PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Beberapa tahun yang lalu keperawatan memutuskan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan
penting untuk disosialisasikan. Meskipun ada Literatur yang menjelaskan tentang berpikir kritis
tetapi spesifikasi berpikir kritis dalam keperawatan sangat terbatas. Tahun 1997 & 1998 penelitian
menegaskan secara lengkap tentang berpikir kritis dalam keperawatan. Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah sebagai berikut :
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggungjawabkan
profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam
berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas
intelektual, intuisi, pola piker terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan
mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian
data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam berbagai
aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau
keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun menjawab,
membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban
dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
3.2 PENERAPAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:
1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat menggunakan
bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan
dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal saat melakukan
pedokumentasian keperawatan.
2. Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan
kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam
keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun
kelompok.
3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
4. Penerapan proses keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan
a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir kritis,
mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, menentukan
masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang
diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan dalam
menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil keputusan
tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
3.3. MODEL BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan yang membantu
pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk perkembangan model berpikir
kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature.
3.3.1 Costa and Colleagues (1985)
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai The Six Rs yaitu :
1 Remembering (Mengingat)
2 Repeating (Mengulang)
3 Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
4 Reorganizing (Reorganisasi)
5 Relating (Berhubungan)
6 Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
3.3.2 Lima Model berpikir kritis
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan dalam
keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba mengembangkan gambaran berpikir
dan mengklasifikasikan menjadi 5 model disebut T.H.I.N.K. yaitu:
Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity, Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk mempelajari
asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh komponen
esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling berhubungan. Berpikir tanpa
mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu tanpa berpikir adalah membahayakan.
Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin.
Perasaan, diketahui sebagai status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas 3 hal (Thinking,
Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan tidak bisa
dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari dengan mendiskusikan
secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi belajar mengidentifikasi, menilai dan
mempercepat kekuatan perkembangan dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek
keperawatan.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong, mereka dalam
dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir. Model yang membuat berpikir kritis
dalam keperawatan meningkat. Oleh karena itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing
jika mereka menggunakan model sama yang digunakan setiap hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat sesuai dengan
pikiran dan yang sudah dipelajari.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk mengambarkan
keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya bagaimana pelajar dan perawat
berpikir, selalu yang ditanyakan adalah apa yang kamu pikirkan.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan gabungan dari
beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi dimana berpikir dituangkan.
3.3.2.1 Total Recall
Total Recall berarti mengingat fakta atau mengingat dimana dan bagaimana untuk mendapatkan
fakta/data ketika diperlukan. Data keperawatan bisa dkumpulkan dari banyak sumber, yaitu
pembelajaran di dalam kelas, informasi dari buku, segala sesuatu yang perawat peroleh dari klien
atau orang lain, data klien dikumpulkan dari perasaan klien, instrument (darah, urine, feses, dll),
dsb.
Total recall juga membutuhkan kemampuan untuk mengakses pengetahuan, dengan adanya
pengetahuan akan menjadikan sesuatu dipelajari dan dipertahankan dalam pikiran. Masing-masing
individu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda dalam pikiran mereka. Ada sekelompok yang
mempunyai pengetahuan sangat luas dan ada yang sebaliknya. Keperawatan diawali dengan
pengetahuan yang minimal tetapi kemudian secara pesat meluas seiring dengan adanya sekolahsekolah keperawatan.
Contoh pertanyaan total Recall:
1. Berapa nomor telepon Akper Baptis Kediri?
2. Dimana alamat Akper Baptis Kediri?
3. Berapa Hemoglobin pasien 2 jam post operasi?
4. Berapa Trombosit pasien dengan DHF?
Yang perlu dipelajari :
Bagaimana menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat dan cepat?
Bagaimana data tersebut dapat kita ungkapkan setiap saat?
Berapa banyak data yang bisa kita simpan?
Bagaimana rumus/kunci menghafal untuk meningkatkan memori?
3.3.2.2 Habits (Kebiasaan)
Habits merupakan pendekatan berpikir ditinjau dari tindakan yang diulang berkali-kali sehingga
menjadi kebiasaan yang alami. Mereka menerima apa yang mereka kerjakan menghemat waktu dan
mudah untuk dilakukan. Manusia selalu menggambarkan sesuatu yang mereka kerjakan sebagai
kebiasaan seperti saya mengerjakan sesuatu di luar pikiran. Hal ini bukan kebiasaan dalam
keperawatan karena tindakan yang dilakukan tidak menggunakan proses berpikir. Hal ini terjadi jika
proses berpikir sudah berakar dalam diri mereka dalam melihat sesuatu atau kemungkinan yang
terjadi, di bawah sadar.
Habits mengikuti sesuatu yang dikerjakan diluar metode baru setiap waktu. Contoh : pernahkah kita
mengendarai kendaraan dan apakah pernah kita ingat pepohonan yang pernah kita lewati? Yang kita
pikirkan dan harapkan adalah supaya kita terhindar dari kecelakaan.
Cardipulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu kebiasaan yang sangat penting dalam
keperawatan. Ketika seseorang menjelang ajal, sebuah solusi yang cepat yang dibutuhkan disini
adalah melakukan pijat jantung (CPR), memberikan injeksi, mempertahankan suhu tubuh,
memasang kateter, dan aktivitas lainnya. Hal tersebut merupakan suatu kebiasaan yang alami terjadi
dan dilakukan oleh perawat.
Yang perlu dipelajari :
Bagaimana sesuatu menjadi sesuatu kebiasaan?
Mengapa suatu aktivitas berguna?
Cara apa yang terbaik untuk mengembangkan kebiasaan?
3.3.2.3 Inquiry (Penyelidikan/Menanyakan Keterangan)
Inquiry merupakan latihan mempelajari suatu masalah secara mendalam dan mengajukan
pertanyaan yang mendekati kenyataan. Jika kita berada di tingkat pertanyaan ini dalam situasi
social, kita akan disebut Mendesak. Hal ini meliputi penggalian data dan pertanyaan, khususnya
pendapat dalam situasi tertentu. Ini berarti tidak menilai dari raut wajah, mencari factor-faktor yang
menyebabkan, keragu-raguan pada kesan pertama, dan mengecek segalanya, tidak ada masalah
bagaimana memperlihatkan ketidaksesuaian.
Inquiry merupakan kebutuhan primer dalam berpikir yang digunakan untuk menyimpulkan sesuatu.
Kesimpulan tidak dapat diambil jika tanpa inquiry, tetapi kesimpulan akan lebih akurat jika
menggunakan inquiry.
Inquiry bisa diwujudkan melalui :
1. Melihat sesuatu (menerima informasi)
2. Mendapatkan kesimpulan awal
3. Mengakui keterbatasan pengetahuan yang dimiliki