Anda di halaman 1dari 6

Medical Compromised adalah suatu keadaan pasien dengan kelainan fisik atau psikis sehingga dalam

penanganan medis membutuhkan perhatian dan tindakan khusus agar tindakan yang dilakukan dalam
kedokteran gigi tidak merugikan dan membahayakan pasien.
Tujuan dilakukannya Medical Compromised antara lain:
a. Menstabilkan keadaan pasien
b. Mengurangi rasa nyeri dan cemas serta ketidaknyamanan pasien
c. Memberikan perawatan yang sesuai agar dokter gigi dapat lebih berhati-hati dengan adanya kondisi
sistemik pasien
d. Untuk dapat melanjutkan perawatan gigi yang dikeluhkan oleh pasien
e. Mengantisipasi dan mengendalikan situasi saat pemeriksaan dan perawatan
Penyakit dan kelainan yang berhubungan dengan Medical Compromised yang memiliki peranan penting
dalam mempertimbangkan rencana perawatan dalam Kedokteran Gigi, antara lain : kelainan perdarahan,
kelainan ginjal, kelainan pernapasan, kelainan jantung, kelainan saraf, dan kelainan hormone.
A. Hemofilia
Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah
dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang
artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal.
Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang
normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar
jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan
aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan.
Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian
organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
- Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama :
- Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan
pada darah.
- Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah
yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
- Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :
- Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas
asal Kanada
- Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah
yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.

Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang.
Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa.Hemofilia paling banyak di
derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang
hemofilia dan ibunya adalah pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. (Lihat penurunan
Hemofilia). Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan, akan tetapi
pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun pertama kelahirannya.
Tingkatan Hemofilia
Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :
Klasifikasi
Berat
Sedang
Ringan

Kadar Faktor VII dan Faktor IX di dalam


darah
Kurang dari 1% dari jumlah normalnya
1% - 5% dari jumlah normalnya
5% - 30% dari jumlah normalnya

Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari
1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan.
Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.Penderita hemofilia sedang lebih
jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas
tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan. Penderita hemofilia ringan lebih jarang
mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi,
cabut gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan
lebih pada saat mengalami menstruasi.
B. Leukemia
Produksi sel darah yang tidak terkontrol disebabkan oleh mutasi yang bersifat kanker pada sel
mielogen atau sel limfogen. Hal ini menyebabkan leukemia, yang biasanya ditandai dengan sel darah putih
abnormal yang sangat meningkat dalam sirkulasi darah. (Guyton & Hall, 2007)
Tipe Leukemia
Leukemia dibagi menjadi dua tipe umum : Leukemia Limfosit dan Leukemia Mielogenosa. Leukemia
limfositik disebabkan oleh produksi sel limfoid yang bersifat kanker, biasanya dimulai di nodus limfe atau
jaringan limfositik lain dan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Tipe leukemia yang kedua, leukemia
mielogenosa, dimulai dari produksi sel mielogenosa muda yang bersifat kanker di sumsum tulang dan
kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga sel darah putih diproduksi di banyak organ ekstramedularterutama di nodus limfe, limpa, dan hati.
Pada leukemia mielogenosa, kadang-kadang proses yang bersifat kanker itu memproduksi sel yang
berdiferensial sebagian, menghasilkan apa yang disebut dengan leukemia netrofilik, leukemia eosinofilik,

leukemia basofilik, atau leukemia monositik. Namun yang lebih sering terjadi adalah sel leukemia dengan
bentuk yang aneh dan tidak berdiferensiasi serta tidak identik dengan sel darah putih yang normal apapun.
Biasanya semakin sel tidak berdiferensiasi, maka leukemia yang terjadi semakin akut, dan jika tidak diobati
sering menyebabkan kematian dalam waktu beberapa bulan. Pada beberapa sel yang lebih berdiferensiasi,
prosesnya dapat berlangsung kronik, kadang-kadang begitu lambatnya sampai lebih dari 10 hingga 20 tahun.
Sel leukemia, khususnya sel yang sangat tidak berdiferensiasi, biasanya tidak berfungsi memberikan
perlindungan normal terhadap infeksi. (Guyton & Hall, 2007)
Pengaruh Leukemia Terhadap Tubuh
Efek pertama leukemia adalah pertumbuhan metastatik sel leukemik di tempat yang abnormal dari
tubuh. Sel leukemik dari sumsum tulang dapat berkembang biak sedemikian hebatnya sehingga dapat
menginvasi tulang di sekitarnya, menimbulkan rasa nyeri dan, pada akhirnya tulang cenderung mudah
fraktur.
Hampir semua sel leukemia akan menyebar ke limpa, nadus limfe, hati, dan daerah pembuluh darah
lainnya, tanpa menghiraukan leukemia itu berasal dari sumsum tulang atau nodus limfe. Efek umum dari
leukemia adalah timbulnya infeksi, anemia berat, dan kecenderungan untuk berdarah karena terjadi
trombositopenia (kekurangan trombosit). Berbagai pengaruh ini terutama diakibatkan oleh penggantian sel
normal di sumsum tulang dan sel limfoid oleh sel leukemik yang tidak berfungsi.
Akhirnya, pengaruh leukemia yang paling penting pada tubuh adalah penggunaan bahan metabolik
yang berlebihan oleh sel kanker yang sedang tumbuh. Jaringan leukemik memproduksi kembali sel-sel abru
dengan begitu cepat, sehingga timbul dengan kebutuhan makanan yang besar sekali dari cadangan tubuh,
khususnya asam amino dan vitamin. Akibatnya, energi pasien jadi sangat berkurang, dan penggunaan asam
amino yang berlebihan khususnya menyebabkan jaringan protein tubuh yang normal mengalami
kemunduran yang cepat. Jadi, sewaktu jaringan leukemik tumbuh, jaringan lain akan melemah. Setelah
mengalami kelaparan metabolik yang berkepanjangan, hal ini sudah cukup untuk menyebabkan kematian.
(Guyton & Hall, 2007)

C. Anemia
Anemia defisiensi hematin
1. Defisiensi besi
Defisiensi besi adalah penyebab dasar pada 500 juta kasus anemia di seluruh dunia. Besi dari
makanan diabsorbsi di usus halus bagian atas. Besi ditransportasikan dalam darah oleh transferin dan
disimpan dalam bentuk terikat dengan feritin.
Penyebab defisiensi besi adalah kehilangan darah dari slauran pencernaan atau saluran urogenital.
Kebutuhan besi yang meningka pada kehamilan dapat menyebabkan defisiensi besi maternal. Defisiensi besi
memiliki gambaran klinis penting yang berkaitan dengan anemia yaitu lelah, sesak napas, kaki dan
pergelangan kaki bengkak, membran mukosa pucat dan yang lebih sering terjadi defisiensi dalam jaringan
(stomatitis angularis, glositis).

Defisiensi besi dicurigai jika ditemukan anemia mikrositik(sel darah merah berukuran kecil) dan
hipokrom( sel darah merah dengan kadar hemoglobin berkurang). Kadar besi dan feritin dalam serum
rendah dan kapasitas ikat besi total (transferin)tinggi. Feritin merupakan protein fase akut yang kadarnya
bisa normal atau meningkat pada pasien dengan inflamasi, keganasan, penyakit hati, walaupun terdapat
defisiensi besi. Pemeriksaan yang yang lebih spesifik untuk memastikan defisiensi besi adalah kadar
reseptor trasferin dalam serum yang meningkat pada defisiensi besi
2. Defisiensi vitamin B12
Penyebab defisiensi vitamin B12 di Inggris paling sering adalah anemia pernisiosa dan penyebab
lainnya antara lain adalah malabsorbsi vit B12 pada ileum terminal. Dimana anemia jenis ini menyerang usia
sekitar 60 tahun. Pada anemia pernisiosa terdapat antibodi antara lain :
Sel parietal lambung, sehingga mengakibatkan gastritis autoimun dan mengurangi sekresi
faktor intrinsik
Faktor intrinsik, sehingga mencegah terjadinya pengikatan vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 memilki gambaran klinis seperti gejala anemia pada umumnya yaitu ikterus
ringan, glositis, dan penurunan berat badan. Anemia pernisiosa merupakan penyakit autoimun dan oleh
karena penyakit autoimun lainnya seperti vitiligo serta gangguan neurologis.
Sebagain besar pasien mengalami anemia makrositik dengan sumsum tulang megaloblastik (adanya
hambatan pematangan prekursor sle darah merah), trombositopenia sedang/ringan dan leukopenia sering
ditemukan. Pada defisiensi B12 ini ditemukan kadar vitamin B12 seru rendah dan ditemukan antibodi
terhadap faktor intrinsik.

3. Defisiensi folat
Defisiensi folat merupakan penyebab umum anemia makrositik. Folat terdapat dalam jumlah yang
banyak pada sayur berwarna hijau dan diabsorbsi terutama pada usus halus bagian atas. Defisiensi folat
dapat terjadi akibat :
Defisiensi dalam diet
Malabsorbsi, seperti pada penyakit seliaka
Kebutuhan yang meningkat drastis, misalnya pada anemia hemolitik
Kebutuhan yang meningkat, misalnya pada kehamilan
Obat antagonis folat, seperti metotreksat
Adanya anemia makrositik yang disertai rendahnya kadar folat dalam sel darah merah dan serum
menegakkan diagnosis dan sumsung tulang terliat megaloblastik.
II. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik, masa hidup sel darah merah lebih pendek daripada sel darah merah normal
yang dapat hidup sampai 120 hari. Walaupun sumsung tulang dapat meningkatkan produksi sel darah merah
sampai tujuh kali, namun jumlah ini tetap tidak mencukupi dan terjadilah anemia. Peningkatan sedemikian
besarnya pada produksi sel darah merah meningkatkan kebutuhan folat yang jika tidak terpenuhi dapat
memicu terjadinya defisiensi folat. Hemolisis dapat terjadi kongenital maupun didapat Gambaran klinis
yang umum adalah pucat, ikterus, splenomegali yang bervariasi.

Kelainan pemeriksaan laboratorium pada hemolisis menunjukkan tanda-tanda peningkatan jumlah


sel darah merah yang dihancurkan :
Peningkatan jumlah bilirubin plasma yang tidak terkonjugasi
Peningkatan kadar laktat dehidrogenase plasma yang telah dilepaskan dari sel darah merah
yang rusak
Kadar haptoglobin plasma yang rendah atau tidak ada sama sekali
1. Anemia hemolitik herediter, penyebabnya antara lain :
Sferositosis herediter
Penyakit dominan autosomal ini menghasilkan membran sel darah merah yang abnormal dan
biasanya timbul pada masa kanak-kanak dengan pucat dan seranga ikterus. Dan biasanya terdapat dalam
riwayat keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan sferosit(sel darah merah yang berukuran kecil, sferis,
berwarna gelap tanpa ada daerah pucat di tengah) tepatnya pada apus darah.
Defisiensi enzim sel darah merah
Defisiensi dari hampir enzim apapun yang terlibat dalam metabolisme glukosa sel darah merah dapat
mengakibatkan anemia hemolitik. Penyebab yang paling pentig adalah defisiensi glukosa-6-fosfat
dehidrogenase dan defisiensi piruvat kinase. Sebagian orang dengan defisiensi G6PD ini biasanya
asimptomatik sampai terjadi serangan hemolitik akut yang dipicu oleh infeksi dan jenis obat.
Defisiensi piruvat kinase
Merupakan penyakit resesif autosomal yang jarang terjadi. Gambaran klinis dapat bervariasi namun
kebanyakan timbul pada masa kanak-kanak dengan anemia dan ikterus. Splenomegali biasanya hanya
ringan. Ditemukan anemia hemolitik prickle cells yang aneh pada darah dan penurunan aktifitas PK yang
signifikan pada sel darah merah.
2. Anemia hemolitik didapat, penyebabnya antara lain :
Purpura trombositopenik trombotik (TTP)
Ditandai dengan adanya fragmen sel darah merah pada apus darah, trombositopenia, kelainan
neurologis, gangguan ginjal dan demam.Adanya kerusakan sel endotel dan agregasi trombosit merupakan
patogenesis penyakit purpura trombositopenik trombotik.
Sindrom uremik hemolitik
Ditandai dengan anemia hemolitik mikroangiopati, trombositopenia dan gangguan ginjal. Etioloinya
sering tidak diketahui namun yang paling sering adalah E.coli.
Hemolisis kardiak
Ini biasanya terjadi setelah penggunaan katup jantung prostetik dan disebabkan oleh kebocoran kecil
di sekitar katup. Pasien mengalami anemia dan apus darah ditemukan fragmentasi sel darah
Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun dapat disebabkan oleh antibodi panas atau dingin. Gambaran klinisnya
adalah kelelahan, letargi, kadang terjadi gagal jantung. Splenomegali sering ditemukan. Selain gambaran
klinis hemolisis, pada apus darah ditemukan sferosit dan pada beberapa kasus ditemukan aglutinasi sel darah
merah.
Hemolisis yang dimediasi antibodi panas

Biasanya diakibatkan pengikatan sel darah merah oleh IgG yang menyebabkan fagositosis di limpa.
Penyebabnya antara lain :
Idiopatik
Penyakit limfoproliferatif
Penyakit autoimun
Penyakit inflamasi usus
Obat-obatan
Hemolisis yang dimediasi antibodi dingin
Biasanya IgM dapat bersifat poliklonal dan timbul sebagai kosekuensi dari infeksi atau bersifat
monoklonal pada penyakit limfopriliferatif atau keadaan idiopatik-penyakit hemaglutinin dingin
Hemoglobinuria paroksismal dingin
Kelainan yang jarang terjadi ini biasanya sembuh dengan sendirinya, paling sering ditemukan pada
anak-anak dan sering didahului oleh riwayat penyakit akibat virus. Penyebabnya adala antibodi dingin IgG
poliklonal. (Davey, 2005 :304-309)

Anda mungkin juga menyukai