selain itu penampakan struktur pada saat retakretak yang terjadi selama pengujian masih dalam batas-batas yang wajar.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan loading test
adalah sebagai berikut:
23

a. Persiapan dan tata cara pengujian


ACI-31889 mensyaratkan bahwa uji pembebanan hanya bisa dilakukan jika struktur
beton berumur lebih dari 56 hari. Pemilihan bagian struktur yang akan diuji dilakukan
dengan memperhitungkan :
Permasalahan yang ada
Tingkat keutamaan bagian struktur yang akan diuji
Kemudahan pelaksanaan
Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban
ujinya juga harus dipertimbangkan atau dilihat apakah kondisinya baik dan kuat.
Selain itu scaffolding juga harus dipersiapkan jika terjadi keruntuhan bagian
struktur yang diuji.

2. Kalendering
Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang
pancang (beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah secara
empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang.
Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic hammer. Biasanya
kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang merupakan item wajib yang
harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk proyek. Sebagai tambahan selain
kalendering dilakukan pengecekan dengan PDA test. Perhitungan kalendering
menghasilkan output yang berupa daya dukung tanah dalam Ton. Untuk
perhitungannya tidak saya cantumkan di sini karena tulisan kali ini saya menitik
beratkan pada metode pelaksanaan kalendering itu sendiri.
Sebelum dilaksanakan kalendering basanya juga dilakukan monitoring
pemukulan saat pemancangan yaitu untuk mengetahui jumlah pukulan tiap meter dan
total sebagai salah satu benuk data yang dilampirkan beserta hitungan kalendering.
Untuk itu sebelumnya tiang pancang yang akan dipancang diberikan skala terlebih
dahulu tiap meternya menggunakan penanda misalnya cat semprot / philox. Untuk
mengitungnya disediakanterlebih dahulu counter agar mudah dalam menghitung
jumlah pukulan tiap meter dan totalnya.
Sebenarnya metode pelaksanaan kalendering hanyalah sederhana. Alat yang
disediakan cukup spidol, kertas milimeterblock, selotip, dan kayu pengarah spidol
agar selalu pada posisinya. Alat tersebut biasanya juga telah disediakan oleh subkon
pancang. Dan pelaksanannya pun merupakan bagian dari kontrak pemancangan.
Pelaksanaanya dilakukan pada saat 10 pukulan terakhir. Kapan saat dilaksanakan
kalendering adalah saat hampir mendekati top pile yang disyaratkan, Final Set 3 cm
untuk 10 pukulan terakhir, atau bisa dilihat dari data bore log. Sebenarnya ada
beberapa faktor lain tergantung kondisi dilapangan.

24

Gambar 2.12 Kalendering


Tahapan pelaksanaanya yaitu:
1. Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh hammer
2. Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan selotip
3. Menyiapkan spidol yang ditumpu pada kayu, kemudian menempelkan ujung spidol
pada kertas millimeter
4. Menjalankan pemukulan
5. Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta menghitung
jumlah pukulan
6. Setelah 10 pukulan kertas millimeter diambil
7. Tahap ini bisa dilakukan 2-3kali agar memperoleh grafik yang bagus
8. Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer biasanya kena
oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.
9. Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor, pengawas, dan
direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya dukungnya.

Hasilnya sebagai berikut:

25

Gambar 2.13 Penandaan Kalendering

Gambar 2.14 Hasil dari Monitoring Pemancangan

26

Gambar 2.15 Hasil Monitoring

Hitungan Daya Dukung dengan Kalendering ( Rumus Hiley )


Perhitungan Kalendering (Rumus Hiley)
Kapasitas daya dukung tiang pancang dapat diperkirakan dengan
menggunakan rumus dinamis (Hiley). Sebenarnya dalam hitungan kalendering bisa
digunakan rumus lain tapi saya menggunakan rumus hiley karena lebih sering
digunakan. Berikut formulanya :

Gambar 2.16 Rumus Umum

27

= Kapasitas daya dukung batas (ton)

= Berat palu atau ram (ton)

= Berat tiang pancang (ton)

= tinggi jatuh ram

= Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau set (cm)

= Rata-rata Rebound untuk 10 pukulan terakhir (cm)

= Koefisien restitusi*
0,4-0,5 untuk palu besi cor, tiang beton tanpa helm
0,3-0,4 untuk palu kayu (landasan kayu)
0,25-0,3 untuk tiang kayu

Menentukan S dan K dari millimeter kalendering:

Gambar 2.17 Menentukan S dan K

Dari grafik kita ambil yang 10 pukulan atas. Didapatkan S dari 10 pukulan
terakhir adalah 2cm. jadi S = 2/10 = 0.2 cm. Sedangkan reboundnya (K) ada 10.
Diambilkan rata-rata K. dari grafik terbaca K sekitar : 0.9cm.
Untuk menentukan berat ram bisa dilihat pada spesifikasi alat. Biasanya
dituliskan berat piston misalkan 2,5Ton atau 3,5 Ton. Sedangkan untuk mengetahui
tinggi jatuh ram dengan cara melihat ring yang tampak saat pemukulan dan
mengkonversikan ke table dan mengetahui jenis hammer yang dipakai misal K25 atau
K35. Misalkan saat kalendering ring yang muncul E sedangkan tipe hammer K25
maka tinggi jatuh ram adalah 2.197 mm = 219,7 cm.

28

Gambar 2.18 Bagian-bagian Hmmer

Gambar 2.19 Jenis-Jenis Hammer

Setelah itu daya dukung mendapatkan factor koreksi yaitu:


Efisiensi palu (ef)** :
ef = 0,8-0,9 untuk diesel hammer ef = 0,7-0,9
untuk drop hammer ef= 0,7-0,85 untuk
single/double acting hammer Faktor aman
(SF)*** :
SF = 3 untuk permanen load
SF = 1 untuk temporary load

29

Jadi daya dukung yang dipakai:


Rpakai = ef.R.(1/SF)

Sumber :
*

: Braja M. Das

**

: Braja M. Das

***

: Brosur hitung mitsubhisi hammer

3. PDA Test
PDA test bertujuan untuk memverifikasikan kapasitas daya dukung tekan
pondasi tiang pancang terpasang. Dari hasil-hasil pengujian akan didapatkan
informasi besarnya kapasitas dukung termobilisir dengan faktor keamanan 2, dan
dipakai untuk menilai apakah beban kerja rencana dapat diterima oleh tiang
terpasang. Pelaksanaan
Pengujian dilaksanakan sesuai ASTM D-4945, yang dilakukan dengan
memasang dua buah sensor yaitu strain transduser dan accelerometer transduser
pada sisi tiang dengan posisi saling berhadapan, dekat dengan kepala tiang. Kedua
sensor tersebut mempunyai fungsi ganda, masing-masing menerima perubahan
percepatan dan regangan. Gelombang tekan akan merambat dari kepala tiang ke
ujung bawah tiang (toe) setelah itu gelombang tersebut akan dipantulkan kembali
menuju kepala tiang dan ditangkap oleh sensor. Gelombang yang diterima sensor
secara otomatis akan disimpan oleh komputer. Rekaman hasil gelombang ini akan
menjadi dasar bagi analisa dengan menggunakan program TNOWAVE-TNODLT, di
mana gelombang pantul yang diberikan oleh reaksi tanah akibat kapasitas dukung
ujung dan gerak akan memberikan kapasitas dukung termobilisasi (mobilized
capacity). Hasil Pengujian Angka penurunan yang diambil sebagai immediate
displacement (perpindahan sesaat) saat beban mencapai kapasitas dukung dengan
faktor keamanan (FK) = 2, dan tidak menyatakan penurunan konsolidasi. Beban
kerja yang diharapkan per-tiang adalah 140 ton.
Dari hasil uji pembebanan dinamis meliputi kapasitas dukung termobilisasi, yang
besarnya ditentukan oleh beban dan energi, maka kapasitas dukung termobilisasi
dengan FK=2 yang dihasilkan dinilai memenuhi target beban rencana dengan
penurunan (displacement) dan masih dalam batas yang aman.
Tujuan Pengujian dengan PDA Test adalah menguji daya dukung statis
pondasi tiang (baik tiang bor, tiang pancang, atau jenis tiang lainnya) tunggal
sehingga dapat dievaluasi terhadap daya dukung rencana. Alat yang digunakan
terdiri dari alat penguji: PDA, sepasang Accelerometer, sepasang Strain Transducer,
30

Kabel utama, Kabel penghubung, Adaptor. Dan Alat Pendukung (untuk Tiang Bor):
Massa Hammer, dengan berat sesuai dengan beban ultimete rencana dari tiang, Alat
penjatuh hammer (dapat digunakan crane atau sejenisnya).
Standar prosedur pengujian dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian
ASTM (American Standard Testing & Materials) D4945-96. Prinsip kerja, bila
massa hammer dijatuhkan ke kepala tiang akan membangkitkan gelombang
tegangan yang kemudian menjalar sepanjang badan tiang. Gerakan material akibat
perambatan gelombang tegangan yaitu percepatan partikelnya, yang bila
diintegrasikan terhadap waktu akan menjadi kecepatan partikel (V) yang secara
profesional dapat dikonversi menjadi gaya (F). Fungsi alat PDA merekam data (F) &
(V) dalam fungsi waktu, menganalisanya, menampilkannya dalam grafik, serta
dengan metode Case-Goble menghitung daya dukung statis tiang serta output
turunnan lainnya.
PDA Test dilakukan setelah 7 hari waktu pemancangan, agar tanah
mempunyai waktu untuk kembali seperti semula. Sedangkan npada tiang bor
dilakukan setelah usia tiang bor mencapai 21 hari, agar waktu dipukul kepala tiang
tidak mudah pecah. Beton tiang bor bagian atas (top pile) dibobok dan diratakan
permukaannya sampai mencapai beton yang benar-benar keras/beton sesungguhnya
yang tidak bercampur dengan lumpur. Hammer yang digunakan adalah drop
hammer, yang berat hammernya kurang lebih disesuaikan dengan beban rencana.
Tanah disekeliling tiang digali dengan lebar minimal 0,75 meter dengan kedalaman
minimal 2 (dua) kali diameter tiang ditambah 0,75 meter hal ini untuk menjaga
keamanan sensor. Seperti terlihat pada sket gambar di bawah.
Peralatan Yang Digunakan Equipment Of PDA Test :
a) PDA-W (Pile Driving Analyzer) model 8G

Gambar 2.20 Pile Driving Analyzer

31

b) Dua buah strain transducer

Gambar 2.21 Strain transducer


c) Dua buah accelerometer untuk menegukur percepatan pada element

tiang dan mengubah menjadi kecepatan (v)

Gambar 2.22 Accelerometer


d) Kabel / Pengirim signal tanpa kabel

Gambar 2.23 Kabel


e) Alat bor beton, Angkur + Baut,dan Kunci .
32

Gambar 2.24 Alat Bor


Persiapan Pengujian Testing Preparation
Mempersiapkan tiang untuk PDA minimal 1,5m atau 3xD (tiga kali diameter
tiang), kemudian dihitung panjang tiang sesuai dengan yang direncanakan.
Menyediakan arus listrik AC dengan daya 220V, 60 Hz dan 30 Amp untuk
mengoperasian alat PDA. Daya listrik dari mesin las atau daya tidak stabil tidak
diperbolehkan.
Menyediakan tempat perlindungan untuk melindungi alat PDA dari kondisi
panas matahari, air, angin dan temperature. Jika diperlukan tempat perlindungan
dengan suhu 20-30 derajat Celcius. Letakan tempat perlindungan kurang lebih 15-20m
dari tiang, sehingga kabel PDA dapat sampai dengan komputer PDA dan operator
dapat mengawasi tiang. Tenaga ahli boleh mengabaikan tempat perlindungan apabila
cuaca memungkinkan.
Bor sampai dengan total 16 lubang baut di kedua sisi atau 4 sisi tiang, seperti
yang diarahkan oleh Konsultan PDA atau Engineer, dengan perkiraan jarak sama
dengan 3 kali diameter tiang di bawah kepala tumpukan. Jika Konsultan PDA atau
Engineer memilih untuk bor lubang baut, menyediakan peralatan yang diperlukan,
peralatan dan bantuan untuk melakukannya. Sebuah bor palu diperlukan untuk tiang
pancang beton dan sampai 2 jam mungkin diperlukan untuk mengebor lubang.

33

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi terdapat tiga metode pemancangan,
yaitu:
1. Metode pile driving
Metode pile driving merupakan pemancangan tiang pancang dengan cara penanaman tiang
pancang ke dalam tanah dengan ditumbuk menggunakan alat hydraulic hammer atau diesel
hammer atau drop hammer.

2. Metode jacked-in
Jacked-in adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang pelaksanaannya ditekan
masuk ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban
counterweight sehingga tidak menimbulkan getaran dan gaya tekan dongkrak langsung dapat
dibaca melalui manometer sehingga gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu
dapat diketahui. Alat yang digunakan dalam pemancangan metode ini adalah hydraulic static
pile driver.

3. Metode Bored Pile


Bored pile merupakan pemancangan pondasi tiang yang dilakukan dengan cara membuat
lubang tiang dengan mesin bor terlebih dahulu lalu kemudian baru lubang diisi dengan
tulangan dan dicor dengan beton segar. Adapun alat yang digunakan adalah alat bor untuk
membuat lubang, casing untuk menahan lubang dari kelongsoran dan pipa tremie untuk
memasukkan beton segar kedalam lubang bor.

34

Anda mungkin juga menyukai