LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN APLIKASINYA
OLEH :
GIYANTO
05071181320017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam membangun usaha terutama dalam bidang pertanian kita di tuntut juga
harus paham terhadap apa saja yang di kemudian hari akan menjadi kendala di dalam
pengelolaannya. Karena ketika berkecimpung di dunia pertanian maka kita harus
paham bagaimana juga dalam mengatasi permasalahan yang ada dan seriing kita
temukan yang pada dasarnya permasalahan dalam bidang pertanian ini bukanlah hal
yang menjadi rahasia umum namun setiap para petani sudah tau apa saja yang
menjadi kendalanya, baiklah kita akan gambarkan secara umum permasalahn yang
ada terkait pengelolaan dalam bidang pertanian yaitu hama dan penyakit tumbuhan
serta gulma. Dalam melakukan pengelolaan dapat dilakukan secara kimia, fisika dan
kimia. Namun tidak semua hama yang menyerang tanaman dapat di lakukan dengan
melakukannya atas membasminya secara fisik, atau bilogis, namun juga terkadang
kita butuh yang namanya secara kimia.
Masyarakat dewasa ini tidak sedikit yang menggunakan yang namanya
pestisida berbahan kimia, yang pada umumnya banyak sekali infek yang terjadi jika
kita menggunakannya secara berlebihan, maka harapannya adalah bagaimana kita
dapat menciptakan bahan pestisida nabati yang pada esensinya sama dengan bahan
kimia nammun efek bagi kesehatan dan pada tanamannya tidak berdampak seperti
halnya menggunakan bahan kimia yang berlebihan.
Kita paham mengapa petani dewasa ini banyak yang menggunakan pestisida
kimiawi yang berlebihan serta berkelanjutan tanpa mempertimbangkan efek dari yang
ia lakukan, kita juga tidak bisa menyalahkan apa yang mereka lakukan namun yang
menjadi tugas dan peran kita adalah bagaimana cara kita untuk mencerdaskan
masyarakat agar kiranya mampu menggunakan bahan pestisida nabati yang
sebenarnya baik dan juga mampu membasmi hama dan penyakit tanaman secara
sistematis.
Maka besar harapan kita untuk Indonesia ini sekiranya menjadi sarjana
pertanian yang mampu menaungi dan membimbing para petani-petani kita yang
Universitas Sriwijaya
sebagian besar latar belakang pengetahuannya yang tidak sebesar apa yang di
harapkan. Maka kitalah sebagai generasi penerus bangsa ini yang akan
memperbaikinya jika mereka sudah paham dan mematuhi bagaimana cara
menggunakan produk pestisida nabati ini maka besar keuntungan yang akan kita raih
untuk Indonesia. Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian, pestisida
mempunyai dampak negatif seperti berkurangnya keanekaragaman hayati, pestisida
berspektrum luas dapat membunuh hama sasaran, parasitoid, predator, hiperparasit
serta makhluk bukan sasaran seperti lebah, serangga penyerbuk, cacing dan serangga
bangkai.
Sebagian besar para petani Indonesia menggunakan bahas pestisida tanpa
menghiraukan anjuran pemakaian yang sudah tertera pada aturannya, inilah yang
akan berbahaya sebenarnya jika ini di lakukan secara terus menerus. Seperti banyak
yang di lakukan di era sekarang ini.
Pestisida dalam bentuk teknis sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu.
Formulasi pestisida merupakan pengolahan yang ditujukan untuk meningkatkan sifatsifat yang berhubungan dengan, keamanan, penyimpanan, penanganan, penggunaan,
dan keefektifan pestisida. Pada dasarnya setiap bahan kpestisida yang di jual di
pasaran sudah jelas cara penggunaannya namun tinggal masyarakatnnya mau atau
tidak dalam menggunakannya dengan baik. penggunaannya pemakai tinggal
mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan secara manual. Penggunaan di luar batas
yang di anjurkan maka akan besar dampak baik bagi kesehatan pada tubuh manusia.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan yang di lakukan kali ini adalah bertujuan untuk mengtahui
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
2.1
Universitas Sriwijaya
dikembangkanlah
pengendalian
hama
yang
dipandang
lebih
digunakan dalam
penyakit dan
dapat
mengendalikan
tanaman. Namun,
lingkungan, kerusakan
keseimbangan ekosistem, dan penurunan kualitas hidup manusia. Untuk alasan ini,
pestisida harus digunakan
secara
bijak dan
negatif dapat
2.2
Formulasi Pestisida
Bahan yang berperan sebagai pembasmi pada hama ataupun penyakit dan
berefek keras bagi kesehatan di sebut juga sebagai bahan aktif.. Dalam pembuatan
pestisida di pabrik, bahan aktif tersebut tidak dibuat secara murni (100%) tetapi
bercampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa
merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif
dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan
bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus
Universitas Sriwijaya
digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran
apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan
secara efektif (Badan Standarisasi Nasional, 2008).
Formulasi pestisida juga menggambarkan yang harus kita buat agar tidak
berdampak bagi kesehatan, sebagai berikut :
2.2.1 Formulasi Padat
a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 80%), yang
jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP
dengan cara disemprotkan.
b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika
dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara
disemprotkan.
c. Butiran atau Granule (G), umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan
konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara
0,7 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di
lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur).
d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi
penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih
dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam
air dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan
air, SG akan membentuk larutan sempurna.
f. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan
air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 30 mikron) dengan konsentrasi
bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting)
(Djojosumarto, Panut, 2008).
2.2.2
Formulasi Cair
sediaan
berbentuk
pekatan
(konsentrat)
cair
dengan
kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent
berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk
Universitas Sriwijaya
emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama
formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak
digunakan saat ini.
2. Water Soluble Concentrate (WCS)
Merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan
sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak
membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya
formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.
3. Aquaeous Solution (AS)
Merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang
diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang memiliki
kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini
digunakan dengan cara disemprotkan.
4. Soluble Liquid (SL)
Merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan
membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.
5. Ultra Low Volume (ULV)
Merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra
rendah, yaitu volume semprot antara 1 5 liter/hektar. Formulasi ULV
umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra
rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus (Djojosumarto, Panut,
2008).
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1
Universitas Sriwijaya
3) Kuisioner.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: 1) Sampel
pestisida yang didapatkan.
3.3
Parameter
Adapun parameter yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
tersebut?
Bagaimana intensitas penyemprotan dari pestisida tersebut?
Bagaimana gejala penyemprotan atau efek terhadap hama, penyakit, dan
5.
6.
penggunanya?
Apakah dampak kerugian jika OPT tersebut tidak dikendalikan?
Apakah dosis yang digunakan sesuai dengan aturan pada kemasan
pestisida?
7. Bagaimana cara pengaplikasian pestisida tersebut dilakukan oleh petani
(safety)?
Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Adapun hasil yang didapat setelah penyurveian dilakukan di Kelurahan Griya
Merk Dagang
Bahan Aktif
Formulasi
OPT sasaran
Ziflo 90 WP
Ziram 90 %
Wettable Powder
Fungisida
Bion M 1/48 WP
Asibensolar-S-meti
Wettable Powder
Fungisida
Wettable Powder
Insektisida
1% dan mankozeb
48%
3
Furadan 3GR
Karbofuran 3 %
Proclaim 5 SG
Insektisida
5%
5
Regent 50SC
Fipronil 50 g/l
Emulsifiable
Insektisida
Cocentrate
6
Primaton 400 EC
Nonilfenol
etoxilat Emulsifiable
Insektisida
Universitas Sriwijaya
10
400g/l
4.2
Cocentrate
Pembahasan
Dapat kita lihat bahwa dari beberapa hasil yang telah kita lakukan untuk survey
Universitas Sriwijaya
11
sel
dan
jaringan
tanaman.
Adapun
dampak
kerugian
yang
ditimbulkan
yaitu: terganggunya proses fotosintesis tanaman, terganggunya proses absorbsi unsur hara
dan mineral tanah, kegagalan panen, penurunan nilai ekonomis.
Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yang dapat merusak
tanaman budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak kerugian akibat
serangan hama tersebut adalah : gagal panen, menurunnya jumlah produksi tanaman,
pertumbuhan tanaman yang terganggu, menurunkan nilai ekonomis hasil produksi,
kerugian bagi para petani, terjadinya alih fungsi lahan, degradasi agroekosistem,
munculnya resistensi dan returgensi hama.
Pada proses pengaplikasian pestisida atau penyemprotan pestisida, petani
melakukannya sesuai dengan aturan (safety) yang telah dianjurkan, karena jika tidak
sesuai dapat membahayakan pengguna. Sedangkan menurut Wudianto (2005), dalam
melakukan penyemprotan perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.
Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan disemprot.
Alat semprot bervolume kecil untuk areal yang luas, tentu kurang cocok
2.
3.
4.
5.
ultraviolet.
Jangan melakukan penyemprotan di saat angin kencang karena banyak
pestisida yang tidak mengena sasaran. Juga jangan menyemprot dengan
melawan arah angin, karena cairan semprot bisa mengenai orang yang
menyemprot.
Universitas Sriwijaya
12
6.
7.
melakukan penyemprotan.
Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas
8.
cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.
Penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian
Universitas Sriwijaya
13
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil praktikum tersebut
anatara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
disemprotkan.
Angka pada merk pertisida menunjukkan bahwa itu merupakan bahan
aktif. Misalnya, Masoil 800 EC berarti dalam pestisida tersebut terdapat
bahan aktif Bined petroleum dioxalate 800 gr/liter.
5.2
Saran
Saran saya terhadap praktikum kali ini adalah yang pertama kita harus
luruskan niat kita bahwa mempelajari ini bukanlah semata-mata mencari nilai yang
kemudian tertera pada ijazah, namun kita juga haruslah bertujuan untuk menggali
ilmunya, karena dengan ilmu yang kita dapat maka akan mempermudah kita dalam
memcerdaskan diri kita dan masyarakat yang nantinya menjadi tugas kita dalam
memperbaikinya.
Universitas Sriwijaya
14
Dan yang kedua janganlah merasa puas atas apa yang telah kita dapatkan
namun berusahalah tetap menggali ilmu dari sumbermanapun. Terkait formulasi ini
penting karena jika kita tidak paham dalam penggunaannya akan besar dampak yang
akan kita rasaka.
Universitas Sriwijaya
15
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
16
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya