Anda di halaman 1dari 70

KEBIJAKAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)


KONSTRUKSI BIDANG PU
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
1

Outline

Latar Belakang

Kasus Kegagalan Konstrukai dan Kecelakaan Kerja

Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU

Pembinaan SMK3

Latar Belakang
Kondisi Kecelakaan Kerja Konstruksi
Kerentanan Proyek Konstruksi
Tantangan Kedepan

KECELAKAAN KERJA DI
BERBAGAI NEGARA

Perbandingan Tingkat Kecelakaan


Kerja Fatal tahun 2002

NDUSTRI UTAMA YANG MENYUMBANG KECELAKAAN FATAL

GENERAL FACTORIES; 33%


CONSTRUCTION; 54%
SHIP BUILDING AND SHIP REPAIRING; 13%

Country / Region

Occupational
Fatality Rate #

Sweden

1.2

United Kingdom

1.3

Australia

2.0

USA (2000)

2.2

EU15 Average

2.5

Japan

2.6

Singapore (2004)

4.9

Taiwan (2001)

6.9

Hong Kong SAR

8.6

Malaysia

10.8

# Kecelakaan kerja fatal / 100,000 pekerja


Sumber : MOM Singapore

4 4

Indonesia

23

TINGKAT KECELAKAAN KERJA DI


INDONESIA

PERTAM BANGAN; 3% KEHUTANAN; 4%


LAINNYA; 21% TRANSPORTASI; 9%

PROPORSI INDUSTRI TERHADAP GDP


GROWTH GDP (X10 T)

ACCIDENT RATE
M ANUFAKTUR; 32%
KONSTRUKSI; 32%

135,000

94,736

96,314

98,711

83,714

49,460

2007

54,949

2008

61,048

2009

68,585

2010

99,491
75,360

2011

101,010
84,410

2012

Sumber: BPS, 2013, Jurnal 2009 dan www.nakertrans 5

90,730

2013

Proporsi kecelakaan kerja


di industri konstruksi
paling tinggi dibandingkn
industri lain (32%)
meskipun proporsinya
hanya 10% dari GDP
nasional

DATA KECELAKAAN KERJA


(2009 2013)
192911
Series 3
96314

2009
Sumber : PT Jamsostek

98711

2010

99491

2011

103000

2012

2013

DAMPAK KECELAKAAN KERJA


LEVEL MAKRO:
Competitiveness Index
Biaya kecelakaan kerja 4%
PDB 2013

LEVEL MESO:
Performance Corporate

LEVEL MIKRO:
Project delay
Cost over run
Human aspect: injury,
fatality
Sumber: ILO, 2003; Chen, et al 2004; Courtney,
2007, Hoosseinian, 2012, Hinze 1997)

COUNTRY RANGKING
FATAL ACCIDENT RATE vs COMPETITIVENESS

Bimtek SMK3 2011

KERENTANAN PROYEK
KONSTRUKSI

KERENTANAN
PROYEK

PELAKSANAAN
PROYEK
KONSTRUKSI

ELEMEN/FAKTO
R

MANUSIA

PERALATAN

MANDOR

ORGANISASI

KECELAKA
AN KERJA

MANAJEMEN

LINGKUNGAN

KERENTANAN FAKTOR MANUSIA


1. Mobilisasi pekerja dalam jumlah besar dengan :

unskill labor, tidak bersertifikasi


pengalaman kerja yang sangat kurang
umur pekerja di bawah ketentuan

2. Proses rekrutment dengan sistem mandor :

Latar Belakang Pendidikan

Tidak ada kontrak kerja


Sistem kontrak kerja harian
Upah yang minim tanpa perlindungan/jamina kerja

Keikutsertaan
3. Turn over labor yang
cukup tinggi

Magister
(S2)
Sarjana(S1)
Diploma (D3)
SMA/sederaj
at
SMP/sederaj
at
SD/sederajat
Tidak tamat
SD

10

dalam Training
Pernah Menigkuti
Training
Tidak Pernah

KERENTANAN FAKTOR PERALATAN


1.

2.

3.
4.

11

Penggunaan peralatan
kerja berat (heavy
equipment) misalnya :
Crane, scaffolding,
bekesting/ platform,
steiger/ladder.
Sistem pengadaan
peralatan outsourcing,
tanpa pengaturan
tentang spesifikasi
dalam perjanjian kerja.
Tidak dilakukan uji laik
fungsi alat.
SOP dan SOM
peralatan kerja yang
kurang

KERENTANAN FAKTOR
ORGANISASI
1. > 80 % pekerjaan di serahkan ke
sub-kontraktor menimbulkan
organisasi proyek yang kompleks.
2. Rantai pasok (supply chain) pada
dasarnya mendorong terjadinya
perbedaan antara para pekerja
(fragmentation of the workforce)
3. Safety culture yang masih kurang
4. Law enforcement: penalty system
yang tidak dijalankan dengan baik.

12

KERENTANAN FAKTOR
MANAJEMEN
1. Metode the conventional on- site
dengan penanganan secara
manual (manual handling)
2. Pengaturan kontrak keselamatan
kerja tidak mengatur tanggung
jawabkeselamatan kerja antara
pemilik (owner), perancang
(designer) serta pelaksana
(contractor).
3. Tidak adanya program pelatihan
bagi pekerja;
4. Kurangnya prosedur keselamatan
kerja
13

KERENTANAN FAKTOR
LINGKUNGAN
1. Lingkungan kerja bersifat
out
door/open
space
sangat dipengaruhi oleh
lingkungan
sekitanya,
seperti cuaca
2. Lokasi kerja banyak di
ketinggian.
3. Ruang kerja yang terbatas

14

PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
KEMENTERIAN PU-PERA

1400
80
70
60
50
40
30
Anggaran 17.58
20
(Triliun Rp) 10
0

73.14
51.2 53.17

74.2

1200

384

1000

37.12

800
Dana
600 Rp)
(Triliun

227
275.5

400
200

340

0
Rencana 2015-2019

Tahun
Sumber: PUSDATA KemenPU

Sumber: Bappenas, 2014

15

Peruma
han

TOTAL=
1.226,5 T

PAKET PEKERJAAN
INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN
PUPERA
15.070

16
14
12

11.934

12.735

13.613

13.700

2013

2014

10

8.393
Jumlah
Paket Pekerjaan

8
6
4
2
0
2010

2011

2012

Tahun

Sumber: PUSDATA KemenPU

16

prediksi 2015

KASUS KEGAGALAN KONSTRUKSI


DAN KECELAKAAN KERJA
Kasus Kegagalan dan Kecelakaan Kerja
Konstruksi

Perilaku dan Kondisti Tidak


Aman
17

Runtuhnya Plat Lantai Pada Proyek Ruko di


Samarinda (3 Juni 2014)
Hasil observasi

Terdapat dua bangunan kembar yang


membujur dari utara ke selatan, 17
petak ruko 3 lantai panjang 103 m,
lebar 25 m
Pembukaan bekisting pada tiang/kolom
di lantai 2 pada kondisi masih basah
dan dalam keadaan retak retak.
(Sumber pekerja Sunarto - tidak berani
melapor kepada mandor karena takut.
Pekerja tidak dilengkapi APD dan
shelter
Pada struktur tidak ada dilatasi
Tidak ada Rambu-rambu maupun Alat
Pengaman Kerja mis: pagar pengaman
maupun jaring pengaman/safety net
PT. Varia Dwi Tunggal (penyedia jasa)
belum terdaftar menjadi anggota
LPJKD

Bangunan (Rumah Kantor) yang runtuh

Korban terjepit lantai/plat beton

Ukuran tiang perancah


dolken bervariasi.

Robohnya Proyek Pembangunan Jembatan Penghubung


Gedung Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah DKI- Jakarta
(3 November 2014)
Hasil observasi

Terdapat beberapa macam/jenis scafolding


yang dipakai sebagai penyangga, kondisinya
sudah tidak layak pakai:
Kondisi scafolding banyak yang sudah
keropos dan ada beberapa yang sudah
bolong;
Scafolding yang terpasang di dekat
jembatan roboh kondisinya banyak yang
tidak lurus/bengkok;
Pemasangan Scafolding tidak dilengkapai
dengan bracing, sehingga scafolding
mudah bengkok/tidak stabil.
Tidak seluruh area jembatan ditopang
dengan scafolding, karena dibawah
jembatan masih ada akses jalan untuk
kendaraan roda empat yang melintas
sesekali.
Terlihat bekisting pada balok dan bekisting
pada tiang/pilar belum dilepas.

Bekisting balok dan tiang masih terpasang

19

Rangkaian scafolding terlihat bengkok dan


tanpa diperkuat dengan bracing

kayu yang masih tertancap paku di letakkan


sembarangan

Scafolding sudah tidak layak pakai (bolong)

tidak adanya pegangan pada tangga


20

Kecelakaan pada Pembangunan Drainase di


Jalan Alternatif Cibubur (9 November 2014)
Hasil observasi

Lingkup pekerjaan: jacking


sepanjang 1.771 m dengan
kedalaman 6-9 m, diperlukan 28 titik
galian untuk manhole, termasuk
normalisasi saluran sepanjang 400
m dengan menggunakan beton
precast;
Tanggal kecelakaan: Sabtu tanggal
09 November 2014 pukul 05.20 WIB
terjadi kecelakaan sepeda motor
yang menabrak pagar pengaman
dan masuk ke lubang galian
PIT/MH14 dari 28 PIT / MH yang
sedang dikerjakan
Tidak adanya rambuh pengaman,
lampu rotary, signam man dan pagar
pengaman yang cukup.
21

Robohnya Jembatan Kutai Kertanegara di


Kalimantan Timur (Nopember 2011)

Runtuhnya Kanopi Stadion Tenis di Riau


(September 2012)

Runtuhnya Plat Tangga Pada Proyek GOR Koja di


Jakarta (September 2013)

RUNTUHNYA GROGOL FLY OVER

25

Runtuhnya Grogol Fly Over

26 3

Pekerja di tempat ketinggian tanpa pengaman


(Pembangunan Gedung Penataan Ruang dan
Fasilitas Penunjang Kampus Pekerjaan Umum
di Komplek Kementerian Pekerjaan Umum,
Dari 192.911 orang yang mengalami
2014)kecelakaan kerja, sebanyak 34,43%
penyebab kecelakaan kerja dikarenakan posisi tidak aman atau ergonomis
dan sebanyak 32,12 persen pekerja tidak memakai peralatan yang safety
(PT. Jamsostek, 2013)

contoh kasus perilaku dan kondisi tidak aman

27

6/24/15

31

6/24/15

32

TIDAK ADA PERHITUNGAN BEBAN

33

Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU


Dasar Hukum
Faktor Kunci
Permen PU No. 5/2014

34

DASAR HUKUM
UU No. 18/1999 : Jasa Konstruksi
Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindung tempat kerja dan lingkungan, untuk
mewudujkan tertib penyeelnggaraan konstruksi.

PP N0 29/2000 jo PP59/2000 : Penyelenggaraan Jasa Konstruksi


Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, penyelenggara
pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang :
keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasil
pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan
standar atau norma yang berlaku;
keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.

PP No. 30/2000 : Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi


Pengawasan dialkukan guna tertib usaha, tertib penyelenggaraan, tertib pemanfaatan Jasa
Konstruksi mengenai: . Ketentuan keteknikan pekerjaan konstruksi, ketentuan keselamatn
dan kesehatan kerja, keselamatan umum
35

ABILITY TO INFLUENCE SAFETY ON A PROJECT


High

Conceptual Design
Detailed Engineering

Ability to
Influence
Safety

Procurement
Construction
Start-up

Low
Start date

Project Schedule

(Source: Szymberski,
1997)

End date

36

FAKTOR KUNCI KEGAGALAN


PENERAPAN SMK3
PENYELENGGARAAN KONTRUKSI
PERENCANAAN
KONSEPTUAL DAN STUDI
KELAYAKAN

Tidak direkrut
Konstruksi
Iidentifikasi
dilakukan;

PERANCANGAN

petugas/ahli

bahaya

K3

K3
tidak

Tidak ada perhitungan biaya K3


dalam HPS

PENGADAAN

K3 tidak masuk
dala dokumen
pelelangan dan
kriteria evaluasi;
Tidak
dipersyaratkan
keterlibatan
pegutas/ahl K3;
RK3K tidak
menjadi bagian
dari kontrak
Tidak ada alokasi
biaya SMK3

37

KONSTRUKSI

OPERASI DAN
PEMELIHARAAN

Pengguna
tidak
paham SMK3;
RK3K tidak ada
dalam kontrak;
Penyedia tidak
patuh aturan dan
prosedur
keteknikan dan
mutu;;
Tidak merekrut
Ahli / Petugas K3
dalam konsultan
pengawas,
kontraktor.
Tidak dilakukan
inspeksi K3

DEKONSTRUKSI
ATAU KONVERSI

Penyedia
Jasa
telah
memiliki
sertifikat
SMK3
perusahaan akan
tetapi
dalam
implementasinya
belum optimal;
Pelaksanaan
SMK3
Penyedia
Jasa yang berKSO
belum
terintegrasi;
Tidak ada uji laik
fungsi alat dan
prosedur
SMK3
Konstruksi
Tenaga kerja tidak
berseriifikasi.

FAKTOR KUNCI KEGAGALAN


KONSTRUKSI DAN KECELAKAAN KERJA

PERENCANAAN KONSEPTUAL DAN STUDI


KELAYAKAN & PERANCANGAN
Tidak direkrut petugas/ahli K3 Konstruksi;
Identifikasi bahaya K3 dan Program SMK3 tidak
diinternalisasi dalam metoda pelaksanaan konstruksi;
Tidak dilakukan perhitungan biaya K3 sebagai bagian
biaya proyek.
38

FAKTOR KUNCI KEGAGALAN


KONSTRUKSI DAN KECELAKAAN KERJA

PEMILIHAN PENYEDIA BARANG DAN JASA


Identifikasi bahaya dan potensi bahaya K3 tidak dimuat dlama
dokumen pelelangan;
Rencana Mutu dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak
menjadi bagian dari dokumen penawaran;
Tidak direncanakan rekrutmen petugas/ahl K3;
RK3K tidak menjadi bagian dari indikator evaluasi pelelangan
dan bagian dari kontrak;
Pokja tidak memiliki kemampuan untuk mengevaluasi SMK3
dalam dokumen penawaran;
Tidak memperhitungkan biaya SMK3 (termasuk dalam HPS)
39

FAKTOR KUNCI KEGAGALAN


KONSTRUKSI DAN KECELAKAAN KERJA

PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Tidak dilakukan inspeksi SMM, SMK3L secara terintegrasi;
Sertifikasi perusahaan (ISO 9000/OHSAS/ISO 14000) tidak menjamin penerapan
sistem dalam setiap pelaksanaan proyek
Tidak ada alokasi pembiayaan SMK3;
Tidak patuh aturan (prosedur mutu, prosedur kerja, spesifikasi teknik, dll);
Tidak ada uji laik fungsi alat;
Pekerja tidak kompeten/bersertifikasi;
Tidak merekrut Ahli / Petugas K3 dalam organisasi konsultan pengawas, kontraktor;
Pelaksanaan SMK3 Penyedia Jasa yang ber-KSO belum terintegrasi;
Rantai pasok (supply chain) pada dasarnya mendorong terjadinya perbedaan
pengendalian kerja antara para pekerja (fragmentation of the workforce)

40

K3

HARUS
MENJADI

41

BUDAY
A

BUDAYA K3
DI INDONESIA

1. Pencanangan Bulan K3 setiap tgl 12 Januari sd 12


Februari.
2. Pemberian penghargaan K3 pada Gubernur,
Walikota/Bupati yg menerapkan K3 di wilayahnya,
dan penghargaan bagi Perusahaan yang nihil
Kecelakaan Kerja.
3. Mencanangkan seluruh perusahaan sudah
Berbudaya K3 pada tahun 2015
4. Membuat kesepakatan K3 secara nasional.

42

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014


TENTANG: PEDOMAN SMK3 KONSTRUKSI BID. PU

Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII

: Ketentuan Umum
: Maksud, Tujuan dan Ruang Lingkup
: Penerapan (SMK3) Konstruksi Bidang PU
: Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
: Biaya Penyelenggaraan (SMK3) Konstruksi Bidang PU
: Sanksi
: Ketentuan Penutup

LAMPIRAN:
Lampiran I : Tata Cara Penetapan Tingkat Risiko K3 Konstruksi
Lampiran II : Format Rencana K3 Kontrak (RK3K)
Lampiran III
: Format Surat Peringatan, Surat Penghentian
Pekerjaan dan Surat Keterangan Nihil Kecelakaan
Kerja

BAB I KETENTUAN UMUM


Ahli K3 dan Petugas K3
4. Ahli K3 Konstruksi :
Tenaga teknis yang mempunyai kompetensi khusus di bidang
K3 Konstruksi dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi SMK3 Konstruksi yang dibuktikan dengan
sertifikat pelatihan dan kompetensi yang diterbitkan oleh
lembaga atau instansi yang berwenang sesuai dengan UndangUndang.

5. Petugas K3 Konstruksi :
Petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau
organisasi
Penyedia
Jasa
yang
telah
mengikuti
pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU,
dibuktikan
dengan
surat
keterangan
mengikuti
pelatihan/bimbingan teknis SMK3 Konstruksi Bidang PU.

BAB I KETENTUAN UMUM


Biaya SMK3 dan Rencana K3 Kontrak ( RK3K )
10. Biaya SMK3 Konstruksi Bidang PU :
Biaya yang diperlukan untuk menerapkan SMK3 dalam setiap
pekerjaan konstruksi yang harus diperhitungkan dan
dialokasikan oleh Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa.
11. Rencana K3 Kontrak (RK3K) :
Dokumen lengkap rencana penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang PU dan merupakan satu kesatuan dengan
dokumen kontrak suatu pekerjaan konstruksi, yang dibuat
oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna Jasa, untuk
selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara
Penyedia
Jasa
dengan
Pengguna
Jasa
dalam
penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU)

Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan berdasarkan potensi


bahaya.
1. Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya dan/atau
mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang dan/atau nilai
kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah);
Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya tinggi wajib melibatkan Ahli
K3 konstruksi.
2. Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya
dan/atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang dan/atau
nilai kontrak dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).
Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya rendah wajib melibatkan
Petugas K3 konstruksi.

BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU
Tahap Pra Konstruksi
1) Rancangan Konseptual (Studi Kelayakan, Survei dan Investigasi)
wajib memuat telaahan aspek K3.
2) Penyusunan Detailed Engineering Desain (DED) wajib :
a. mengidentifikasi bahaya, menilai Risiko K3 serta
pengendaliannya pada penetapan kriteria perancangan dan
pemilihan material, pelaksanaan konstruksi, serta Operasi dan
Pemeliharaan;
b. mengidentifikasi dan menganalisis Tingkat Risiko K3 dari
kegiatan/proyek yang akan dilaksanakan.

BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU
Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

1. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat


persyaratan K3 Konstruksi yang merupakan bagian dari
ketentuan persyaratan teknis.
2. Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus memuat
ketentuan tentang kriteria evaluasi RK3K.
3. Untuk pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi, wajib
dipersyaratkan rekrutmen Ahli K3 Konstruksi dan dapat
dipersyaratkan sertifikat SMK3 perusahaan.
4. Pada saat aanwijzing, potensi, jenis, identifikasi bahaya K3 dan
persyaratan K3 Konstruksi wajib dijelaskan.

BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU
Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

5. Apabila Penyedia Jasa tidak memperhitungkan biaya K3


Konstruksi atau rencana biaya K3 Konstruksi yang diperhitungkan
ternyata tidak mencukupi untuk pelaksanaan program K3 maka
Penyedia Jasa tetap wajib melaksanakan program K3 Konstruksi
sesuai dengan RK3K yang telah disetujui oleh PPK.
6. Penyedia Jasa yang telah ditetapkan sebagai pemenang, wajib
melengkapi RK3K dengan rencana penerapan K3 Konstruksi
untuk seluruh tahapan pekerjaan.

BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU
Tahap Pelaksanaan Konstruksi

1. RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan


pekerjaan konstruksi/ Pre Construction Meeting (PCM) oleh
Penyedia Jasa, untuk disahkan dan ditanda tangani oleh PPK
dengan menggunakan Format pada Lampiran 2.
2. RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan
penerapan SMK3 pada pelaksanaan konstruksi.

BAB III
PENERAPAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PU
Tahap Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan
1. Pada saat pelaksanaan uji coba dan laik fungsi sistem (testing
dan commissioning) untuk penyerahan hasil akhir pekerjaan, Ahli
K3 Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi harus memastikan bahwa
prosedur K3 telah dilaksanakan.
2. Laporan Penyerahan Hasil Akhir Pekerjaan wajib memuat
hasil kinerja SMK3, statistik kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, serta usulan perbaikan untuk proyek sejenis yang akan
datang.

BAB IV
TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
PEJABAT ESELON I

1. Bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 Konstruksi


Bidang PU untuk pekerjaan konstruksi di lingkungan Unit Kerja
Eselon I yang bersangkutan;
2. Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria sesuai
kebutuhan penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU di
lingkungan unit kerjanya, mengacu pada ketentuan teknis yang
berlaku;
3. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penilaian Aspek
K3 Konstruksi dalam proses Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

BAB IV
TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
PEJABAT ESELON I
4. Melakukan koordinasi hasil penerapan SMK3 Konstruksi
Bidang PU di lingkungan unit kerjanya dengan Badan Pembinaan
Konstruksi untuk selanjutnya diteruskan kepada Menteri;
5. Apabila ditemukan hal-hal yang sangat berbahaya, maka
dapat memberi peringatan atau meminta PPK untuk
memberhentikan pekerjaan sementara sampai dengan adanya
tindakan perbaikan.

TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN


WEWENANG
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
1. Menerapkan SMK3 Konstruksi Bidang PU untuk setiap paket
pekerjaan konstruksi;
2. Mengidentifikasi
Konstruksi;

dan

menetapkan

potensi

bahaya

K3

3. Dalam mengidentifikasi bahaya dan menetapkan potensi bahaya


K3 Konstruksi, PPK dapat mengacu hasil dokumen perencanaan
atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi;
4. Menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang didalamnya
memperhitungkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
PU;

TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN


WEWENANG
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
5. Dalam melakukan pengawasan pelaksanaan RK3K dan evaluasi
kinerja SMK3 Konstruksi Bidang PU, PPK dibantu oleh Ahli K3
Konstruksi/Petugas K3 Konstruksi dari internal dan/atau eksternal
organisasi PPK;
6. Memberi surat peringatan secara bertahap kepada Penyedia Jasa
apabila Penyedia Jasa tidak melaksanakan RK3K yang telah
ditetapkan, dengan menggunakan contoh format sesuai Lampiran 3.1 dan
Lampiran 3.2;
7. Menghentikan bagian pekerjaan yang dinilai berisiko K3 apabila
peringatan ke-2 tidak ditindaklanjuti oleh Penyedia Jasa, dengan
menggunakan contoh format sesuai Lampiran 3.3;

TUGAS TANGGUNG JAWAB DAN


WEWENANG
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
8. Dalam kondisi Penyedia Jasa melakukan pekerjaan yang dapat
berakibat fatal, PPK dapat menghentikan pekerjaan sampai upaya
pengendalian telah dilakukan secara memadai;
9. Segala risiko kerugian akibat penghentian pekerjaan sebagaimana
pada pasal 11 huruf d, 12 huruf e, 13 huruf c, 14 huruf d, 15 huruf e,
dan pasal 16 huruf k dan huruf l menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa;
10. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja konstruksi,
apabila PPK tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada huruf k, huruf l dan/atau huruf m di atas;

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


POKJA ULP
1. Memeriksa kelengkapan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan
memastikan bahwa biaya SMK3 telah dialokasikan dalam
biaya umum.
2. Apabila HPS belum mengalokasikan biaya SMK3 Konstruksi
Bidang PU, maka Pokja ULP wajib mengusulkan perubahan
kepada PPK untuk dilengkapi.
3. Menyusun dokumen pemilihan Penyedia Barang/Jasa
sesuai kriteria yang didalamnya memuat:
. Uraian Pekerjaan;
. Potensi Bahaya;
. Identifikasi bahaya K3;

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


PENYEDIA JASA PERENCANA KONSTRUKSI

Tugas dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa


Perencana Konstruksi meliputi membuat
telaahan aspek K3 dalam perencanaan
pekerjaan konstruksi bidang PU.

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


PENYEDIA JASA KONSTRUKSI
1. Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3
Konstruksi termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi
pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu
sebelum batas akhir pemasukan penawaran;
2. Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
3. Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:
.
Menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau disebut Pre Construction
Meeting (PCM);

TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG


PENYEDIA JASA KONSTRUKSI

Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang


mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3 Konstruksi
untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya K3 Rendah.
Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari
biaya umum;

4. Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU


sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir kegiatan;
5. Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan
setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;

BAB V
BIAYA PENYELENGGARAAN
SMK3 KONSTRUKSI
1. Biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU dialokasikan
dalam biaya umum yang mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan promosi K3;
c. Alat pelindung kerja;
d. Alat pelindung diri;
e. Asuransi dan perijinan;
f. Personil K3;
g. Fasilitas sarana kesehatan;
h. Rambu-rambu; dan
i. Lain-lain terkait pengendalian risiko K3.

LAMPIRAN

1. Tingkat Risiko K3
2. Format RK3K Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
3. Format Surat Peringatan Pertama

62

4 PEMBINAAN SMK3

63

PEMBINAAN SMK3
Penerbitan NSPK
Peningkatan Kapasitas: TOT, Bimtek
Pendampingan Penerapan SMK3
Monitoring dan Evaluasi Penerapan
SMk3
64

Ahli K3 di Indonesia
KUALIFIKASI

JUMLAH (orang)

Ahli Muda

4.658

Ahli Madya

62

Ahli Utama

16
Total

Sumber: A2K4 Indonesia, 2014


65

4.736

Petugas K3 Pengguna Jasa di Indonesia


No

Provinsi

Jumlah

No

Provinsi

Jumlah

NAD

19

NTT

38

Sumatera Utara

97

20

Kalimantan Selatan

62

Sumbar

43

21

Kalimantan Tengah

34

Sumsel

92

22

Kalimantan Barat

42

Riau

48

23

Kalimantan Timur

32

Kepri

117

24

Sulawesi Selatan

143

Jambi

25

Sulawesi Utara

29

Bangka Belitung

41

26

Sulawesi Tengah

48

Bengkulu

27

Sulawesi Barat

10

Lampung

32

28

Sulawesi Tenggara

44

11

Banten

38

29

Gorontalo

30

12

DKI Jakarta

224

30

Maluku

56

13

Jawa Barat

114

31

Maluku Utara

32

Papua

36

66

Sumber: BP Konstruksi,2014

14

Jawa Tengah

144

Petugas K3 Penyedia Jasa di Indonesia


No

Provinsi

Jumlah

No

Provinsi

Jumlah

NAD

82

18

Jawa Tengah

141

Sumatera Utara

93

19

DI Yogyakarta

214

Sumbar

125

20

Jawa Timur

107

Sumsel

119

21

Bali

133

Riau

106

22

NTB

166

Kepri

178

23

NTT

35

Jambi

95

24

Kalimantan Selatan

105

Bangka Belitung

110

25

Kalimantan Tengah

123

Bengkulu

20

26

Kalimantan Barat

120

10

Lampung

71

27

Kalimantan Timur

134

11

Banten

100

28

Sulawesi Selatan

303

12

DKI Jakarta

185

29

Sulawesi Utara

95

13

Jawa Barat

234

30

Sulawesi Tengah

100

67

Ahli K3 (Sebaran Provinsi) di Indonesia


No

Provinsi

Jumlah

No

Provinsi

Jumlah

NAD

20

18

Jawa Tengah

314

Sumatera Utara

100

19

DI Yogyakarta

154

Sumbar

83

20

Jawa Timur

392

Sumsel

400

21

Bali

150

Riau

100

22

NTB

80

Kepri

100

23

NTT

Jambi

24

Kalimantan Selatan

200

Bangka Belitung

25

Kalimantan Tengah

100

Bengkulu

75

26

Kalimantan Barat

281

10

Lampung

24

27

Kalimantan Timur

154

11

Banten

262

28

Sulawesi Selatan

115

12

DKI Jakarta

743

29

Sulawesi Utara

50

13

Jawa Barat

536

30

Sulawesi Tengah

70

68

PERCEPATAN SERTFIKASI PETUGAS K3

1. Surat Menteri PU Pera No. IK.02.11-Mn/620 tanggal 5


Desember 2014 tentang Sertifikasi Petugas K3:
Sertifikat sementara petugas K3 Konsturksi yang berlaku sampai
dengan November 2016, yang diberikan kepada personil dari
penyedia jasa yag telah mengikuti sosialisasi SMK3 Konstruksi.
2. Surat Kepala BP Konstruksi kepada ULP No.IK.02.11-Kk/69
Tanggal 26 Januari 2015 Perihal Pelaksanaan Sosialisasi SMK3
3. Surat Kepala BP Konstruksi kepada LPJK No.IK.02.11-Kk/68
Tanggal 26 Januari 2015 Perihal Pelaksanaan Sosialisasi K3

69

TERIMA KASIH

Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum


Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan 12210
Telp. 021-72786108 Fax. 021.7266637
http://bpksdm.pu.go.id/pppk
balai.pusbinpk@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai