Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Airtanah

2.1.1

Definisi Airtanah
Airtanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-

ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan di dalam retak-retak dari batuan
(Mori dkk, 1999). Definisi lain menyebutkan airtanah adalah air yang menempati
rongga-rongga dalam lapisan geologi (Bisri, 1998). Mengenai jumlah airtanah sendiri
akan dipengaruhi banyak faktor, mulai dari curah hujan yang terjadi, nilai infiltrasi
hujan ke tanah, kondisi litologi (batuan) dan geologi tiap-tiap wilayah.
2.1.2

Terjadinya Airtanah

2.1.2.1 Asal Airtanah


Hampir semua airtanah dapat dianggap sebagai bagian dari daur hidrologi.
Termasuk air permukaan dan air atmosfer. Sejumlah kecil airtanah yang berasal dari
sumber lain dapat pula masuk dalam daur tersebut (Bisri, 1998). Daur hidrologi sendiri
merupakan fenomena perputaran air di bumi. Ketika terjadi daur hidrologi, air akan
mengalami perubahan bentuk dan perpindahan tempat yang akan selalu berulang dan
akhirnya disebut sebagai daur/siklus hidrologi. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai
daur hidrologi dapat dilihat pada ilustrasi berikut.

Gambar 2.1 Daur Hidrologi


Sumber: Bisri, 1998

2.1.2.2 Penyebaran Vertikal Airtanah


Airtanah jika dilihat secara vertikal di dalam tanah dapat dibagi dalam dua jenis
lapisan, yaitu lapisan jenuh (zone of saturation) dan lapisan tidak jenuh (zone of
aeration).
a. Zona Jenuh
Zone jenuh (zone of saturation) merupakan bagian tanah dengan ronggarongga ataupun pori-pori tanah yang terisi penuh oleh air. Air yang terdapat
dalam zona jenuh inilah yang disebut sebagai airtanah. Biasanya dasar dari zona
jenuh adalah lapisan kedap air berupa tanah liat ataupun batuan dasar (bedrock).
Sehingga airtanah tidak akan terus merembes semakin dalam ke tanah meskipun
dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
b. Zona Tidak Jenuh
Zona tidak jenuh (zone of aeration) hampir sama seperti zona jenuh
memiliki rongga-rongga atau pori-pori tanah tetapi tidak terisi penuh oleh air.
Sebagian rongga-rongga tersebut akan terisi oleh udara. Letak dari zona tidak
jenuh ini berada di atas zona jenuh sampai ke permukaan tanah. Zona tidak
jenuh sendiri masih terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a) Zona Air Dangkal
Zona air dangkal (soil water zone) berada di bagian paling atas dari zona
tidak jenuh. Terletak sejak permukaan tanah sampai ke wilayah perakaran
utama (major root zone). Biasanya ketika terjadi hujan, apabila terjadi runoff itu menandakan zona air dangkal ini telah menjadi zona jenuh meskipun
tidak secara permanen.
b) Zona Antara
Zona antara (intermediate vadoze zone) terletak di tengah-tengah zona
tidak jenuh, dibatasi oleh zona air dangkal di bagian atas dan zona kapiler di
bawahnya. Memiliki ketebalan yang beragam, mulai dari nol sampai ratusan
meter. Air yang tidak bergerak (air pellicular) ditahan dalam daerah ini oleh
gaya-gaya higroskopis dan kapiler (Bisri, 1998). Selebihnya adalah air yang
terpengaruh oleh gaya gravitasi dan terus mengalir turun hingga memasuki
zona kapiler dan zona jenuh.

c) Zona Kapiler

Zona kapiler (capillary zone) merupakan batas antara zona tidak jenuh
dengan zona jenuh.
Berikut disajikan ilustrasi mengenai penyebaran vertikal airtanah.

Gambar 2.2 Penyebaran Vertikal Airtanah


Sumber: http://geocities.ws/Eureka/Gold/1577/hg_dasar.html
2.1.3

Aliran Airtanah
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap gerakan air bawah permukaan tanah

antara lain adalah (Usmar dkk, 2006):


a. Perbedaan kondisi energi di dalam airtanah itu sendiri
b. Kelulusan lapisan pembawa air (Permeabilty)
c. Keterusan (Transmissibility)
d. Kekentalan (viscosity) airtanah
Airtanah memerlukan energi untuk dapat mengalir melalui ruang di atara butirbutir tanah. Tenaga yang menggerakaan airtanah untuk dapat mengalir adalah jenis dari
energi potensial. Energi potensial airtanah dicerminkan dari tinggi muka airnya
(pizometric) pada tempat yang bersangkutan. Airtanah mengalir dari titik dengan energi
potensial tinggi ke arah titik dengan energi potensial rendah (Usmar dkk, 2006).
Terkadang terdapat titik dengan nilai energi potensial yang sama dengan titik
lain. Jika titik-titik seperti itu disambungkan dengan garis khayal akan terbentuk seperti

garis kontur yang disebut garis kontur muka airtanah (garis isohypse). Pada posisi garis
isohypse tidak akan terjadi aliran airtanah.
2.1.4

Sifat Batuan yang Mempengaruhi Airtanah


Berdasarkan perlakuan terhadap airtanah, yang terutama tergantung pada sifat

fisik tekstur dari batuan dapat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:
1.

Akuifer
Akuifer (aquifer) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan

sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air yang cukup berarti di bawah kondisi
lapangan. Contoh: pasir, kerikil, batu kapur, batuan gunung berapi, batu pasir, dsb.
2.

Akuiklud
Akuiklud (Aquiclude) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan

sedemikian rupa sehingga dapat menampung air tetapi tidak dapat melepaskan air
dalam jumlah yang cukup berarti. Hal ini terjadi karena nilai konduktifitasnya kecil
sekali. Contoh: lempung, shale, tufa halus, silt dan berbagai batuan yang berukuran
lempung.
3.

Akuifug
Akuifug (Aquifuge) merupakan suatu lapisan yang mempunyai susunan batuan

sedemikian rupa sehingga tidak dapat menampung maupun melepaskan air (sama
sekali kedap terhadap air). Contoh: granit, batuan-batuan yang kompak, keras, padat.
4.

Akuitar
Akuitar (Aquitards) merupakan suatu lapisan yang memiliki susunan sedemikian

rupa sehingga dapat meyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkan air dalam jumlah
terbatas. Akuitar terletak diantara akuifer dengan akuiklud.
Batuan-batuan dalam tanah yang memiliki bagian kosong atau lubang akan diisi
kekosongannya oleh air ataupun udara. Untuk mengetahui keadaan dan kedudukan
airtanah harus diketahui daerah geologinya. Berdasarakan susunan lapisan geologi dan
harga kelulusan air (K), akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam (Bisri, 1998), yaitu:
a. Akuifer Bebas (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas adalah suatu akuifer dimana muka airtanah merupakan bidang
batas sebelah atas dari pada daerah jenuh air. Akuifer ini disebut juga phereatic
aquifer/non artesian aquifer/ free aquifer.

Gambar 2.3 Akuifer Bebas


Sumber: Bisri, 1998
b. Akuifer Terkekang (Confined Aquifer)
Akuifer terkekang adalah suatu akuifer dimana airtanah terletak dibawah lapisan
kedap air (impermeable) dan mempunyai tekanan yang lebih besar daripada tekanan
atmosfer (Bisri, 1998). Disebut juga pressure aquifer/artesian aquifer.

Gambar 2.4 Akuifer Terkekang


Sumber: Bisri, 1998
c. Akuifer Bocor atau Akuifer Setengah Terkekang
Yaitu suatu akuifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian atas dibatasi oleh
lapisan setengah kedap air dan bagian bawah terletak pada suatu dasar yang kedap air
(Bisri, 1998).

Gambar 2.5 Akuifer Setengah Terkekang


Sumber: Bisri, 1998
d. Akuifer Menggantung (Perched Aquifer)
Yaitu akuifer yang mempunyai massa airtanahnya terpisah dari airtanah induk
oleh suatu lapisan yang relatif kedap air yang begitu luas dan terletak diatas daerah
jenuh air (Bisri, 1998).

Gambar 2.6 Akuifer Menggantung


Sumber: Bisri, 1998
2.2

Pendugaan Airtanah
Airtanah tidak dapat diamati secara langsung melalui permukaan bumi, sehingga

diperlukan penyelidikan awal berupa penyelidikan permukaan tanah yang selanjutnya


dilanjutkan dengan penyelidikan bawah tanah. Beberapa metode yang dapat dilakukan
pada penyelidikan permukaan tanah adalah:

10

a.

Metode Geologi
Didasarkan pada pengumpulan, analisis, dan interprestasi data dari peta

topografi, peta geologi dan peta hidrogeologi serta informasi dari daerah
setempat.
b.

Metode Gravitasi
Didasarkan pada sidat medan gravitasi yang disebabkan oleh perbedaan

kontras rapat massa batuan dengan sekelilingnya.


c.

Metode Magnit
Bertujuan untuk mendeteksi variasi medan magnit yang disebabkan oleh

batuan yang mempunyai kerentanan (suspectibilitas) yang berbeda-beda atau


disebabkan oleh perubahan susunan geologi.
b.

Metode Seismik
Didasarkan pada pada sifat perjalanan gelombang elastik yang merambat

dalam batuan-batuan.
c.

Metode Listrik
Didasarkan pada sifat- sifat listrik dari batuan penyusun kerak bumi. Dalam

metode listrik, berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi dua kelompok


yaitu:
1.

bergantung pada kandungan arus atau medan listrik alami yang terdapat
pada kerak bumi. Salah satu contoh ialah metode Potensial Diri (self
potensial).

2.

bergantung atau mempergunakan arus/medan listrik buatan, dalam hal


ini mempergunakan arus searah atau arus bolak-balik.
Contoh: Arus searah (DC) dengan metode tahanan jenis
Arus bolak balik (AC) dengan metode listrik magnit

Dalam pengerjaan laporan ini menggunakan metode listrik, sehingga


pembahasan akan diperdalam lagi mengenai pendugaan airtanah menggunakan metode
listrik (geolistrik). Selain karena alasan tersebut, metode listrik merupakan metode yang
paling umum digunakan dan hasilnya sudah terbukti cukup baik.
2.2.1

Pendugaan Airtanah Metode Geolistrik


Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan pendugaan airtanah

yaitu metode geolistrik. Metode ini lebih sering digunakan, karena terbilang mudah dan
murah dalam pelaksanaannya. Berikut ilustrasi cara kerja alat geolistrik.

11

Gambar 2.7 Cara Kerja Alat Geolistrik


Sumber: http://conoscenzano.wordpress.com/2010/05/23/metode-geolistrik/
Cara kerja metode geolistrik ini didasarkan pada sifat-sifat listrik dari batuan
penyusun kerak bumi. Alat ini sering digunakan untuk memetakan penyebaran akuifer.
Alat untuk pendugaan geolistrik lebih dikenal dengan nama resistivity meter. Dengan
mengalirkan arus listrik ke bumi lewat elektroda yang dipasang dan dicatat pula
tegangan yang ditimbulkan oleh arus tersebut, maka dapat ditutup besaran tahanan jenis
setiap kedalaman yang diinginkan, maka jarak antar elektroda diubah, dimana semakin
jauh jarak antara elektroda maka semakin dalam tahanan jenis batuan yang didapat.
Dalam pengukuran tahanan jenis (resistivity) dan arus listrik (ampere)
dihantarkan ke bumi melalui dua buah electrode dan hasilnya berupa beda potensial
(volt) yang dibaca dari dua electrode yang lain. Selain itu akan diperoleh pula nilai
besaran tahanan bumi (ohm) dari pengukuran ini.
Harga tahanan jenis batuan tergantung macam materialnya, densitas, porositas
batuan, kandungan air, sifat air dan suhu. Dengan demikian tidak ada kepastian harga
tahanan jenis untuk setiap batuan. Batuan beku dan batuan malihan mempunyai harga
tahanan jenis berkisar antara 102 sampai dengan 108 Ohmmeter. Batuan endapan dan
batuan malihan yang lepas mempunyai harga tahanan jenis berkisar antara 1 sampai
dengan 104 Ohmmeter.
Akuifer berupa material lepas mempunyai harga tahanan jenis yang berkurang
apabila makin besar kandungan air semakin besar kandungan garamnya (misalnya air
asin). Mineral lempung bersifat menghantarkan arus listrik sehingga tahanan jenisnya
akan kecil.

12

Gambar 2.8 Alat-Alat Untuk Survei Geolistrik


Sumber: Dokumentasi Survei, 2015
2.2.2

Tahanan Jenis Batuan

Gambar 2.9 Arus Listrik Merata dan Sejajar Dalam Silinder Berbeda Potensial
Sumber: Waluyo, 1984
Tahanan jenis atau resistivitas, dapat ditentukan menggunakan hukum Ohm
berikut.
=

A V
I L
Dimana:

= Tahanan jenis (Ohm-m)

= Tegangan (Volt)

= Arus listrik yang melewati bahan berbentuk silinder (Ampere)

= Luas penampang (m2)

= Panjang (m)

Menurut (Telford et al., 1990) aliran arus listrik di dalam batuan dapat
digolongkan menjadi tiga macam besarnya dipengaruhi oleh porositas batuan dan juga
dipengaruhi oleh jumlah air yang terperangkap dalam pori-pori batuan, yaitu :
1.

Konduksi elektronik jika batuan mempunyai elektron bebas sehingga arus listrik
dialirkan oleh elekron-elektron bebas.

13

2.

Konduksi elektrolit terjadi jika batuan bersifat poros dan pori-pori terisi oleh
cairan elektrolit. Pada konduksi ini arus listrik dibawa oleh elektrolit.

3.

Konduksi dielektrik terjadi jika batuan bersifat dielektrik terhadap aliran arus
listrik yaitu terjadi polarisasi saat bahan dialiri arus listrik.

Tabel 2.1 Harga Tahanan Jenis Berbagai Mineral, Batuan Maupun Fluida
Resistivitas Semu
(-m)
Logam
1,7 x 10-8
2,4 x 10-8
1,6 x 10-8
1 x 10-3
1 x 10-7
7,8 x 10-8
1,1 x 10-7

Material Bumi
Tembaga
Emas
Perak
Grafit
Besi
Nikel
Timah

Batuan Kristalin
Granit
102 - 106
Diorit
104 105
Gabbro
103 106
Andesit
102 104
Basalt
10 107
Sekis
10 104
Gneiss
104 - 106
Sumber: Waluyo, 1984

Resistivitas Semu
(-m)
Batuan sedimen
Batu Lempung
10 1 x 103
Batu Pasir
1 1 x 108
Batu Gamping
50 1 x 107
Dolomit
100 1 x 104

Material Bumi

Sedimen Lepas
Pasir
1 1 x 103
Lempung
1 1 x 102
Airtanah
Air Sumur
0,1 1 x 103
Air Payau
0,3 1
Air Laut
0,2
Air Asin (Garam)
0,05 0,2

14

Tabel 2.2 Harga Resistivitas Spesifik Batuan


Material
Air Permukaan
Airtanah
Silt-lempung
Pasir
Pasir dan Kerikil
Batu Lumpur
Batu Pasir
Konglomerat
Tufa
Kelompok Adesit
Kelompok Granit
Tanah Lempung
Lempung Lanau
Tanah Lanau Pasiran
Batuan Dasar Lembab
Pasir Kerikil Kelanauan
Batuan Dasar Tak lapuk
terdapat Air Tawar
Air Asin
Kelompok Chert, Slate
Unconsolidated Sedimen
Sand
Clay
Marl
Ground Water
Portable well water
Breckish water
Sea Water
Sumber: Telford et al., 1990

Harga resistivitas (M)


80-200
30-100
10-200
100-600
100-1000
20-200
50-500
100-500
20-200
100-2000
1000-10000
1,5-3,0
3,0-15
15-150
150-300
300
2400
20-60
20-200
0,18-0,24
1-1000
1-100
1-100
0,1-1000
0,3-1
0,05-0,2

15

Secara teknis hubungan antara besarnya nilai tahanan jenis dengan macam
batuan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.

Nilai tahanan jenis batuan yang lepas lebih rendah dari batuan yang kompak.

2.

Nilai tahanan jenis batuan akan lebih rendah, jika airtanah berkadar garam
tinggi.

3.

Tidak terdapat batas yang jelas antara nilai tahanan jenis dari tiap-tiap batuan.

4.

Tahanan jenis batuan dapat berbeda secara menyolok, tidak saja dari lapisan
yang satu terhadap lapisan yang lain, tetapi juga didalam satu lapisan batuan.

5.

Batuan yang pori-porinya mengandung air, hambatan jenisnya lebih rendah dari
yang kering. Kandungan air didalam batuan akan menunjukan harga resistivitas.
Ketentuan umum dari sifat kelistrikan batuan adalah besarnya tahanan

dinyatakan dengan perantaraan nilai tahanan jenisnya. Tahanan jenis berbanding


terbalik dengan daya hantar listrik, sehingga:
=

Dimana:

= Tahanan jenis (Ohm-m)

2.2.3

Daya hantar listrik

Konfigurasi Schlumberger
Dalam pelaksanaan geolistrik terdapat beberapa cara pemasangan dan urutan

penggunaan elektroda yang disebut sebagai konfigurasi. Dari beberapa konfigurasi


tersebut yang digunakan oleh penulis adalah konfigurasi schlumberger.

Gambar 2.10 Konfigurasi-Konfigurasi Elektroda Geolistrik


Sumber: Loke, 1992

16

Gambar 2.11 Konfigurasi Schlumberger


Sumber: Bisri, 1998
Konfigurasi schlumberger dipergunakan untuk profiling dan sounding. Untuk
dapat melakukan sounding, elektroda arus dipisahkan oleh AB secara simetris dengan
elektroda potensial MN, kemudian elektroda arus diperbesar sehingga K menjadi :
V=

I
2

([ AM1 BM1 )( AN1 BN1 )]

Dengan tahanan jenis semu yang terukur:

AB MN
=
4 MN

) IV

Kemudian K menjadi:

AB MN
K=
4 MN

Pada konfigurasi schlumberger terdapat kelebihan dan kekurangan, sebagai


kelebihannya, pada konfigurasi schlumberger dapat secara signifikan mengurangi waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan sounding karena pada elektroda arusnya harus
dipindahkan untuk kebanyakan pembacaan dan juga efek dari variasi lateral dalam
resistivitasnya di dekat permukaan dapat dikurangi karena elektroda potensial yang
tersisa berada pada posisi yang tetap/tidak berubah.
Sedangkan

untuk

kekurangan

dari

konfigurasi

schlumberger

adalah

membutuhkan voltmeter yang sangat sensitif untuk spasi elektroda arus yang besar,
karena spasi pada elektroda potensialnya kecil bila dibandingkan spasi elektroda arus.
Dan juga secara umum interpretasi yang didasarkan pada DC sounding akan terbatas
untuk disederhanakan, yaitu pada struktur lapisan horizontal.

17

2.2.4

Tahanan Jenis Semu


Menurut Robinson (1998) terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan

dalam metode resistivitas (tahanan jenis semu) antara lain:


1.

Bawah permukaan tanah terdiri dari beberapa lapisan yang dibatasi oleh bidang
batas horizontal serta terdapat perbedaan resistivitas antara bidang batas
perlapisan batuan.

2.

Lapisan batuan bersifat homogen isotropik dan mempunyai ketebalan tertentu,


kecuali untuk lapisan terbawah mempunyai ketebalan yang tidak terhingga.

3.

Batas antara dua lapisan merupakan bidang batas antara dua hambatan jenis
yang berbeda.

4.

Dalam bumi tidak ada sumber arus listrik searah yang diinjeksikan diatas
permukaan bumi.
Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan yang berbeda-

beda, sehingga potensial yang terukur seolah-olah merupakan harga resistivitas untuk
satu lapisan saja (terutama untuk spasi yang lebar). Resistivitas semu ini dirumuskan
dengan (Bisri, 1988):
a=K

V
I

Dimana: a
K

= Resistivitas semu (Ohm-m)


= Faktor Geometri

V = Beda potensial pada MN (Volt)


I

= Kuat arus (Ampere)

Oleh karena itu resistivitas yang diperoleh dari persamaan konfigurasi


schlumberger bukan merupakan resistivitas yang sebenarnya, melainkan resistivitas
semu atau apparent resistivity (a). Untuk jarak antar elektroda arus kecil, akan
memberikan nilai a yang harganya mendekati batuan di dekat permukaan.
Resistivitas semu yang dihasilkan oleh setiap konfigurasi yang berbeda akan
berbeda nilainya walaupun jarak antar elektrodanya sama. Untuk medium yang berlapis,
harga resistivitas semu merupakan fungsi jarak antara elektroda arus.
2.2.5

Interpretasi Geolistrik
Dasar interpretasi geolistrik resistivitas yang digunakan hingga saat ini

umumnya berdasarkan atas nilai tahanan jenis yang kemudian menafsirkan kedalaman
batuan-batuan tertentu sesuai dengan sifat dan kondisi geologinya. Tujuan dari

18

interpretasi geolistrik resistivitas adalah untuk mendapatkan harga tahanan jenis


sebenarnya dan ketebalan masing-masing lapisan batuan.
Selain dari nilai tahanan jenis batuan, kegiatan interpretasi geolistrik dapat
didukung dengan keberadaan peta geologi dan peta potensi airtanah yang menampilkan
lokasi diadakannya pendugaan.
2.3

Paket Program Komputer

2.3.1

IPI2WIN
IPI2WIN merupakan sebuah software yang didesain untuk mengolah data

Vertical Electric Sounding dan Induced Polarization secara otomatis dan semifigurasi
rentangan yang umum dikenal dalam pendugaan geolistrik (Asisten Geofisika, 2006).
IPI2WIN digunakan untuk memecahkan masalah - masalah geologi sesuai dengan kurva
pendugaan yang dihasilkan. Dengan target mendapatkan hasil yang dapat di
interpretasikan secara geologi merupakan keunggulan IPI2WIN daripada program
inverse lainnya.
Beberapa keuntungan yang utama dari software IPI2WIN adalah penafsiran
manual dan berubah parameter model pada model yang berbeda. Aplikasi IPI2WIN ini
juga digunakan untuk mencari resivisitas lapisan bawah tanah yang nyata dengan
metode INVERSE.
Program IPI2WIN kemudian mengkoreksi kombinasi nilai ketebalan dan true
resistivity untuk mendapatkan angka kesalahan (RMS error) terkecil setelah terjadi
sekian (bisa sampai ribuan) kali iterasi. Angka kesalahan terkecil ini tergantung pada
kualitas data lapangan serta banyaknya parameter yang dimasukkan. Bila hasil
perhitungan masih menunjukkan nilai kesalahan yang relatif besar, akan dicoba dengan
menambah atau mengurangi jumlah parameter yang dimasukkan dan proses perhitungan
dimulai lagi.
Proses pemasukan data dalam program IPI2WIN dengan memilih konfigurasi
yang digunakan dan memasukkan data AB/2, MN, Rho_a pada kolom kolom yang
tersedia pada program IPI2WIN. Dari data tersebut program IPI2WIN menyajikannya
dalam bentuk grafik Apparent Resistivity vs Spacing dan selanjutnya dapat dilakukan
inversi. Hasil yang didapat dari proses inversi berupa kondisi bawah permukaan yang
meliputi jumlah lapisan (N), harga tahanan jenis sebenarnya (), tebal lapisan (h),
kedalaman lapisan (d), dan ketinggian lapisan (alt).

19

2.3.2

PROGRESS 3.0
Resistivity Interpretasion Program Progress Version 3.0 merupakan perangkat

lunak komputer yang secara otomatis menampilkan model resistivitas 2D bawah


permukaan secara vertikal dengan menampilkan 3 (tiga) hasil, yaitu kontur pengukuran,
kontur perhitungan dan kontur dengan inversil eastsquares. Perangkat lunak ini
mengolah data yang didapatkan dari akusisi lapangan. Pemodelan 2D dilakukan dengan
menggunakan program inversi. Program inversi ini menggambarkan dan membagi
keadaan bawah permukaan dalam bentuk penampang 1D (Loke, 1996).
Progress 3.0 akan menghasilkan nilai tahanan jenis pada tiap titik di kedalaman
tertentu. Adapun interpretasi adanya keberadaan airtanah berada pada lapisan pasir,
karena lapisan pasir merupakan lapisan yang berpori. Pada lapisan berpori tersebut
penyusunnya selain butiran pasir itu sendiri terdapat fluida yang terperangkap.
Penggunaan Software Progress 3.0 ini juga didapatkan gambaran dua dimensi secara
vertikal dan horisontal. Hasil inversinya berupa gambaran anomali tahanan jenis semu
penampang bawah permukaan daerah penelitian yang merupakan daerah persebaran
airtanah dan kedalamannya.
Dari pengolahan data akan menghasilkan data kedalaman lapisan dan nilai
resistivity log. Tiap - tiap nilai resistivity akan mewakili dari kandungan kandungan
mineral yang terdapat dalam lapisan yang berada di bawah permukaan. Dengan
mengetahui jenisjenis mineral pada lapisan tanah tersebut maka dapat ditentukan
daerah yang mengandung airtanah.
Penggunaan program ini digunakan untuk memperhalus grafik yang diperoleh
dari program IPI2WIN. Dan memperjelas dugaan kedalaman lapisan batuan. Nilai nilai
resistivitas

dan kedalaman

lapisan

batuan

yang

mempermudah pada saat melakukan interpretasi data.

sebenarnya

sehingga

akan

Anda mungkin juga menyukai