Anda di halaman 1dari 15

Striktur Urethra

I.

KASUS
Nama Pasien

: Tn. N

Umur

: 41 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Ling 1 Desa Gilireng Kab. Wajo

Pekerjaan

: Petani

Tempat/Tanggal lahir : Wajo, 01 Juli 1972


Agama

: Islam

Kebangsaan

: Indonesia

Tanggal Pemeriksaan : 12 November 2013


Perawatan Bagian

: Lontara 2 Urologi Kamar 10 RS. Wahidin


Sudirohusodo

1.1 Anamnesis :
Keluhan utama

: Tidak bisa kencing

Anamnesis terpimpin :
Tidak bisa kencing dialami sejak setahun yang lalu. Sejak pasien jatuh
dari pohon kayu setinggi kurang lebih 3 meter dalam posisi duduk. Sejak
jatuh, kencingnya tidak bisa keluar bila tidak dipasang kateter. Dalam
setahun terakhir pasien sering lepas ganti kateter dan tidak ada masalah.
Namun sehari sejak masuk rumah sakit kateter pasien tidak dapat dipasang
1

lagi (seperti ada tahanan saat dipasang). Tidak ada riwayat demam, nyeri
kepala, dan sesak nafas. Riwayat operasi sebelumnya, namun pasien tidak
mengetahui apa jenis operasinya.
BAB : susah keluar, harus mengedan terlebih dahulu.
Riwayat penyakit sebelumnya:
-

Tidak ada riwayat hipertensi

Tidak ada riwayat DM

Riwayat pengobatan

: Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan,


konsumsi jamu-jamuan disangkal.

Riwayat psikososial

: Riwayat konsumsi minuman beralkohol dan


merokok disangkal.

Riwayat keluarga

: Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga


disangkal.

1.2 Pemeriksaan Fisis


Keadaan umum

: Keadaan sakit sedang, keadaan gizi cukup,


kesadaran compos mentis.

(Status presens:

SS/GC/CM)
Tanda Vital dan Antropometri
Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 72 kali/menit

Pernafasan

: 20 kali/menit

Suhu

: 36,6oC

BB

: 58 kg

TB

: 164 cm

IMT

: 21.56 kg/m2

Pemeriksaan Fisis
Regio Costovertebra Dextra
- I : Alignment vertebra baik, gibbus tidak ada, tidak tampak massa
tumor, tidak tampak hematoma, tidak tampak jejas.
- P : Tidak ada nyeri tekan, massa tumor tidak teraba, ballottement
ginjal tidak teraba.
- P : Nyeri ketuk tidak ada.
Regio Costovertebra Sinistra
- I : Alignment vertebra baik, gibbus tidak ada, tidak tampak massa
tumor, tidak tampak hematoma, tidak tampak jejas.
- P : Tidak tampak nyeri tekan, massa tumor tidak teraba, ballottement
ginjal tidak teraba.
- P : Nyeri ketuk tidak ada.
Regio Suprapubik
-I

: Tampak datar, warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak


massa tumor, tidak tampak hematoma, tidak tampak jejas.

-P

: Massa tumor tidak teraba, buli-buli teraba, nyeri tekan tidak ada.

Genitalia Eksterna
Penis
-I

: Tampak sudah disirkumsisi, tidak edema, tidak hematom, orificium


urethra externum di ujung glands penis

-P

: Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba.

Scrotum
-I

: Tampak scrotum membesar, ukuran diameter kurang lebih 15 cm,


tidak edema, tidak ada hematom.

-P

: Nyeri tekan tidak ada, konsistensi lunak, massa tumor tidak teraba.

Perineum
-I

: Warna kulit lebih gelap dari sekitar, tidak edema, tidak hematom

-P

: Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba.

Rectal toucher
- Sfingter mencekik
- Mucosa recti licin
- Ampulla tidak kolaps
- Tidak ada nyeri tekan
- Handscoen : terdapat feses dan tidak terdapat lendir dan darah

1.3 Laboratorium
Laboratorium (30-10-2013)
Parameter

Hasil

Nilai rujukan

Unit

WBC

7,9

4.00 10.0

103/uL

RBC

4.00 6.00

106/uL

HGB

14,1

12.0 16.0

g/dL

HCT

42,4

37.0 48.0

PLT

255

150 400

103/uL

MCV

85

80.0 97.0

fL

MCH

28,3

26.5 33.5

pg

MCHC

33,4

31.5 35.0

g/dL

Ureum

16

10-50

mg/dl

Kreatinin

<1,3

mg/dl

SGOT

31

<38

u/L

SGPT

38

<41

u/L

GDS

117

140

mg/dl

1.4 Radiologi
Foto Lumbosacral AP/ Lateral

- Alignment columna vertebra lumbosacral berubah


- Tampak pemipihan CV.Th.12 dan aspek anterior CV.L1 disertai
pemyempitan discus intervertebralis pada level CV.Th.12-L1 dan L1L2
- Mineralisasi tulang baik
- Discus dan foramen intervertebralis lainnya yang tervisualisasi baik
- Jaringan lunak paravertebrae kesan baik

Kesan

: Fraktur kompresi CV.Th12 dan L1 dengan penyempitan discus


intervertebralis pada level tersebut

Foto Pelvis-Urethrosistografi
Foto Pelvis

- Alignment sendi pembentuk pelvis baik, tidak tampak dislokasi.


- Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
- Mineralisasi tulang baik.
- Kedua SI joint dan hip joint baik, Shentons line intak.
- Jaringan lunak disekitarnya baik.

Foto Urethrosistografi

- Kontras Iodium dimasukkan melalui OUE dan tampak mengisi urethra


hingga vesica urinaria dengan sedikit tahanan.
- Tampak penyempitan pada urethra pars prostatica
- Tampak mukosa buli-buli ireguler dengan additional shadow pada
dinding lateral kanan, tidak tampak filling defect.
- Pasien diminta untuk mengedan, pasien berusaha mengedan dengan
kuat namun hanya sedikit kontras yang tampak keluar dari urethra.

Kesan
-

Stenosis urethra pars prostatica

Cystitis disertai divertikel buli-buli

1.5 Diagnosis
Striktur urethra

1.6 Terapi
Urethral dilatation
Internal urethrotomy
Urethroplasty

II.

DISKUSI
2.1 Pendahuluan
Striktur urethra merupakan penyempitan abnormal pada urethra yang
disebabkan oleh jaringan fibrosa. Striktur urethra mungkin terjadi pada
seluruh bagian urethra maupun sebagian kecil urethra. Striktur yang terjadi
tiba-tiba dan mengenai segmen yang pendek biasanya disebabkan oleh
trauma. Striktur yang mengenai segmen yang panjang biasanya disebabkan
oleh trauma atau inflamasi. Trauma yang menyebabkan striktur urethra
antara lain penggunaan kateter dalam waktu lama, prostatektomi, cedera
posisi mengangkang (biasanya pada bulbus urethra), dan fraktur pelvis.
Kebanyakan striktur inflamasi disebabkan oleh gonorrhea. Bakteri
berkumpul di kelenjar Littre dan mendorong terbentuknya jaringan granulasi
dan fibrosis. Etiologi yang lain adalah klamidia, mikoplasma, tuberkulosis,
and schistosomiasis.

(1)

Striktur urethra mungkin timbul setelah operasi

hipospadia pada anak-anak. Ini bisa menjadi bentuk yang berat dari striktur
urethra anterior, dan mungkin membutuhkan penanganan seperti perineal
urethrostomy. Karena itu, pasien yang telah menjalani operasi hipospadia

harus mendapat follow-up seumur hidup untuk mendeteksi striktur urethra


laten. (2)
Secara umum, urethra dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Urethra anterior (urethra bulbosa, urethra pendulosa dan fossa
navicularis)
b. Urethra posterior (urethra prostatika dan urethra membranosa)(3)
Diagnosis striktur urethra diawali dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisis.(4) Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Retrograde Urethrography (RUG) with Voiding Cystourethrography
(VCUG): pengambilan gambar dengan menggunakan kontras untuk
mengisi urethra dan buli-buli, dan mengidentifikasi tingkat blokade.
Pasien lalu diminta berkemih (VCUG) dan pengambilan gambar
dilakukan lagi untuk mendapatkan outline striktur yang lebih baik.

(4)

b. Post-void residual urine study : dilakukan USG pada buli-buli untuk


menghitung jumlah urin yang tersisa setelah berkemih normal. (4)
c. Urinalisis : dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan hematuria,
infeksi, atau kelainan lain. (4)
d. Kultur urin : mempelajari urin sebagai bukti infeksi, yang mungkin
terjadi pada beberapa orang dengan striktur urethra. (4)
Untuk

menentukan

grading

striktur

urethra,

digunakan

pemeriksaan radiologi urethrosistografi. Gradingnya adalah :

(5)

Komplikasi striktur urethra antara lain.(1)


a. Abses periurethra
b. Gangguan pengosongan urethra
c. Hydronephrosis, hipertrofi bladder, batu, dan inflamasi kronik
d. Keganasan urethra
2.2 Resume Klinis
-

Seorang pria, 41 tahun, mengeluh tidak bisa kencing yang dialami


sejak setahun yang lalu. Keluhan dimulai sejak pasien jatuh dari pohon
kayu setinggi kurang lebih 3 meter dalam posisi duduk. Sejak jatuh,
kencingnya tidak bisa keluar bila tidak dipasang kateter. Dalam setahun
terakhir pasien sering lepas ganti kateter dan tidak ada masalah. Namun
sehari sejak masuk rumah sakit, kateter pasien tidak dapat dipasang lagi
(seperti ada tahanan saat dipasang). Tidak ada riwayat demam, nyeri
kepala, dan sesak nafas. Riwayat operasi sebelumnya. Pasien juga
mengeluh susah buang air besar. Pemeriksaan radiologi, foto

10

Lumbosacral AP/ lateral, menunjukkan tanda-tanda fraktur kompresi


CV.Th12 dan L1 dengan penyempitan discus intervertebralis pada level
tersebut dan foto pelvis-urethrosistografi menunjukkan tanda-tanda
stenosis urethra pars prostatica dan cystitis disertai divertikel buli-buli.

2.3 Diskusi Radiologi


Pada pasien dengan striktur urethra, pemeriksaan radiologi yang dapat
dilakukan berupa :
a. Retrograde Urethrography (RUG) with Voiding Cystourethrography
(VCUG): pengambilan gambar dengan menggunakan kontras untuk
mengisi urethra dan buli-buli, dan mengidentifikasi tingkat blokade.
Pasien lalu diminta berkemih (VCUG) dan pengambilan gambar
dilakukan lagi untuk mendapatkan outline striktur yang lebih baik.

(4)

b. Post-void residual urine study : dilakukan USG pada buli-buli untuk


menghitung jumlah urin yang tersisa setelah berkemih normal.

(4)

Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan foto pelvis, foto


lumbosacral, dan urethrocystography. Pada foto lumbosacral AP/lateral,
tampak alignment columna vertebra lumbosacral berubah dan pemipihan
CV Th 12 dan aspek anterior CV L1 disertai penyempitan discus
intervertebralis pada level CV Th 12 L1 dan L1 - L2. Hal ini memberikan
kesan fraktur kompresi vertebra. Penyebab umum fraktur kompresi adalah
osteoporosis,

namun

trauma,

infeksi

dan

neoplasma

juga

dapat

menyebabkan fraktur kompresi vertebra. Penyebab umum fraktur kompresi


vertebra pada orang tanpa osteoporosis adalah trauma seperti kecelakaan
11

lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. (6) Pasien ini mengalami trauma 1 tahun
lalu berupa jatuh dari pohon kayu setinggi kurang lebih 3 meter dan dari
gambaran radiologi, pasien tidak mengalami osteoporosis. Sehingga dapat
dikatakan penyebab fraktur kompresi vertebra pada pasien ini akibat dari
jatuh dari ketinggian.
Pada foto uretrosistografi, tampak mukosa buli-buli irreguler dengan
additional shadow yang memberikan kesan cystitis dengan divertikel bulibuli. Penggunaan kateter dapat menyebabkan komplikasi berupa infeksi
traktus urinarius seperti cystitis dan

pyelonefritis.

(7)

Pasien ini telah

menggunakan kateter selama 1 tahun. Penggunaan kateter dapat


menyebabkan bakteri masuk kedalam traktus urinarius sehingga timbul
komplikasi berupa cystitis. Bakteri tersebut dapat berasal dari anus pasien
atau perineum atau dari tangan orang yang memasukkan kateter. (8)
Pada foto uretrosistografi, tampak pula penyempitan pada urethra pars
prostatica yang memberikan kesan stenosis urethra pars prostatica. Striktur
merupakan penyempitan dari saluran urethra. Penyebab tersering striktur
urethra adalah trauma. Trauma menimbulkan pembentukan jaringan parut
pada daerah yang mengalami trauma dan menyebabkan penyempitan
urethra. (9) Trauma tumpul pada perineum menyebabkan trauma pada urethra
pars bulbosa sedangkan fraktur pelvis menyebabkan trauma pada urethra
pars posterior. Tetapi penggunaan kateter dalam waktu yang lama
merupakan penyebab yang paling sering dan dapat menyebabkan striktur
pada bagian urethra manapun.

(10)

Pasien ini telah menggunakan kateter

12

selama setahun dan selalu di lepas ganti sehingga dapat menimbulkan


trauma pada urethra yang menyebabkan striktur.

2.4 Differensial Diagnosis Radiologi


-

Ruptur urethra posterior tipe 1.


Penyebab ruptur urethra posterior tipe 1 ialah trauma tumpul pada
urethra posterior. Gejalanya yaitu terdapat perdarahan pada meatus
urethra, distensi buli-buli, ketidakmampuan mengedan, memar dan
ekimosis di daerah perineum. Pada buli-buli tampak pear shaped
akibat kompresi dari hemoragik perivesikal.

2.5

(3)

Pemeriksaan radiologi lanjutan


Diagnosis striktur urethra sudah dapat ditegakkan menggunakan
pemeriksaan

Retrograde

Cystourethrography

(VCUG

Urethrography
atau

dikenal

(RUG)

with

Voiding

dengan

istilah

bipolar

13

uretrosistografi. Dengan pemeriksaan bipolar uretrosistograf, sudah dapat


memberikan sensitifitas yang cukup tinggi.
Penggunaan kateter jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya
reflux dan mengganggu ginjal. Sebaiknya pada pasien ini dilakukan USG
untuk mengevaluasi keadaan ginjal dan buli-buli..

14

DAFTAR PUSTAKA
1.

Brant WE. Pelvicaliceal System, Ureters, Bladder, and Urethra. In: Brant WE,
Helms CA, editors. Fundamentals of diagnostic radiology. 3 ed. USA:
Lippincott williams & Wilkins; 2007. p. 888-908.

2.

Chhetri R, Shrestha G, Joshi H, Shrestha R. Management of Urethral


Strictures and Their Outcome. Nepal Med Coll J. 2009;11:5-8

3.

Rosenstein DI, Alsikafi NF. Diagnosis and Classification of Urethral Injuries.


Urologic Clinics of America. 2006;33:73-85

4.

Kuan JK. Uretral Stricture Disease. 2005

5.

Moniruzzaman M, Faruquzzaman, Mohiuddin T. Urethral Stricture in Adult as


a Consuquence of Chilhood Hypospadias Repair. Bratisl Lek Listy.
2011;112:530-4

6.

Alexandru D, So W. Evaluation and Management of Vertebral Compression


Fractures. The Permanente Journal. 2012;16:46

7.

Rd. S. Catheter-Associated Urinary Tract Infection (CAUTI) Event. Deviceassociated Module CAUTI. 2013:7-1

8.

Nickel JC. Urinary Retention. National Kidney and Urologic Diseases


Information Clearinghouse. 2007:2,3,6

9.

The Pennine Acute Hospitals NHS Trust. Urethral Strictures. 2008:2-3.

10. Balindi SS. Optical Internal Urethrotomy in the

Treatment of Urethral

Stricture Disease. Dohuk Medical Journal. 2007;1:49

15

Anda mungkin juga menyukai