Vegetasi Komunitas
Vegetasi Komunitas
KOMUNITAS VEGETASI
- Eksploitasi
- Parasit
- Komensalisme
- Kompetisi
Stratifikasi
1. Phanerophytes
4. Cryptophytes
5. Therophytes
Termasuk golongan ini ditandai dengan terdapatnya tunas di ranting atau cabang
dan ini biasanya berkayu (pohon dan semak) juga liana, epifit dan juga rumput tahun.
Menurut tingginya Phanerophytes dikelompokkan menjadi:
a. Megaphanerophytes
b. Mesophanerophytes
8 sampai 30 meter
c. Microphanerophytes
2 sampai 8 meter
d. Nanophanerophytes
25 cm sampai 2 meter
Kecuali itu ditambah lagi apakah tunas (kuncup) terlindung atau telanjang dan
apakah tanaman selalu hijau atau kadang-kadang menggugurkan daunnya.
2. Chamaephytes
Tunas atau pucuk batang terletak di batang dan menjalar di atas tanah, tinggi
tanaman tidak lebih dari 25 cm, tetapi tunas selalu di atas tanah. Untuk melindungi dari
kondisi yang tidak menguntungkan tunas terletak di bawah daun-daun yang mati di
tempat-tempat yang bersalju.
Ada beberapa macam Chamaephytes:
a. Subfructicosa chamaephytes
b. Passive chamaephytes
c. Active chamaephytes
d. Cushion chamaephytes
3. Hemicryptophytes
Tumbuhan ini hidup di permukaan tanah, rumput-rumput, begitu pula tunas dan
batang terlindung oleh tanah dan bahan-bahan mati.
4. Cryptophytes
Tunas dan batang di permukaan tanah, bahan cadangan makanan di bawah tanah
dengan katagori sebagai berikut:
a. Geophytes
b. Helophytes
c. Hydrophytes
: tumbuhan air.
5. Therophytes
Sistem Raunkiaer secara umum mendasarkan pada cara dan posisi organ reproduksi
untuk mempertahankan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan.
Dengan demikian karakter vegetasi adalah struktural, esensial dan adaptial.
Kemudian diinginkan dasar yang lebih sederhana untuk perbandingan secara statistik.
Dengan sederhana atas persentase bentuk kehidupan (pertumbuhan) vegetasi aetiap areal
yang merupakan komunitas vegetasi inilah yang disebut spektrum biologi. Karena setiap
klas-klas bentuk kehidupan sangat berhubungan dengan lingkungannya maka spektrum
biologi merupakan petunjuk langsung (indikator) lingkungan. Raunkiaer membuat suatu
spektrum normal yang didasarkan atas sampling dari keadaan flora dunia di seribu tempat
(keadaan).
Spektrum normal melengkapi suatu dasar kehadiran persentase setiap klas dalam
flora, yang akan ditetapkan spektrum normal adalah:
Phanerophytes
: 46%
Chamaephytes
: 9%
Hemicryptophytes
: 26%
Cryptophytes
: 6%
Therophytes
: 13%
Kemudian spektrum biologi dikerjakan dan dibandingkan dengan spektrum Raunkiaer ini.
Di hutan hujan tropik persentase phanerophytes di tempat-tempat yang berbeda
berkisar antara 0-74%. Persentase yang lebih besar ini menyebabkan keadaan iklim yang
phanerophytic. Persentase Therophytes lebih dari 40% menyebabkan iklim yang ekstrim
dingin. Persentase yang tinggi Hemicryptophytes (lahan rumput) geophytes (Cryptophytes)
iklim mediteran dan dalam hutan musim dengan daun lebar. Tetapi karena banyaknya
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan vegetasi yang kadang-kadang kondisi
iklim tidak dicerminkan oleh vegetasi maka kesimpulan-kesimpulannya sering salah.
Antara lain seperti jumlah Therophytes yang besar di daerah Phanerophytes yang dominan,
juga aktivitas yang lain sangat cepat mengubah spektrum biologi. Untuk lebih mencapai
ketepatannya maka harus dilengkapi dengan pengaruh luas daun, ukuran daun merupakan
petunjuk yang sangat erat hubungannya dengan kondisi iklim, pengelompokkan tersebut
ialah:
1. Leptophyl 25 mm2
2. Nanophyl 25 - 225 mm2 (9 x 25)
a. Simple agregasi yaitu: apabila agregasi itu hanya satu spesies saja.
b. Agregasi campuran yaitu migran selain terdiri atas spesies tumbuhan utama jika bercampur dengan beberapa spesies lain.
5. Evolusi interaksi komunitas.
Disini terjadi hubungan yang pada mulanya sederhana menjadi semakin kompleks
antara lain eksploatasi, mutualisme dan koeksistensi dan sebagainya.
6. Invasi: Dalam proses kolonisasi, germinales mempunyai sifat yang agresif dan mudah
mengadakan adaptasi sehingga mencapai seluruh lahan dari waktu ke waktu. Vegetasi
itu tumbuh dan berkembang sehingga mencapai kemantapan. Disini invasi itu dapat
bersifat sementara atau permanen.
7. Reaksi: Ini meliputi kondisi baru yang diciptakan dengan adanya vegetasi di suatu
habitat. Pada dasarnya perubahan itu melalui cara:
a. Pergantian sifat dan reaksi tanah
b. Dengan memodifikasi iklim
Kompetisi dan macam interaksi yang lain dapat menyebabkan vegetasi mengalami
kematian, dan ini akan merupakan humus di atas tanah. Humus ini yang dapat
menyebabkan lebih baiknya kondisi fisik dan tanah. Di samping pengaruhnya terhadap
tanah maka dengan bentuk-bentuk vegetasi yang ada dapat menciptakan lingkungan
yang berbeda dengan keadaan luar, iklim yang diciptakan vegetasi ini disebut iklim
mikro.
8. Stabilisasi: Macam-macam interaksi baik antara individu, populasi vegetasi maupun
antara vegetasi dan habitatnya membawa perubahan-perubahan yang gradual baik pada
habitat maupun struktur vegetasi.
Dalam waktu yang lama, beberapa spesies vegetasi akan mendominasi dan akhirnya
mengadakan penggantian di habitatnya itu.
9. Klimaks: Klimaks merupakan tahap akhir perkembangan setelah stabilisasi. Secara pasti
klimaks yang sebenarnya sukar dinyatakan karena komunitas dan lingkungan akan
dapat saling berubah sesuai dengan sifat yang dinamik.
Klasifikasi Komunitas
Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan dan
tujuannya. Pada umumnya dan yang banyak disukai ialah klasifikasi berdasarkan:
a. Fisiognomi
b. Habitat
c. Komposisi dan dominasi spesies
a. Fisiognomi: Menunjukkan kenampakan umum komunitas tumbuhan. Komunitas tumbuhan yang besar dan menempati suatu habitat yang luas diklasifikasikan kedalam
komponen komunitas sebagai dasar fisiognominya.
Komponen kmunitas yang menjadi dasar fisiognomi ini ialah yang berada dalam
bentuk dominan. Sebagai contoh: Komunitas hutan, padang rumput, stepa, tundra
dan sebagainya.
b. Habitat: Karena komunitas sering dinamik dengan kekhasan habitat maka habitat ini
digunakan menjadi dasar pembagian komunitas.
Pada umumnya dikaitkan dengan kandungan air tanah pada habitat yang
bersangkutan. Pembagian itu antara lain:
1. Komunitas lahan basah
2. Komunitas lahan agak basah
3. Komunitas lahan mesofit
4. Komunitas lahan agak kering
5. Komunitas lahan kering
c. Komposisi dan dominasi spesies: Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi
kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dengan dasar komposisi dan dominasi
spesies. Klasifikasi seperti ini memerlukan pengetahuan isi spesies dalam
komunitas itu frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada
(fideling/kesetiaan). Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan atau
yang memperlihatkan frekuensi tinggi misalnya: Betula-Rhododendron-Magnolia
assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Clements mengakui adanya dinamika komunitas alam dan ia mengembangkan
klasifikasi floristik yang menekankan pada suksesi, dominasi, konstansi diagnose spesies.
Menurut Clements vegetasi dapat dianalisa kedalam unit klas-klas berikut dalam urutan
yang turun.
1. Formasi
3. Fasiasi (Faciation)
Setiap assosiasi pada dasarnya meliputi beberapa spesies dominan yang berisikan 2
atau lebih sub unit. Setiap fasiasi dapat dihuni oleh dua atau lebih dominan, tetapi jumlah
total dominan dalam fasiasi akan kurang (lebih kecil) daripada assosiasi. Variasi secara
lokal dalam assosiasi disebut losiasi (lociation).
4. Konsosiasi (Consociation)
Jika hanya terdapat satu dominan dalam klimaks. Konsosiasi merupakan unit
komunitas yang lebih kecil dengan dominan tunggal dan masih mempunyai bentuk
pertumbuhan yang mencirikan formasi. Unit vegetasi seperti itu terutama modifikasinya
oleh kondisi edhapik, misalnya konsosiasi Oak-Beech.
5. Sosiasi (Societeies)
Assosiasi dan konsosiasi dapat dianalisis lebih jauh kedalam beberapa komunitas
kecil (unit) yang di bawah pengaruh langsung variasi habitat lokal komunitas. Ini
didominasi oleh satu atau dua spesies lain dari dominan pada assosiasi dan konsosiasi. Unit
yang lebih kecil disebut sosiasi. Dominasi sosiasi merupakan sub dominan yang lebih
ekonomis. Dengan demikian sosiasi merupakan dominan dalam dominan yang spesies
dominan itu merupakan sub ordinat. Jika kita menganggap konsosiasi sebagai satu
kesatuan.
6. Clans (klans)
Dalam setiap sosiasi dapat ditemukan dua atau lebih unit klimaks yang terkecil, ini
yang disebut klans. Setiap klans merupakan agregasi kecil satu individu tetapi sangat lokal
dan spesies dominan yang tertutup.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag
tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan
relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu
daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis
tanaman.
Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon
pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak
tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf
dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter
merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu
luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.
Luas Minimum Petak Sampel
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk
setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah
pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan
ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas
tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu
tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila
didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas
tersebut.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas
tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara
keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum.
Cara menentukan luas minimum sebagai berikut:
- Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 petak 1.
- Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
Contoh:
SP
18
16
15
11
9
1,8
0,25
0,4
0,5
1,25
Petak contoh
1
2
3
4
5
6
Jumlah spesies
8
9
11
15
17
17
SP
15
11
9
8
1,7
0,6 1
2. Metode Transek
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki.
Tujuan: untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan.
Atau: untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat.
Ada dua macam transek:
- Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar
jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya.
Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di
bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan,
transek 10 m yang baik.
Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.
Segment
3. Metode Loop
Metode ini digunakan untuk rerumputan dan herba.
Prosedurnya:
- Dibuat lingkaran kecil (loop) dengan diameter 2 cm.
- Tentukan titik secara random, kemudian dari titik itu dibuat jalur sepanjang 33,5 m.
- Pada setiap 1 meter titik observasi ditandai pada tempat sentimeter yang ke 33, 66 dan
100. Jadi setiap 1 meter ada 3 titik observasi, dan pada jarak 33 meter ada 99 titik
observasi.
- Titik yang 100 terletak pada jarak 33,33 meter.
- Kemudian disetiap titik observasi (loop) dijatuhkan (diletakkan) dan dicatat spesies yang
berada di dalam lingkaran.
33,5 m
titik ke 100
1m
3
2
1
Gambar 10. Metode loop
4. Metode Titik (Point Less/Point Methode)
Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat
pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu.
Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa
tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya
dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata
angin (arah kompas).
Ada dua macam metode titik:
a. Metode titik dengan kerangka (Point Frame Method)
Pada setiap titik dicari jenis-jenis yang tertunjuk/terkena tusuk. Alat penujuk adalah
kawat/paku. Dicatat semua jenis dan jumlah individunya. Beberapa kali frame diletakkan
dan beberapa kali jenis dikenai, kemudian dicatat. Method ini digunakan untuk rumput dan
herba.
60 cm
(1)
Q2
Q4
(2)
Q3
R2
R1
(2)
R4
R3
Gambar 12. Point center/quarter method
Sumber: Shukla et al. (1985)
Dengan metod yang dignakan akan diperoleh struktur komunitas tumbuhan secara
kuantitatif.
Ketentuan-ketentuan Dalam Sintesa
1. Kerapatan (density)
Kerapatan/density: jumlah individu pada suatu kesatuan luas lahan.
Kerapatan spesies per luas:
2. Frekuensi
Frekuensi menggambarkan penyebaran jenis tumbuhan di suatu daerah vegetasi,
disebut pula pola distribusi. Dapat pula untuk menggambarkan kapasitas reproduksi dan
kemampuan adaptasi.
Frekuensi:
Kalau dengan metode transek setiap transek dianggap satu petak contoh.
Kalau dengan point frame method maka frekuensi:
Klas: frekuensi.
Raunkiaer membuat klas-klas frekuensi sebagai berikut:
A : 1 - 20%
B : 21 - 40%
C : 41 - 60%
D : 61 - 80%
E : 81 - 100%
Hukum frekuensi Raunkier: Spesies dengan frekuensi rendah lebih banyak individunya
dari pada frekuensi tinggi.
Dari klas frekuensi di atas jumlah individunya sebagai berikut:
A > B > C D < E
3. Kelimpahan (abundance)
Estimasi jumlah individu spesies yang berbeda persatuan luas jumlah individu
spesies ditambahkan untuk semua kuadrat.
Kelimpahan spesies:
Klas kelimpahan
Untuk memudahkan di lapangan, penentuan klas kelimpahan dipakai katagori dari
Braun-Blanquette.
Klas
Rare
Occasional
Frequent
Abundant
Very abundant
Kelimpahan
1-4
5 - 14
15 - 29
30 - 90
100
Jarang
Agak jarang
Agak melimpah
Melimpah
Sangat melimpah
4. Penutupan (cover)
Penutupan atau kerimbunan akan memberikan gambaran tentang penguasaan suatu
daerah vegetasi oleh setiap jenis tumbuhan yang ada, yang biasanya dapat dinyatakan oleh
mahkota tumbuhan atau peneduhan tanah oleh daun, batang, cabang dan bunga, dilihat dari
atas. Dapat pula dinyatakan dengan diameter batang yang menutup tersebut. Pengukuran
diameter batang setinggi 1,37 m dari permukaan tanah (untuk pohon). Dari diemeter
batang dapat dihitung basal area pohon.
1,37 cm
basal area
untuk pohon
Gambar 13. Pengukuran basal area untuk pohon dan rumput berdasarkan canopy dan
diameter batang
Penutupan juga menggambarkan dominasi (kerimbunan).
Dominasi relatif:
5. Total Estimasi
Hubungan penutupan (4) dan kelimpahan (3) Braun-Blanquette membagi sebagai
berikut:
- Spesies dengan individu sedikit, penutupa sangat kecil
- Spesies dengan individu melimpah tetapi penutupan kecil
- Jumlah individu banyak, jika kecil dan jumlah individu sedikit, jika besar, penutupan 5%
- Individu sedikit atau banyak, penutupan 25 - 50%
- Individu sedikit atau banyak, penutupan 50 - 75%
- Penutupan 75 - 100%
6. Indeks asosiasi dan indeks kesamaam komunitas (association index and index of
similarity)
Misalnya: di dalam 100 kuadrat (petak), spesies A ada 90 spesies A + B dalam 40 kuadrat.
90
= 0,44
Indeks kesamaam: Untuk membandingkan atau membedakan dua grop dua stand, apakah
termasuk dalam komunitas yang sama atau tidak.
Indeks kesamaam ini memberikan gambaran derajat kesamaan dari dua stand (grop) tadi.
Indeks kesamaam ini dihitung berdasarkan rumus:
I S = Indeks kesamaan
W = Jumlah dari kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing komunitas
a = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama
b = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua
Tabel 1. Dua komunitas (grop) yang dibandingkan
Komunitas
Spesies/jenis
I
Kerapatan
mutlak
Imperat Cylindrica
Sonchus avensis
Emilia sonchifolia
Cyperus rotundus
Cynodon dactylon
Jumlah
90
20
0
5
10
125
II
Kerapatan
nisbi
72
16
0
4
8
100
Kerapatan
mutlak
20
30
70
25
5
150
W = 20 + 20 + 0 + 5 + 5 = 50
2 x 50
a = 125
275
b = 150
IS=
x 100% = 36,66%
Kerapatan
nisbi
13,33
20,00
46,67
16,67
3,33
100,00
Hal ini berarti dua komunitas terdapat kesamaan sebesar 36,66% atau berbeda (100% 36,66%) = 63,34%.
7. Indeks Nilai Kepentingan = Inportan Value Index = I V I
Menggambarkan karakter fitososiologi dalam komunitas. Indeks nilai penting
merupakan gabungan dari frekuensi relatif + dominasi relatif + kerapatan relatif.
Fitograf spesies pada:
Frekuensi relatif (RF) : 30%
Kerapatan relatif (RF) : 60%
Dominasi relatif (RF) : 40%
Jadi indeks nilai kepentingannya = 130
Untuk menyatakan peranan jenis di dalam vegetasinya mempergunakan istilah S D R
(Summed Dominant Ratio) atau Dominasi Terjumlah.
Harga S D R ini dicari berdasarkan perhitungan:
S D R = (RF + RD + RD0) x
Dalam sintesa, jenis yang mempunyai harga I V I atau S D R yang tinggi merupakan jeis
yang dominan dan menentukan sifat dari suatu komunitas, dengan metode kuadrat. Ada
dua jenis tumbuhan yang mempunyai harga I V I atau S D R terbesar misalnya: komunitas
Imperata - Desmodium.
300
D
Daerah A: RF
Daerah B: RD
Daerah C: RD0
Daerah D: I V I
- 200
- 130
- 100
C
100
RD0
75 50 40 25
- 25
25
50
75
RF
- 50
- 60
- 75
B RD
100
Gambar 14. Fitograf spesies
Sumber: Shukla et al. (1985)
8. Kesetiaan (Fidelity)
Kesetiaan adalah kesetiaan suatu spesies terhadap komunitasnya/habitatnya.
Braun - Blanquette membagi dalam lima klas:
Klas 1 : Exclusive (eksklusif): Hanya terdapat pada satu komunitas.
Rangkuman
1. Komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang saling berhubungan baik antara
mereka maupun lingkungannya.
2. Di dalam kehidupan bersama antara spesies terjadi bermacam-macam interaksi seperti:
mutualisme, eksploitasi, parasit, komensalisme, dan kompetisi.
3. Yang dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari
stratifikasinya (lapisan dari atas kebawah) secara horisontal bentuk pertumbuhannya
(Phanerophytes, Chamaephytes, Hemicryptophytes, Cryptophytes dan Therophytes),
sosiasilitasnya, assosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan biomas (analisis
kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies komunitas.
4. Ecotone adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara dua
komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas.
5. Dinamika komunitas (evolusi komunitas), evolusi yang terjadi pada komunitas
tumbuhan di suatu tanah yang kosong (bero) terjadi dalam waktu lama dan bertahap
dimana setiap tahap dicirikan oleh himpunan utama suatu populasi tumbuhan dan
dominasi. Pada umumnya evolusi komunitas vegetasi melalui tahap-tahap sebagai:
nudasi, migran eksesis, agregasi, evolusi interaksi komunitas, invasi, reaksi, stabilisasi
dan klimaks.
6. Klasifikasi komunitas
Pada umumnya komunitas vegetasi diklasifikasikan berdasarkan fisiognomi, habitat
dankomposisi dan dominasi spesies. Menurut Clements, vegetasi dapat dianalisa
kedalam unit klas-klas sebagai berikut dalam urutan yang menurun: formasi, assosiasi,
fasiasi, konsosiasi dan klans.
7. Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga fitososiologi
analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif.