Anda di halaman 1dari 9

1

Evaluasi Akustik Gedung Research Center


ITS Berdasarkan Penentuan Nilai Sound
Transmission Class
Yosua Sandy Nugraha 1, Ir. Tutug Dhanardono, M.T.2, Ir. Wiratno Argo Asmoro, M.Sc.3
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya; 2014
Email: yosuasandy26@gmail.com1), tutugdh@ep.its.ac.id2), wiratno@ep.its.ac.id3)
Abstrak - Dalam mendesain sebuah bangunan,
kenyamanan akustik merupakan salah satu aspek
yang penting untuk diperhitungkan. Kesalahan dalam
mendesain
akustik
sebuah
ruangan
dapat
menyebabkan ketidaknyamanan akustik. Sound
Transmission Class (STC) merupakan salah satu
parameter akustik yang cukup dikenal. Parameter
tersebut merupakan angka yang menunjukkan
kemampuan insulasi akustik dari sebuah material.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar perbedaan STC bata ringan dengan STC
dinding partis, kemudian membuat sebuah
persamaan
prediksi
penentuan
TL dengan
memanfaatkan data pengukuran langsung pada
dinding partisi yang memisahkan dua buah ruangan
yang terbuat dari bata ringan dan data TL dari
Laboratorium Vibrasi dan Akustik dengan bata
ringan yang sama. Dari hasil penelitian, didapatkan
STC dinding partisi bernilai 28 sedangkan STC bata
ringan 47. Hal tersbut menunjukkan bahwa bata
ringan mengalami penurunan kemampuan dalam
melakukan insulasi akustik ketika dibangun menjadi
dinding. Dengan melakukan analisis korelasi,
persamaan estimasi yang dibuat tidak cocok untuk
digunakan memprediksi TL dinding partisi. Hal
tersebut disebabkan karena TL dinding dan TL bata
ringan tidak memiliki keterkaitan yang kuat.
Kata Kunci STC, Transmission Loss, Dinding
Partisi
I. PENDAHULUAN
kustik merupakan sebuah fenomena dimana
sebuah bunyi mengalami proses pemantulan dan
penyeraban. Dalam mendesain sebuah bangunan,
kenyamanan akustik merupakan salah satu aspek yang
penting untuk diperhitungkan.
Besarnya suara yang hilang akibat adanya dinding
pemisah disebut sebagai rugi transmisi bunyi
(transmission loss). Nilai transmission loss dinyatakan
pada setiap frekuensi dengan rentang tertentu dan dapat
diubah menjadi suatu nilai tunggal yaitu Sound
Transmission Class (STC) yang menjadi salah satu
parameter akustik yang cukup dikenal. Parameter tersebut
merupakan angka yang menunjukkan kemampuan
insulasi akustik dari sebuah material. Harga STC

didapatkan dengan membandingkan kurva Transmission


Loss (TL) terhadap kurva standar STC.
Secara teori, nilai STC dapat menunjukkan kinerja
suatu material dalam melakukan insulasi akustik. Namun
dalam kondisi yang riil, nilai STC yang sebenarnya sulit
untuk dicapai ketika material tersebut telah terpasang
menjadi sebuah dinding di dalam ruangan. Hal tersebut
dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yaitu
akibat adanya kebocoran (leakage) energi suara dan
flanking path di ruangan.
Penelitian sebelumnya yang mendukung hal ini
telah dilakukan oleh Fitri Rachmawati dengan judul
Peningkatan Insulasi Akustik dari Dinding Partisi antar
Kamar Berdasarkan Nilai Rugi Transmisi Bunyi.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa perbedaan
ketebalan dan cavity dari material mempengaruhi
besarnya TL.
Tugas akhir ini akan membuat sebuah persamaan
prediksi penentuan TL dengan memanfaatkan data
pengukuran langsung pada dinding partisi yang
memisahkan dua buah ruangan yang terbuat dari bata
ringan dan data TL dari Laboratorium Vibrasi dan
Akustik dengan bata ringan yang sama. Metode
pengukuran pada dinding ruangan mengacu pada ASTM
E-336, sedangkan laboratorium menentukan nilai TL
pada bata ringan dengan menggunakan tabung impedansi.
Persamaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan
prediksi besarnya nilai TL bata ringan ketika sudah
menjadi dinding dengan menggunakan data TL sebuah
bata ringan dari laboratorium. Dengan nilai TL tersebut,
akan diperoleh besarnya nilai STC sebuah bata ketika
menjadi sebuah dinding.
II. TEORI PENELITIAN
Sound Pressure Level (SPL)
Sound Pressure Level (SPL) merupakan besarnya
tingkat tekanan yang dialami oleh suatu medium akibat
adanya gelombang bunyi. SPL menjadi salah satu
parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas
persebaran bunyi di dalam ruangan. Untuk mengetahui
nilai SPL yang dikeluarkan sumber bunyi, dapat
menggunakan persamaan berikut ini:
A.

(2.1)
Dimana:

SPL
P
Pref

: sound pressure level (dBA)


: tekanan bunyi (Pa)
: tekanan bunyi referensi: 2.10-5 (Pa)

dengung suatu ruangan ditentukan oleh volume ruangan


(m2) dan total penyerapan ruang (m2 sabin).
(2.8)

Sedangkan apabila terdapat banyak titik pengukuran SPL


dalam 1 ruangan, dapat digunakan persamaan berikut:

(2.2)
Dimana:
: sound pressure level rata- rata (dBA)
: jumlah pengukuran
: titik pengukuran ke-i
: SPL pada titik ke-i (dBA)

n
i
SPLi
B.

Transmission Loss (TL)


Transmission loss merupakan besaran nilai insulasi
pada suatu partisi, dimana semakin besar nilai
kerugiannya maka semakin besar kemampuan suatu
bahan dalam menginsulasi suara (Hemond, 1983). Nilai
ini dapat diperoleh dari persamaan berikut ini:
(2.3)
(2.4)
(2.5)
Dimana:
TL : Transmission loss (dB)
: Sound pressure level rata-rata ruang pertama,
sumber bunyi (dB)
: Sound Pressure Level rata-rata ruang kedua,
penerima bunyi (dB)

Dimana:
RT
: waktu dengung, detik
V
: volume ruangan, m3
A
: total luas penyerapan, m2 sabin
dst(2.9)
D.

Regresi Linier
Analisis regresi linier menunjukkan hubungan
secara linear antara satu variabel independen (X) dengan
variabel dependen (Y). Rumus regresi linear sederhana
sebagi berikut:
Y = a + bX
(2.10)
Dimana:
Y
: Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X
: Variabel independen
a
: Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b
:Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun
penurunan)
E.

Fungsi Non Linier


Regresi linier hanya dapat digunakan apabila data
yang diperoleh memiliki hubungan yang linier antara
variabel bebas dan variabel terikatnya. Namun apabila
data tidak bersifat linier, maka diperlukan fungsi
hampiran berbentuk non linier. Beberapa contoh fungsi
non linier yang dapat digunakan, diantaranya:
Persamaan pangkat sederhana:
(2.11)

: Area permukaan transmisi (m )


NR : Noise Reduction (dB)

Persamaan laju pertumbuhan jenuh:


(2.12)

: Konstanta ruang
F.
(26)

: koefisien absorpsi bunyi rata- rata



C.

S1 1 S 2 2 S3 3 ........ S n n
S1 S 2 S3 ........ S n

(2.7)

Reverberation Time 60 (RT60)


RT60 adalah waktu yang dibutuhkan suatu bunyi
untuk turun intensitasnya sebanyak 60 dB ketika bunyi
dihentikan. (Heinz.dkk, 2008) Berdasarkan persamaan
yang dirumuskan oleh Sabine, perhitungan waktu

Uji Korelasi
Metode korelasi merupakan sebuah metode statistik
yang digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan
linier antara beberapa variabel.(Walpole,1995). Korelasi
memiliki nilai pada rentang -1 r 1. Apabila korelasi
bernilai positif, maka variabel- variabel tersebut saling
berbanding lurus. Apabila korelasi bernilai negatif, maka
variabel- variabel tersebut berbanding terbalik.
Tabel 2.1 Korelasi dan Interpretasinya (Yamin.dkk,
2009)
Nilai Korelasi (r)
Interpretasi
0,00 - 0,09
Hubungan Korelasinya diabaikan
0,10 0,29
Hubungan Korelasinya Lemah
0,30 0,49
Hubungan Korelasinya Moderat
0,50 0,70
Hubungan Korelasinya Sedang
> 0,70
Hubungan Korelasinya Sangat

Kuat
III. METODOLOGI PERCOBAAN
Pada bahasan ini akan dijelaskan mengenai langkahlangkah dalam melakukan evaluasi akustik gedung
research center ITS berdasarkan penentuan nilai sound
transmission class. .Berikut diagram alir penelitian:

diletakkan di tengah- tengah ruangan. Pengambilan data


ini menggunakan SLM (Sound Level Meter) SOLO
0,1dB yang diarahkan ke sumber bunyi dengan
ketinggian yang sama dengan sumber bunyi, yaitu 1,2m
dari lantai. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali dengan
durasi waktu selama 10 detik.

Gambar 3.3 Titik Pengukuran RT60


Pengambilan data dilakukan pada malam hari yaitu pada
pukul 22.00 dimana semua kegiatan pembangunan di
Gedung Research Center ITS sudah berakhir. Hal
tersebut dilakukan agar background noise yang
ditimbulkan oleh lingkungan sangat kecil, sehingga tidak
memberikan dampak yang signifikan pada saat dilakukan
pengukuran.
Data yang didapatkan dari SLM SOLO sudah
berupa data RT60 pada rentang frekuensi 1/3 oktaf dari
125Hz - 4000Hz. Dari ketiga data RT60 tersebut, dicari
rata-rata RT60 pada pada setiap frekuensi. Dengan data
RT60 dan luas permukaan ruang 2, maka akan diperoleh
nilai A dengan menggunakan persamaan (2.8). Nilai A
tersebut digunakan untuk mencari besarnya koefisien

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Tugas Akhir.


Pada tahap awal penelitian dimulai dengan studi
literatur tentang materi yang terkait dengan tugas akhir
antara lain tentang akustik ruang, STC, transmission loss,
dan RT60. Tahap selanjutnya pengukuran RT60 dengan
menggunakan petasan sebagai sumber bunyi. Kemudian
mengambil data pengukuran SPL dengan sumber bunyi
berupa tone. Dari kedua data tersebut, dapat ditentukan
besar TL dinding partisi pada ruangan. Kemudian
merumuskan persamaan TL estimasi dari dinding yang
akan dibangun dengan menggunakan data TL bata
ringan dari hasil uji laboratorium dan data TL dinding
telah didapat. Kemudian persamaan tersebut divalidasi
dengan melakukan pengujian keterkaitan data
menggunakan metode korelasi lalu dianalisa dan
penyusunan laporan.
A.

Pengambilan Data RT60


Pengambilan data dilakukan pada ruang 2 dengan
satu titik pengukuran. Sumber bunyi yang digunakan
merupakan sumber bunyi impuls berupa petasan yang

absorpsi bunyi rata- rata ( ) di dalam ruangan pada


setiap frekuensi dengan menggunakan persamaan (2.7).
Kemudian dicari konstanta ruang (R) pada setiap
frekuensi dengan menggunakan persamaan (2.6). R itu
akan menjadi salah satu variabel dalam melakukan
perhitungan TL dari dinding.
B.

Pengambilan Data SPL dan Penentuan TL Dinding


Partisi
Pengambilan data dilakukan pada dua ruangan yang
bersebelahan. Data diambil pada 3 titik pengukuran pada
ruang 2 yang berfungsi sebagai ruang penerima,
sedangkan pada ruang 1 digunakan sebagai ruang sumber
bunyi dengan 1 titik pengukuran dengan jarak 1 meter
dari dinding partisi dan berhadapan langsung dengan
sumber bunyi. Semua pengambilan data ini menggunakan
SLM (Sound Level Meter)
SOLO 0,1dB yang
dihadapkan ke sumber bunyi dengan ketinggian yang
sama dengan sumber bunyi, yaitu 1,2 m dari lantai.

TL. Kemudian dilakukan analisa regresi untuk


mendapatkan besar koefisien yang dibutuhkan untuk
membuat persamaan TL prediksi. Setelah mendapatkan
nilai koefisien yang dibutuhkan, maka dapat dibuat
persamaan TL prediksi dengan metode regresi linier
menggunakan persamaan (2.10), metode pangkat
sederhana yang menggunakan persamaan (2.11), dan
metode laju pertumbuhan jenuh dengan persamaan (2.12)
D.

Gambar 3.4 Titik Pengukuran SPL


Pengambilan data dilakukan pada malam hari dihari
yang sama setelah melakukan pengukuran RT60.
Sebelum pengambilan data, diukur terlebih dahulu
background noise yang diterima oleh ruang 2 sehingga
dapat mengetahui seberapa besar suara yang harus
dibangkitkan oleh speaker. Pengukuran background noise
dilakukan selama 30 detik dan didapatkan rata-rata
pengukuran yaitu 20dB. Sesuai dengan metode yang
tercantum pada ASTM E-336, maka suara yang harus
dibangkitkan oleh sumber bunyi minimal memiliki
perbedaan sebesar 20dB juga. Pada pengukuran ini suara
yang dibangkitkan sumber bunyi berupa white noise
sebesar 70dB. Pengukuran SPL (Sound Pressure Level)
dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing titik di
ruang 1 dan 2, dimana setiap pengukuran dilakukan
selama 10 detik. Kemudian data SPL yang didapat, ditransfer ke laptop dan dimulai pengolahan data dengan
menggunakan software Microsoft Excel.
Data SPL yang didapat dari setiap titik dirata-rata
sehingga setiap titik pengukuran hanya terdapat 1 nilai
SPL. Kemudian SPL pada ruang 2, dirata-rata dengan
menggunakan persamaan (2.2) sehingga pada ruang 2
didapatkan 1 nilai SPL. Dengan menggunakan data SPL
dari ruang 1 dan 2, maka dapat dicari besar noise
reduction yang ditimbulkan oleh dinding partisi. Untuk
mendapatkan besarnya nilai TL pada setiap frekuensi dari
dinding partisi, dapat melakukan perhitungan dengan
menggunakan persamaan (2.5). Dari TL tersebut, dibuat
grafik TL untuk mengetahui nilai STC dari dinding
partisi. Nilai STC yang diperoleh tentunya akan lebih
kecil dari nilai STC bata ringan sesuai dengan teori yang
ada.
C.

Perumusan Persamaan Prediksi


Pembuatan persamaan TL prediksi dilakukan
berdasarkan grafik dari dinding partisi yang telah dibuat.
Dari grafik tersebut, dilihat kencenderungan bentuk
grafiknya lalu dibuatlah persamaan persamaan dengan
metode regresi linier. Untuk mempermudah perumusan
persamaan TL prediksi, digunakan software Microsoft
Excel sebagai software pengolah datanya.
Dalam Excel, dicari besar nilai korelasi dari data TL
dinding partisi dan data TL bata ringan. Dengan nilai
tersebut, maka dapat diketahui sifat hubungan kedua data

Validasi Persamaan dengan Uji Korelasi


Persamaan TL yang telah dibuat tidak dapat
digunakan begitu saja untuk mendapatkan TL prediksi.
Hal tersebut disebabkan karena persamaan tersebut
dibuat berdasarkan data TL yang diperoleh dari 2 metode
yang berbeda. TL dinding didapatkan dari pengukuran di
dalam ruang, sedangkan TL bata ringan diperoleh dengan
melakukan pengujian di Laboratorium Vibrasi dan
Akustik menggunakan tabung impedansi.
Berdasarkan persoalan tersebut, maka perlu dicari
tahu apakah ada keterkaitan antara data TL dinding
dengan TL bata ringan. Untuk mengetahui hal tersebut,
maka dilakukan pengujian dengan metode korelasi.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui besar
hubungan linier antara variabel- variabel. Korelasi
memiliki nilai pada rentang -1 r 1. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunak software statistik, yaitu
SPSS.
IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
Data pengukuran yang diperoleh berupa RT60 dan
SPL. Dari data tersebut dapat diketahui besar TL yang
terjadi dan diperoleh STC. Dari data TL dinding dan TL
bata ringan, dapat dibuat persamaan estimasi TL.
Perumusan persamaan dilakukan dengan menggunakan
metode regresi linier, persamaan pangkat sederhana, dan
laju pertumbuhan jenuh. Dari persamaan yang telah
dibuat, kemudian dicari keterkaitan antar data yang
digunakan untuk membuat persamaan estimasi TL
dengan metode korelasi agar dapat menyatakan bahwa
persamaan prediksi yang dibuat dapat digunakan untuk
memprediksi nilai TL dari dinding dengan menggunakan
data TL bata ringan.
A.

1)

Data Pengukuran RT60


Berikut ini merupakan data pengukuran RT60 yang
didapatkan dengan meledakkan petasan di ruang 2:
Tabel 4.1. RT60 pada Ruang 2
RT60 (sekon)
Frekuensi
Pengukuran Pengukuran Pengukuran
(Hz)
1
2
3
125
1,6
1,4
1,5
160
1,9
1,9
2,0
200
2,1
1,9
1,6
250
2,3
2,3
2,1
315
2,6
2,8
2,7
400
2,4
2,4
2,3

500
630
800
1k
1.25 k
1.6 k
2k
2.5 k
3.15 k
4k

2,3
2,7
2,9
2,3
2,1
2,0
1,8
1,8
1,6
1,5

2,2
2,5
2,6
2,2
1,9
1,9
1,7
1,5
1,3
1,1

2,0
2,6
2,7
2,2
1,9
1,7
1,6
1,2
1,3
1,1

Dari ketiga data pengambilan RT60 tersebut, dicari


rata- rata RT60 pada setiap frekuensi. Kemudian dicari
besarnya penyerapan total pada ruangan (A) dengan
menggunakan persamaan (2.7)
Tabel 4.2 Nilai A pada Ruang 2
Frekuensi (Hz) RT60 Rata- Rata (Sekon)
125
1,5
160
200
250
315
400
500
630
800
1k
1.25 k
1.6 k
2k
2.5 k
3.15 k
4k

2,0
1,9
2,2
2,7
2,4
2,2
2,6
2,7
2,2
2,0
1,9
1,7
1,5
1,4
1,2

A
7,290212
5,439716
5,732698
4,787276
3,996387
4,529238
4,93526
4,09899
3,903561
4,744596
5,384676
5,651527
6,273306
7,11161
7,620795
8,606774

Dengan menggunakan nilai A yang diperoleh, maka


dapat dicari besarnya koefisien absorpsi bunyi rata- rata (
) di dalam ruangan pada setiap frekuensi dengan
menggunakan persamaan (2.7). Nilai
tersebut dapat
digunakan untuk mencari besarnya kosntanta ruang (R)
pada setiap frekuensi dengan menggunakan persamaan
(2.6). R itu akan menjadi salah satu variabel dalam
melakukan perhitungan TL dari dinding.
Tabel 4.3 Konstanta Ruang (R) pada Ruang 2
Frekuensi (Hz)
R
125
7,83
160
5,73
200
6,06

250
315
400
500
630
800
1k
1.25 k
1.6 k
2k
2.5 k
3.15 k
4k
2)

5,01
4,15
4,73
5,17
4,26
4,05
4,97
5,67
5,97
6,67
7,62
8,21
9,36

Data Pengukuran SPL dan Penentuan TL Dinding


Partisi
Berikut ini hasil data SPL yang didapat:

Frekue
nsi
(Hz)
125
160
200
250
315
400
500
630
800
1000
1.250
1600
2000
2500
3150
4000

Tabel 4.4 Data Pengukuran SPL


SPL Penerima (dBA)
SPL Titik SPL Titik SPL Titik
1 (dBA)
2 (dBA)
3 (dBA)
60,1
59,0
58,0
55,9
56,9
56,6
51,3
50,5
48,3
47,0
48,3
46,5
46,9
47,9
48,4
49,1
50,5
48,6
49,9
50,4
48,6
50,2
50,4
50,4
52,6
52,3
51,6
53,6
53,6
52,9
52,7
52,5
52,6
53,0
53,6
53,3
48,1
47,5
47,9
44,8
44,5
44,2
42,7
43,3
42,5
38,6
39,9
38,6

SPL
Sumber
(dBA)
70,0
65,2
66,1
60,9
65,7
67,9
67,5
69,2
73,9
74,7
74,6
70,3
67,0
65,0
67,0
66,4

Dari ketiga titik pengukuran pada ruang 2, dicari


rata- rata nilai SPL dengan menggunakan rumus (2.2),
sehingga pada ruang 2 hanya terdapat 1 nilai SPL.
Setelah diketahui nilai SPL sumber dan SPL penerima,
maka dapat dicari besarnya noise reduction (NR) yang
disebabkan oleh dinding partisi tersebut. Berikut ini data
yang dihasilkan:
Frekuensi
(Hz)
125

Tabel 4.5 Nilai NR


SPL Sumber
SPL Penerima
(dBA)
(dBA)
70,0
59,1

NR
(dBA)
10,9

160
200
250
315
400
500
630
800
1k
1.25 k
1.6 k
2k
2.5 k
3.15 k
4k

65,2
66,1
60,9
65,7
67,9
67,5
69,2
73,9
74,7
74,6
70,3
67,0
65,0
67,0
66,4

56,5
50,2
47,3
47,8
49,5
49,7
50,3
52,2
53,4
52,6
53,3
47,9
44,5
42,8
39,1

8,7
15,9
13,6
17,9
18,5
17,8
18,9
21,8
21,3
22,0
17,0
19,1
20,5
24,2
27,3

Gambar 4.1 Plot Grafik TL Dinding


Dengan membandingkan gambar 4.1 dengan kurva
standar STC, maka dapat diketahui nilai STC dari
dinding partisi tersebut.

Berdasarkan data- data yang diperoleh diatas, maka


dapat dihitung besarnya TL yang terjadi pada dinding
partisi dengan menggunakan persamaan (2.5).Nilai TL
tersebut menunjukkan besarnya kemampuan insulasi dari
dinding partisi pada setiap frekuensi. Oleh karena itu,
semakin besar nilai TL maka semakin besar pula
kemampuan dinding partisi dalam melakukan insulasi
akustik.
Tabel 4.6 Transmission Loss Dinding
Frekuensi (Hz)
TL (dBA)
125
17,0
160
16,0
200
23,0
250
21,5
315
26,6
400
26,6
500
25,6
630
27,5
800
30,6
1k
29,2
1.25 k
29,4
1.6 k
24,2
2k
25,9
2.5 k
26,7
3.15 k
30,1
4k
32,6

Gambar 4.2 STC Dinding Partisi


Dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa dinding
partisi memiliki nilai STC sebesar 28. Hal itu sangat
berbeda jauh apabila dibandingkan dengan STC yang
dimiliki oleh bata ringan yang diuji oleh Laboratorium
Vibrasi dan Akustik.

Gambar 4.3 STC Bata Ringan

Dapat dilihat pada gambar 4.3 bahwa bata ringan


memiliki nilai STC sebesar 47 dengan data TL sebagai
berikut:

800
1000
1250

46,6
48,5
68,8

30,6
29,2
29,4

34,4
39,7
57,3

Tabel 4.7 Data TL Bata Ringan

1600

65,6

24,2

Frekuensi (Hz) TL (dBA)

2000

43,5

25,9

63,1
40,6

2500

64,9

26,7

3150
4000

57,8
57,8

30,1
32,6

125
160
200
250
315
400
500
630
800
1000
1250
1600
2000
2500
3150
4000

81,4
63
50,7
57,8
43,2
48,2
58,6
53,5
46,6
48,5
68,8
65,6
43,5
64,9
57,8
57,8

Rata- Rata Error (%)

58,9
48,0
43,5
52,8

3)

Apabila grafik TL dinding partisi dan grafik TL bata


ringan diplot menjadi 1 grafik, maka menghasilkan grafik
seperti berikut:

Perumusan Persamaan TL Prediksi


Dengan menggunakan data TL dinding dan bata
ringan, dapat dibuat sebuah persamaan estimasi TL
dinding. Persamaan itu dibuat dengan menggunakan
metode regresi linier sesuai dengan persamaan (2.10),
metode persamaan pangkat sederhana dengan persamaan
(2.11), dan metode laju pertumbuhan jenuh dengan
persamaan (2.12). Perumusan persamaan dilakukan
dengan menggunakan software Excel.
Di dalam Excel, dicari tahu terlebih dahulu korelasi
antara data TL bata ringan dengan TL dinding. Kemudian
dilakukan analisa regresi untuk mendapatkan nilai
koefisien intercept dan koefisien TL bata. Dengan
menggunakan kedua koefisien tersebut, maka didapatkan
persamaan estimasi TL dinding sebagai berikut:
Metode regresi linier
(4.1)

Dimana:
a: 37,2
b: -0,2
Metode persamaan pangkat sederhana:
(4.2)

Dimana:
C: 195,9
b: -0,5
Metode laju pertumbuhan jenuh
(4.3)

Gambar 4.4 Perbandingan TL Bata dan Dinding


Kemudian dicari tahu besar presentase error dari data TL
bata ringan dan dinding.
Tabel 4.8 Presentase Error TL Bata dan Dinding
Frekuensi
TL Bata
TL Dinding
Error
(Hz)
(dBA)
(dBA)
(%)
125
81,4
17,0
79,1
160
63
16,0
74,5
200
50,7
23,0
54,6
250
315

57,8
43,2

21,5
26,6

62,7
38,4

400

48,2

26,6

500
630

58,6
53,5

25,6
27,5

44,8
56,4
48,6

Dimana:
C: 15,8
d: -20,1
Dengan menggunakan persamaan tersebut, maka
dapat dibuat nilai TL dinding prediksi, sehingga dapat
dibuat grafik perbandingan TL dinding aktual dengan TL
dinding prediksi sebgai berikut:

Gambar 4.5 Perbandingan TL Aktual dan Prediksi


Kemudian dicari besar presentase error antara data TL
aktual dan TL prediksi dengan menggunakan metode
MAPE. Dengan metode tersebut, didapatkan besar error
untuk metode prediksi linier 13,7%, metode prediksi
pangkat sederhana 14,2% dan metode prediksi laju
pertumbuhan jenuh 15%.
4)

Uji Korelasi
Persamaan TL dinding prediksi yang telah dibuat
divalidasi dengan cara dicari tahu keterkaitan antara data
TL bata ringan dan TL dinding yang digunakan dalam
perumusan persamaan. Proses ini perlu dilakukan untuk
membuktikan bahwa persamaan yang dibuat dapat
dimanfaatkan untuk melakukan prediksi besarnya nilai
TL bata ringan ketika sudah menjadi dinding dengan
menggunakan data TL sebuah bata ringan dari
laboratorium.
Pengujian ini dilakukan dengan metode korelasi.
Pengujian ini dapat dilakukan apabila data yang dimiliki
berupa data numerik. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan software SPSS dan didapatkan data
sebagai berikut:

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Korelasi


B. Pembahasan
Berdasarkan data hasil perhitungan nilai TL yang
dialami oleh dinding partisi, didapatkan grafik STC
dengan nilai 28. Hal tersebut berbeda jauh dengan nilai
STC yang dimiliki oleh bata ringan sebelumnya, yaitu 47.
Sesuai dengan teori yang ada, semakin besar nilai STC
yang dimiliki oleh suatu material, maka akan semakin
besar pula kemampuan
material tersebut dalam
melakukan insulasi akustik. Jadi terlihat dengan jelas
bahwa kemampuan insulasi akustik bata ringan akan
mengalamin penurunan yang drastis apabila dibangun
menjadi sebuah dinding. Hal tersebut juga terlihat dari
gambar 4.4. Pada gambar tersebut, sangat terlihat bahwa

perbedaan TL bata ringan dengan TL dinding sangat


dengan presentase error 52,8%.
Hal ini besar kemungkinannya disebabkan oleh
adanya lubang lubang di dalam ruangan yang belum
tertutup dengan rapat, misalnya lubang ventilasi, lubang
pemasangan pipa, lubang pintu, dll. Hal tersebut tentu
sangat berpengaruh saat menentukan besarnya konstanta
ruang. Apabila terjadi kebocoran bunyi pada saat
pengukuran, maka konstanta ruang yang didapat akan
semakin besar. Berdasarkan persamaan (2.3), dapat
dilihat bahwa konstanta ruang (R) berbanding terbalik
dengan TL. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
apabila terjadi kebocoran bunyi pada saat pengukuran
maka akan sangat berdampak saat menentukan nilai TL
dinding pratisi, yaitu berupa penurunan nilai TL. Selain
itu, adanya flanking path juga ikut berperan dalam
penentuan nilai TL dinding partisi. Adanya flanking path
menyebabkan bunyi dapat merambat melalui jalur lain,
seperti langit- langit dan lantai. Sehingga tidak
sepenuhnya bunyi ditransmisikan melalui dinding partisi.
Kemudian untuk perumusan persamaan TL prediksi,
menghasilkan persamaan 4.1, 4.2, dan 4.3. Hasil dari
persamaan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.5. Dapat
dilihat bahwa nilai TL prediksi dinding dengan nilai TL
aktual dinding memiliki perbedaan yang cukup jauh pada
setiap frekuensinya. Hal tersebut dibuktikan dengan
pencarian besar presentase error dengan metode MAPE
yang menghasilkan nilai error untuk metode prediksi
linier 13,7%, metode prediksi laju pertumbuhan jenuh
15%, dan metode prediksi pangkat sederhana 14,2%.
Berdasarkan nilai MAPE tersebut dapat terlihat bahwa
metode regresi linier lebih tepat digunakan untuk
perumusan persamaan dikarenakan memiliki nilai MAPE
yang lebih kecil dibandingkan yang lain. Namun nilai
tersebut terbilang cukup besar untuk sebuah data yang
didapat dari alat ukur. Setelah diketahui persamaan yang
tepat, maka perlu diketahui keterkaitan antara data TL
bata ringan dari laboratorium dengan data TL dinding
partisi. Hal ini perlu dilakukan karena metode pengujian
bata ringan di laboratorium menggunakan tabung
impedansi, sedangkan pengukuran dinding partisi
dilakukan di dalam ruang.
Keterkaitan tersebut dicari dengan menggunakan
metode korelasi yang hasilnya terlihat pada gambar 4.6.
Gambar tersebut menunjukkan nilai korelasi sebesar
-0,45 dan signifikansi sebesar 0,08. Nilai korelasi berupa
minus menunjukkan bahwa nilai TL bata ringan dan TL
dinding partisi berbanding terbalik. Jadi apabila nilai TL
bata ringan naik, maka TL dinding partisi akan turun dan
begitu pula sebaliknya. Berdasarkan tabel 2.1 nilai
korelasi sebesar 0,45 tergolong moderat. Jadi tidak begitu
saling mempengaruhi antara data TL bata ringan dengan
data TL dinding partisi. Pernyataan tersebut diperkuat
dengan nilai signifikansi yang lebih besar 0,05. Nilai
signifikansi tersebut menyatakan bahwa data TL bata
ringan dan data TL dinding partisi memiliki korelasi yang
tidak signifikan, yang berarti apabila terjadi perubahan
pada TL bata ringan maka tidak akan memberikan
dampak yang besar pada TL dinding partisi.

Dengan demikian, persamaan estimasi TL tidak


dapat digunakan untuk memprediksi TL dinding
dikarenakan keterkaitan TL bata ringan dan TL dinding
yang rendah. Perbedaan metode pengukuran memberikan
peran yang cukup besar dalam hal ini. Pada pengujian
menggunakan tabung impedansi, bunyi yang dikeluarkan
oleh sumber bunyi dapat ditransmisikan sepenuhnya
melalui material menuju penerima. Sedangkan pengujian
pada ruangan, bunyi yang dikeluarkan sumber bunyi
mengalami diffuse, sehingga tidak seluruhnya bunyi
dapat ditransmisikan melalui dinding partisi.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
STC dinding partisi bernilai 28 sedangkan STC bata
ringan 47. Hal tersebut menunjukkan bahwa bata
ringan mengalami penurunan kemampuan dalam
melakukan insulasi akustik ketika dibangun menjadi
dinding.
Persamaan estimasi yang tepat dapat dibuat dengan
metode regresi linier yang memiliki nilai MAPE
13,7%.
Dengan melakukan analisis korelasi, persamaan
estimasi yang dibuat tidak cocok untuk digunakan
memprediksi TL dinding partisi. Hal tersebut
disebabkan karena TL dinding dan TL bata ringan
tidak memiliki keterkaitan yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. Abd El Gawad Saif, H.S .Seddek, The Sound
Transmission Class For Different Constructions Of
Gypsum Board, The 17th International Congress on
Sound & Vibration, Cairo, 2010
[2] Estimation of Sound Transmission Class and
Impact Insulation Class Rating for Steel Framed
Assemblies, Research Report RP08-7, 2008
[3] Sound Transmission Class Guidance, U.S.
Department of Housing andUrban Development
[4] Fitri Rachmawati, Andi Rahmadiansah, dan Wiratno
Argo Asmoro, Peningkatan Insulasi Akustik Dari
Dinding Partisi Antar Kamar Berdasarkan Nilai
Rugi Transmisi Bunyi, Jurnal Teknik Pomits Vol.
2, No. 1, 2013
[5]
Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan
Peredam Bising, PT. Mediatama Saptakarya,
Jakarta, 1999
[6]
Heinz Frick, Antonius Ardiyanto, dan AMS
Darmawan, Ilmu Fisika Bangunan, Kanisius,
Yogyakarta, 2008
[7]
ASTM E 336-05, Standard Test Method for
Measurement of Airborne Sound Attenuation
between Rooms in Buildings, ASTM International,
United States
[8]
ASTM E 413-87, Classification for Rating Sound
Insulation, ASTM International, United States,
1999
[9]
ASTM E90-09, Standard Test Method for
Laboratory Measurement of Airborne Sound
Transmission Loss of Building Partitions and

Elements, ASTM International, United States,


2010
[10] Munir.Rinaldi, Metode Numerik, Informatika,
Bandung, 2010
[11] Long Marshall, Architectural Acoustic, Elsevier
Inc., USA, 2006

Anda mungkin juga menyukai