Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
bekerja under control /dibawah pengawasan system yang berlaku. Selanjutnya, apabila
kondisi ini dipertahankan maka terciptalah internal control culture, artinya sistem
pengendalian intern menjadi bagian dari budaya organisasi pemerintahan di Indonesia.
SPIP penting untuk dipahami tidak saja oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
namun juga ke seluruh komponen pelaku manajemen pemerintahan, seluruh jajaran PNS
tanpa terkecuali untuk melindungi agar tidak terjerumus ke dalam salah urus manajemen atau
mal adiminsitrasi bahkan terpeleset ke ranah Tindak Pidana Korupsi.
Melalui komitmen dan upaya nyata menerapkan SPIP secara konsisten dan
berkesinambungan, kiranya SPIP menjadi suatu kebutuhan dan bahkan suatu budaya.
Efektivitas SPIP sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya SPIP menjelma menjadi internal
control culture organisasi pemerintahan di Indonesia guna menciptakan good governance dan
clean government.
III. PERKEMBANGAN SPIP
1. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan ;
2. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat ;
3. Keputusan Menteri PAN No. 30 Tahun 1994 tentang petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Melekat yang diperbaharui dengan Keputusan Menteri PAN No. KEP/46/M.PAN/2004:
Unsur-unsur Waskat adalah : Pengorganisasian ; Personil ; Kebijakan ; Perencanaan ;
Prosedur ; Pencatatan ; Pelaporan ; dan Reviu intern.
4. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP)
IV. DASAR HUKUM SPIP
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara :
Pasal 55 ayat (4) : Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Pasal 58 ayat (1) dan (2) : Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintah mengatur dan
menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh.
SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
V. PENGERTIAN SPI DAN SPIP
1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 1)
2. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, (SPIP), adalah Sistem Pengendalian Intern
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol
atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan
umpan balik
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan
informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat, secara efektif.
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif tersebut, pimpinan Instansi Pemerintah
harus sekurang-kurangnya :
1. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan
2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus
( Memanage Sistem Informasi ).
E. Unsur Pemantauan Pengendalian Intern.
Adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang
memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern,
melalui :
1. Pemantauan Berkelanjutan,
2. Evaluasi Terpisah, dan
3. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.
VII. PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas
penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem Pengendalian Intern dilakukan:
1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk
akuntabilitas keuangan negara; dan
2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, melalui :
1. Audit;
2. Reviu;
3. Evaluasi;
4. Pemantauan; dan
5. Kegiatan pengawasan lainnya.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) tersebut, terdiri atas:
1. BPKP;
2. Inspektorat Jenderal;
3. Inspektorat Provinsi;
4. Inspektorat Kabupaten/Kota ;
Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP
adalah:
"Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan."
Keempat tujuan tersebut di atas tidak perlu dicapai secara khusus atau terpisah-pisah. Dengan
kata lain, instansi pemerintah tidak harus merancang secara khusus pengendalian untuk
mencapai satu tujuan. Suatu kebijakan atau prosedur dapat saja dikembangkan untuk dapat
mencapai lebih dari satu tujuan pengendalian.
Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan pengendalian intern
Berdasarkan hasil penilaian risiko dilakukan respon atas risiko dan membangun kegiatan
pengendalian yang tepat (sub unsur 3.1 sampai dengan 3.11). Dengan kata lain, kegiatan
pengendalian dibangun dengan maksud untuk merespon risiko yang dimiliki instansi
pemerintah dan memastikan bahwa respon tersebut efektif. Seluruh penyelenggaraan unsur
SPIP tersebut haruslah dilaporkan dan dikomunikasikan (sub unsure 4.1 dan 4.2) serta
dilakukan pemantauan (sub unsur 5.1 dan 5.2) secara terus-menerus guna perbaikan yang
berkesinambungan.
Gambar di atas juga memberikan pemahaman, bahwa kelima unsur SPIP tersebut dapat
berlaku baik pada tingkat instansi secara keseluruhan maupun pada fungsi/aktivitas tertentu
saja.