Agrippina Perdiani
102010264
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
agrippinaperdiani@yahoo.com
Pendahuluan
Salah satu masalah pokok kesehatan di negara-negara sedang berkembang adalah
masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Gizi
buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam asupan makanan sehari - hari hingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi
(AKG). Gizi buruk dapat disebabkan oleh daya beli keluarga rendah/ekonomi lemah, lingkungan
rumah yang kurang baik, pengetahuan gizi kurang, perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
serta penyediaan sarana pendidikan dan kesehatan yang masih kurang.
Anak yang menderita gizi buruk sangat banyak kejadian kasusnya di Indonesia. Kasus
gizi buruk ini menjadi salah satu masalah prioritas yang ditangani oleh pemerintah. Walaupun
dari tahun ke tahun terjadi penurunan angka kejadian gizi buruk tetapi angka kejadiannya masih
tinggi jika dibandingkan dengan negara asia lainnya. Oleh karena itu, usaha-usaha perbaikan gizi
masyarakat dinegara ini merupakan salah satu usaha kesehatan yang menonjol, yang menjadi
bagian dari program pembangunan nasional.
masyarakat yang berurutan gangguan gizi pada masyarakat, di mana masyarakat mempunyai
aspek yang sangat luas maka penanganannya harus secara multisektor dan multidisiplin. Profesi
dokter saja belum cukup untuk menangani masalah gizi masyarakat.
Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita saja karena
apabila setelah mereka sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi penderita
gangguan gizi masyarakat tidak saja ditunjukkan kepada penderitanya saja, tetapi seluruh
masyarakat tersebut.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspekaspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan
sebagainya. Oleh sebab itu, penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terapi tidak hanya
diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang yang
lain. Misalnya, penyakit gizi KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak
cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan
ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya.
b. Penyakit-penyakit Kekurangan Gizi
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan,
atau sering disebut status gizi. Apabila tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum,
di mana jaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam konsisi
demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.
Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh
maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup kelebihan
nutrisi/ gizi disebut gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi atau gizi kurang
(undernutrition). Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan
atau kekurangan zat gizi, dan yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di
Indonesia, antara lain:
1
umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi makanan
tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang
kalori dan protein). Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni:
KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84-95% dari berat badan
atau gizi kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marsmus
(kwashiorkor). Anak atau penderita marsmus ini tampak sangat kurus, berat badan
kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umurnya muka berkerut seperti orang
tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis: oedema atau honger
oedema (HO), atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar.
Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
2
kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung
menderita penyakit-penyakit kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.
3
Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi dalam proses melihat,
dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena
kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam
proses melihat yang disebut zero-phalmia. Oleh sebab itu, penanggulangan defisensi
kekurangan vitamin A yang penting di sini ditujukan pada pencegahan kebutaan pada
anak balita. Program penanggulangan zerophalmia ditujukan pada anak balita dengan
pemberian vitamin A secara cuma-cuma melalui Puskesmas atau Posyandu. Di samping
itu, program pencegahan dapat dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang
makanan-makanan yang bergizi, khususnya makanan-makanan sebagai sumber vitamin.
5
rendah. Pada umumnya orang cretin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil
kekurangan zat iodium.
Terapi penyakit ini pada penderita dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh
sebab itu, penanggulangan yang paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan
memberikan dosis Iodium kepada para ibu hamil. Untuk penanggulangan penyakit akibat
kekurangan iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
melalui program iodiumisasi. Yaitu dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya
dengan iodium. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia melalui Departemen Perindustrian
telah memproduksi khusus garam iodium untuk daerah-daerah endemik gondok.
c. Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang paling mudah
menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Biasanya kelompok
rentan gizi ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia, oleh sebab itu, kelompok ini
terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompokkelompok umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Oleh
sebab itu, apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya.
Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari:
1. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun.
2. Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun.
3. Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun.
4. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun.
5. Kelompok ibu hamil dan menyusui.
6. Kelompok usia (usia lanjut).
Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut
terjadi proses degenerasi yang menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelaianan gizi.
1. Kelompok Bayi
Dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan
akan mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu
dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan
ialah:
Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.
Calsium (Ca).
Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis maka hal ini tidak begitu
menjadi masalah.
Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.
Fe (zat besi) diperlukan karena dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang.
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung dalam ASI (Air
Susu Ibu). Oleh sebab itu, apabila gizi makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI pada
umur sampai 4 bulan, zat-zat gizi tersebut sudah dapat mencukupi. Pemberian ASI saja
tanpa makanan tambahan lain sampai pada umur 4 bulan ini disebut pemberian ASI
eksklusif.
2. Kelompok Anak Balita
Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit.
Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP),
dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang
menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain:
Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang
dewasa.
Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh
anak balita sangat tepat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak balita.
3. Kelompok Anak Sekolah
Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik
dibandingkan dengan kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada
kelompok ini antara lain adalah berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah), dan
defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak sangat aktif
bermain dan banyak kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
tetangganya. Di pihak lain anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makan mereka
menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan.
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat tepat untuk membina dan
meningkatkan gizi dan kesehatan kelompok ini. Di samping anak sekolah adalah
kelompok yang sudah terorganisasi sehingga mudah untuk dijangkau oleh program, juga
karena kelompok ini merupakan kelompok yang mudah menerima upaya pendidikan.
Ahli pendidikan berpendapat bahwa kelompok umur ini sangat sensitif untuk menerima
pendidikan, termasuk pendidikan gizi.
4. Kelompok Remaja
Pertumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat, kemudian juga kegiatankegiatan jasmani termasuk olahraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan
kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat per
tumbuhannya. Pada anak remaja putri mulai terjadi menarche (awal menstruasi), yang
berarti mulai terjadi pembuangan Fe. Oleh sebab itu, kalau konsumsi makanan khususnya
Fe, maka akan terjadi kekurangan Fe (anemia).
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat dilakukan melalui
sekolah (UKS), karena kelompok ini pada umumnya berada di bangku sekolah menengah
pertama maupun atas (SLP atau SLA). Di samping itu, pembinaan melalui organisasiorganisasi kemasyarakatan misalnya: karang taruna, remaja/pemuda gereja, remaja
masjid, dan sebagainya juga tepat. Karena kelompok pada remaja ini sudah mulai tertarik
untuk berorganisasi, atau senang berorganisasi.
5. Kelompok Ibu Hamil
Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu
pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya
sebagai pendukung proses kehamilan tersebut, misalnya mammae. Untuk mendukung
berbagai proses pertumbuhan ini maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga
meningkat. Kebutuhan kalori tambahan bagi ibu hamil sekitar 300-350 kalori per hari.
Gizi baik adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 80%
standar Harvard.
Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya berada 60,1-80%
standar Harvard
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang
dari standar Harvard
Gizi baik adalah apabila tinggi badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 80%
standar Harvard.
Gizi kurang adalah apabila tinggi badan bayi/anak menurut umurnya berada 70,1-
Gizi baik adalah apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya lebih dari
Gizi baik adalah apabila LLA bayi/anak menurut umurnya lebih dari 85% standar
Wolanski.
Gizi kurang adalah apabila LLA bayi/anak menurut umurnya berada 70,1-85%
standar Wolanski.
Gizi buruk adalah apabila LLA bayi/anak menurut umurnya tingginya 70% atau
kurang dari standar Wolanski.
Posyandu 6 (regina)
Dalam misi Puskesmas tercantum upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
,maka salah satu bentuk dari program ini adalah Posyandu. Dalam hal ini Puskesmas berfungsi
sebagai Pembina teknis dan pemberi pelayanan medis.
a. Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,guna memberdayakan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
dan bayi. Penyelenggaraan Posyandu pada hakekatnya dilaksanakan dalam satu bulan
kegiatan, baik pada hari buka Posyandu maupun di luar hari buka Posyandu. Hari buka
Posyandu sekurang-kurangya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai
dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali
dalam sebulan. Satu buah Posyandu mencangkup 100 anak balita.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahan
dengan memanfaatkan potensi setempat.
Bayi
Anak balita
Ibu hamil, Ibu melahirkan, Ibu nifas dan Ibu menyusui
Pasangan Usia Subur (PUS)
d. Fungsi
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI dan AKB.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.
e. Manfaat
1. Bagi masyarakat
3. Bagi Puskesmas
pertama.
Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan
Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait,
utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi
setempat.
Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan
tupoksi masing-masing sektor.
4. Meja 4 : Penyuluhan kepada ibu bayi/ balita dan ibu hamil, oleh kader kesehatan.
5. Meja 5 : Pemberian imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yang
memerlukan, dan periksa kehamilan, dilayani oleh tim medis petugas kesehatan. Bila ada
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas.
g. Kegiatan utama:
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Ibu hamil
o Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader
kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan
darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan,
ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan
kelainan,segera dirujuk ke Puskesmas.
o Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok
Ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu, atau pada hari lain sesuai dengan
kesepakatan. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut :
- Penyuluhan tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan
lahir (vagina)
Pemberian vitamin A dan tablet besi
Perawatan payudara
Senam ibu nifas
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus
dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidka digendong melainkan
dilepas bermain sesame balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan
kader.
Untuk itu perlu disediakan sarana permainan sesuai dengan umur balita. Adapun
jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
o
o
o
o
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain
penyuluhan, pemberian larutan gula dan garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat
atau pemberian Oralit yang disediakan.
Persentase D/S disini, menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah
tersebut yang telah tercapai.
c. Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)
Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang ditimbang di
Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah memiliki KMS kemudian dikali
100%. Persentase D/K disini, menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di
daerah tersebut yang telah tercapai.
d. Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)
Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata rata jumlah Balita yang naik berat
badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali
100%. Persentase N/D disini, menggambarkan berapa besar hasil penimbangan di daerah
tersebut yang telah tercapai.
Perhitungan SKDN
Pemantauan status gizi dilakukan dengan memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan
posyandu yang didasarkan pada indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D.
Dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan pada wilayah masingmasing wilayah kecamatan. Pematauan status gizi dilaporkan setiap bulan dengan
mempergunakan format laporan yang telah ada. 7
Pengolahan
Analisisnya terdiri dari:
Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu jumlah balita yang
ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu atau dengan
menggunakan rumus (D/Sx 100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah
80% maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan
terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader Posyandu akan memungkinkan balita ini tidak
diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan baerat badannya.
Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan
jumlah seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus (K/S x
100%). Hasil yang didapat harus 100%. Alasannya balitabalita yang telah mempunyai KMS
telah mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya dan data pelayanan kesehatan
lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS makan pada dasarnya program
POSYANDU tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau bisa juga dikatakan balita
tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus (S-K)/S x
100%), yaitu jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu dikurangi Jumlah balita yang
mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu tersebut.
Semakin tinggi Presentasi Kehilangan kesempatan, maka semakin rendah kemauan orang tua
balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau
pertumbuhan berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat badan balita. 7
Indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya
dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya semua balita yang
ditimbang harus mengalami peningkatan berat badan.
Indikator selanjutnya dalam SKDN adalah indikator Drop-Out, yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi kemudian tidak pernah
datang lagi di Posyandu untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya yaitu
jumlah balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balitayang ditimbang, dan
hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).
Indikator terkhir dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara jumlah balita yang
status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita
yang ditimbang pada bulan penimbangan (D). Rumusnya adalah (BGM/D x 100%).
Fungsi KMS
a. Fungsi utama KMS : alat untuk pemantauan pertumbuhan anak, catatan pelayanan kesehatan
anak 8
menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, memiliki risiko gangguan pertumbuhan
atau kelebihan gizi.
c. Bila grafik berat badan :
1. Mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh baik
2. Tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan normal, anak kemungkinan berisiko mengalami
gangguan pertumbuhan atau kelebihan gizi.
surveilans gizi yang dikirimkan kepada pemangku kepentingan pada berbagai kesempatan
baik pertemuan lintas program maupun lintas sektoral. Sosialisasi merupakan penyajian hasil
surveilans gizi dalam forum koordinasi atau forum lainnya sedangkan advokasi merupakan
penyajian hasil surveilans gizi dengan harapan memperoleh dukungan dari pemangku
kepentingan.
c. Indikator Output
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Promosi Kesehatan
4. meyakinkan, yaitu menghilangkan rasa ragu ragu pada sasaran, sehingga terjadi
keyakinan akan kebaikan dan manfaat hal baru itu.
5. menggerakkan, yaitu mengusahakan agar anjuran yang telah diberikan itu sekarang oleh
sasaran dilaksanakan atau dipraktekkan secara luas dan kontinyu
Sasaran utama dalam pendidikan gizi adalah ibu ibu rumah tangga. Hasil dari
penyuluhan gizi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu
ibu rumah tangga dalam mencukupi kebutuhan gizi keluarganya melalui konsumsi makanan
yang memenuhi kebutuhan kebutuhan zat zat gizi anggota keluarganya, yang pada
gilirannya tampak pada status gizinya.
Kecukupan pangan dan gizi masyarakat ditentukan oleh taraf pengetahuannya terhadap
pangan. Kemampuan berdaya beli tidak selalu diimbangi oleh pengertian akan gizi yang
baik. Akibatnya meskipun daya beli terjangkau, penyakit gizi seperti kekurangan kalori dan
protein akan tetap menjadi masalah. Salah satu hal yang turut mempengaruhi adalah
pengetahuan dalam hal memilih dan menyediakan makanan bergizi tinggi. Kurangnya
pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan adalah umum di setiap Negara.
Sebab lain dari gangguan gizi adalah kurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi
tersebut kedalam kehidupan sehari hari.
b.
orang tua menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti pantang dan tabu
terhadap makanan tertentu adalah warisan dari generasi sebelumnya. Itulah sebabnya
mengapa kebiasaan dan susunan hidangan sangat kuat bertahan terhadap berbagai pengaruh
yang mungkin dapat merubahnya. Kebiasaan makan seseorang merupakan kebiasaan makan
keluarga karena individu tersebut selama tinggal didalam keluarganya, terus mengalami
proses belajar seumur hidupnya dari keluarga tersebut.
Hal lain yang mempengaruhi jumlah makanan yang dikonsumsi individu dan keluarga
adalah susunan anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar
menyebabkan semakin sulit mengatur pembagian makanan secara merata. Konsumsi pangan
keluarga dapat diketahui dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif,
dapat didekati dari jumlah pangan yang dikonsumsi, sedangkan secara kualitatif dapat
didekati dari pola pangannya. Pola pangan seseorang atau sekelompok orang diketahui dari
jenis jenis pangan tertentu yang dikonsumsi dan frekuensi penggunannya
Pendapatan merupakan factor yang secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi
pangan, tetapi termasuk penentu utama baik buruknya keadaan gizi seseorang, atau
sekelompok orang. Pendapatan yang rendah mengakibatkan daya beli untuk konsumsi
makanan rendah. Rendahnya pendapatan diduga membawa akibat pada pemberian makanan
c.