Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2
membawakan berbagai kisah dan melakukan sendiri bila perlu kisah-kisah yang kita
bawakan.
Ajaran atau pandangan Niccolo Machiavelli tersebut di atas sangat terpengaruh
bahkan dapat dikatakan merupakan pencerminan dari pada apa yang dikenalnya
dalam praktek sebagai seorang ahli negara dan apa yang dijalankannya, karena
dianggapnya perlu sekali untuk menyelenggarakan kepentingan-kepentingan
negara, diangkatnya menjadi teori umum mengenai praktek ketatanegaraan
dengan cara yang gagah dan berani.
Disinilah Niccolo Maciavelli kelihatan sangat terpengaruh oleh keadaan di tanah
airnya, Italia, karena keadaan di Italia pada waktu itu sedang mengalami kekacauan
dan perpecahan, maka ia menginginkan terbentuknya Zentral Gewalt (sistem
pemerintah sentral). Maksudnya ialah agar dengan demikian keadaan dapat
menjadi tentram kembali.
Sebab itu berkatalah Niccolo Maciavelli dalam bukunya II Principe bahwa,
penguasa, yaitu pimpinan negara haruslah mempunyai sifat-sifat seperti
kancil dan singa. Ia harus menjadi kancil untuk mencari lubang jaring dan
menjadi singa untuk mengejutkan serigala. Jadi jelaslah bahwa raja atau pimpinan
negara harus memiliki sifat-sifat cerdik pandai dan licin seibarat seekor kancil, akan
tetapi harus pula memiliki sifat-sifat yang kejam dan tangan besi seibarat singa.
Selain itu, dia mengemukakan beberapa teori yaitu sebagai berikut :
1)
Menitikberatkan pada sifat pribadi raja, agar dapat cerdik seperti kancil dan
menakut-nakuti rakyatnya seperti singa.
2)
Pemerintah/penguasa boleh berbuat apa saja, asal untuk kepentingan negara
dalam mencapai kekuasaaan negara yang sebesar-besarnya.
3)
Siapa pun yang melawan pemerintah / raja harus ditindak tanpa kompromi.
4)
Pemerintah menghalalkan segala cara, meskipun harus melanggar sendisendiri kesusilaan serta kebenaran.
5)
Seorang penguasa yang cermat tidak memegang kepercayaannya jika
kepercayaan itu berlawanan dengan kepentingannya.
Machiavelli berpendapat bahwa nilai-nilai yang tinggi, atau yang dianggap tinggi,
adalah berhubungan dengan kehidupan dunia, dan ini dipersempit pula hingga
kemasyhuran, kemegahan, dan kekuasan belaka. Machiavelli menolak adanya
hukum alam, yang seperti telah diketahui adalah hukum yang berlaku untuk
manusia sejagat dan sesuai dengan sifat hukum, mengikat serta menguasai
manusia. Machiavelli menolak ini dengan mengemukakan bahwa kepatuhan pada
hukum tersebut, malah juga pada hukum apapun pada umumnya bergantung pada
soal-soal apakah kepatuhan ini sesuai dengan nilai-nilai kemegahan, kekuasaan,
dan kemsyhuran yang baginya merupakan nilai-nilai tinggi. Bahkan menurut
pendapatnya inilah kebajikan. Machiavelli mengatakan bahwa untuk suksesnya
seseorang, kalau memang diperlukan, maka gejala seperti penipuan dibenarkan.
Misalnya, ia mengakui bahwa agama mendidik manusia menjadi patuh, dan oleh
sebab kepatuhan ini perlu untuk suksesnya seorang yang berkuasa, maka perlulah
agama tadi. Jadi agama itu diperlukan sebagai alat kepatuhan, bukan karena nilainilai yang dikandung agama itu.
Gagasan kekuasaan machiavelli patut dikaji setidaknya karena dua alasan, yaitu :
a. Gagasannya telah menjadi sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi banyak
penguasa sejak awal gagasan itu dipopulerkan sampai abad XX.
b. Banyak negarawan dan penguasa dunia yang secara sembunyi atau terus
terang mengakui telah menjadikan buku Machiavelli itu sebagai hand book
(buku pegangan) mereka dalam memperoleh dan mempertahankan
3
kekuasaannya. Misalnya Hitler dan Mussolini. Gagasan yang sama telah menjadi
basis intelektual bagi pelaksanaan diplomasi kaum realis (realisme).
Realisme sebagai suatu aliran penting dalam kajian diplomasi internasional, banyak
mendasarkan asumsinya pada pemikiran kekuasaan Machiavelli. Dalam kaitannya
dengan kekuasaan seorang penguasa Machiavelli membahas perebutan kekuasaan
(kerajaan). Bila seseorang penguasa berhasil merebut suatu kerajaan maka ada
cara memerintahkan negara yang baru saja direbut itu. Pertama, memusnahkannya
sama sekali dengan membumihanguskan negara dan membunuh seluruh kelurga
penguasa lama, Kedua dengan melakukan kolonisasi mendirikan pemukimanpemukiman baru dan menempatkan sejumlah besar pasukan infantry di wilayah
koloni serta menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga terdekat.
Tujuan Niccolo Maciavelli ialah untuk mencapai cita-cita atau tujuan politik demi
kebesaran dan kehormatan negara Italia, agar menjadi seperti masa keemasan
Romawi. Untuk itu diperlukan kekuatan dan kekuasaan yang dapat mempersatukan
daerah-daerah sebagai negara tunggal. Oleh karena itu tujuan negara lain dengan
masa lampau. Tujuan negara masa lampau menurut pendapatnya : kesempurnaan,
kemuliaan abadi, untuk kepentingan perseorangan berupa penyempurnaan dari
manusia. Sedangkan tujuan negara sekarang menghimpun dan mendapatkan
kekuasaan yang sebesar-besarnya.
Berhubung dengan hal itu raja atau pimpinan negara boleh berbuat apa saja
asalkan tujuan bisa tercapai maka dengan demikian terjadilah het doel heilight de
middeled (tujuan itu menghalalkan/membenarkan semua cara atau usaha). Maka
ajarannya disebut ajaran negara harus diutamakan dan apabila perlu negara dapat
menindak kepentingan individu.
Dari ajaran Niccolo Machiavelli ini menjelma dan timbullah pengertian real politik
berdasarkan itu harus diambil sikap yang nyata, karena itu disebut juga
machiavellismus.
Sebagai seorang tokoh humanis sejati, Machiavelli mempelajari dan mengagumi
sejarah serta karya manusia, termasuk agama pada zaman purba. Bagi Machiavelli,
agama merupakan salah satu karya manusia yang patut mendapat pujian tertinggi.
Dalam Discoursus, Machiavelli menulis: Di antara orang-orang yang pantas dipuji,
yang paling pantas dipuji adalah para pemimpin dan pendiri agama-agama.
Dalam menguraikan pendapatnya tentang politik agama, Machiavelli terispirasi oleh
sejarah kerajaan Romawi kuno serta oleh berbagai situasi yang terjadi di sekitarnya.
Berikut ini penulis memaparkan faktor-faktor yang melatar belakangi pemikiran
Machiavelli tentang nilai politis agama.
Machiavelli juga mempersoalkan interpretasi agama tentang semangat dan
penghayatan kekristenan. Menurutnya, semangat dan penghayatan yang diajarkan
oleh kekristenan adalah keliru. Ketika itu agama Kristen ditafsirkan sebagai agama
bagi manusia yang lembut dan rendah hati serta yang cinta akan pengurbanan.
Machiavelli menghendaki reformasi di bidang keagamaan yang menunjang
perkembangan patriotisme. Reformasi yang dikehendakinya adalah usaha
reinterpretasi tentang semangat kekristenan secara baru, yakni agama yang aktif
dan peka terhadap realitas, agar dari sana terhembus suatu kekuatan, sehingga
membangkitkan semangat masyarakat dan menyelamatkan mereka dari dekadensi
moral.[44]
Teori kekuasaan negara yang dikemukakan Niccolo Machiavelli dalam bukunya II
principle bahwa, penguasa, yaitu pimpinan negara haruslah mempunyai
4
sifat-sifat seperti kancil dan singa. Ia harus menjadi kancil untuk mencari
lubang jaring dan menjadi singa untuk mengejutkan serigala.
Teori tersebut di atas tidak cocok apabila diterapkan di Indonesia pada saat
sekarang ini. Karena teori tersebut sangatlah bertentangan dengan dasar dan
ideologi negara kita yaitu Pancasila. Selain itu negara kita merupakan negara
demokrasi yang mengutamakan partisipasi rakyat dalam mengemukakan
aspirasinya.
Melihat hal tersebut, teori kekuasan negara Niccolo Machiavelli sangatlah
bertentangan, karena dalam teori tersebut lebih mengutamakan sifat-sifat yang
kejam dan tangan besi yang mengarah kepada diktator serta keabsolutan
kekuasaan itu sendiri. Dengan demikian, teori ini tidak cocok untuk diaplikasikan di
Indonesia dewasa ini. Walaupun teori tersebut pada zamannya (Renaisance)
dipandang cocok untuk diterapkan di Italia itu sendiri yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi pemerintahan pada saat itu.