Proposal Asli
Proposal Asli
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap biaya operasional bagi rumah sakit, karena bahan logistik obat merupakan
salah satu tempat kebocoran anggaran. Untuk itu manajemen obat dapat dipakai
sebagai proses pengerak dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki untuk
dimanfaatkan dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat setiap dibutuhkan agar
operasional efektif dan efisien (Lilihata, 2011).
RSUD Prof Dr Aloei Saboe dibangun pada tahun 1926 dan dimanfaatkan sejak
tahun 1929 dengan nama RSU Kotamadya Gorontalo.Terkait dengan pengelolaan
obat di Instalasi farmasi adalah unit pelaksana penunjang pelayanan medis yang
merupakan unit bisnis strategis rumah sakit. Instalasi Farmasi RSUD Aloei Saboe
berusaha meningkatkan pelayanan obat dan Alkes BHP dan memberikan kontribusi
pendapatan kepada rumah sakit. Atas dasar itu, telah dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui: 1) kelayakan investasi pengembangan Instalasi Farmasi
RSUD Aloei Saboe dari aspek pasar; 2) kelayakan investasi pengembangan Instalasi
Farmasi RSUD Aloei Saboe dari aspek teknis; dan 3) kelayakan investasi
pengembangan Instalasi Farmasi RSUD Aloei Saboe dari aspek keuangan.
Penelitian ini membahas tentang mengevaluasi pengelolaan obat di instalasi
farmasi rumah sakit RSUD Aloei Saboe. Dengan latar belakang tersebut peneliti ingin
mengatahui bagaimana mengevaluasi pengelolaan obat dan di instalasi farmasi rumah
sakit di RSUD Aloei Saboe.
1. 1 Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara mengevaluasi pengelolaan meliputi perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat di instalasi farmasi rumah
sakit RSUD Aloei Saboe?
2. 2 Tujuan penelitian
BAB II
KAJIAN TEORITIS
optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah dan jenis perbekalan farmasi
dan alat kesehatan, dengan memanfaatkan sumbersumber yang tersedia seperti
tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tata laksana) dalam upaya
mencapai tujuan yang ditetapkan diberbagai tingkat unit kerja. Pengelolaan
perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakan suatu
siklus kegiatan yang dimulai perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara
satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan,
monitoring dan evaluasi (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Depkes RI, 2008).
Tujuan manajemen obat adalah tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik
mengenai jenis,jumlah maupun kualitas secara efesien, dengan demikian manajemen
obat dapat dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua
sumber daya yang dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan dalam rangka
mewujudkan ketersediaan obat setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif dan
efesien (Syair, 2008). Sukses atau gagalnya pengelolaan logistik ditentukan oleh
kegiatan di dalam perencanaan, misalnya dalam menentukan barang yang
pengadaannya melebihi kebutuhan, maka akan mengacaukan suatu siklus manajemen
logistik secara keseluruhan, akibatnya akan menimbulkan pemborosan dalam
penganggaran,
membengkaknya
biaya
pengadaan
dan
penyimpanan,
tidak
1. Menurut Yogaswara (2001) bahwa penyimpanan adalah kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di
dalam ruang penyimpanan.
2. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa penyimpanan obat adalah suatu kegiatan
pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
2.1.3
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Persentase stok mati, stok mati merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan item persediaan obat di gudang yang tidak mengalami transaksi
dalam waktu minimal 3 bulan.
6. Persentase nilai stok akhir, nilai stok akhir adalah nilai yang menunjukkan
berapa besar persentase jumlah barang yang tersisa pada periode tertentu, nilai
persentese stok akhir berbanding terbalik dengan nilai TOR7 (Sheina, 2008).
2.1.4
10
diletakkan di lantai (letakkan di atas palet, rak, lemari), Sumber listrik sejauh
mungkin, Ada alat pengukur suhu dan kelembaban, Alat deteksi kebakaran, apar, Ada
APD (Anonim 2012).
Penyimpanan narkotika dan psikotropika yakni pada gudang atau lemari
penyimpanan yang aman dan terkunci, gudang tidak boleh dimasuki orang tanpa izin
penanggung jawab. Penyimpanan produk rantai dingin; suhu area terjaga
(Penyimpanan < 25C (sejuk) : disimpan dalam ruangan ber-AC, penyimpanan
dingin disimpan dalam lemari pendingin (2-8C) untuk menyimpan vaksin dan
serum, chiller dan freezer (Penyimpanan 0C) khusus untuk vaksin OPV (Anonim,
2012).
Untuk penanganan sitostatika persyaratan ruang aseptik diantaranya aliran
serta partikel udara sangat dibatasi dan terkontrol, punya ruang cuci tangan,
diperhatikan jendela antara ruang, LAF, kelengkapan alat pelindung diri (seperti baju,
masker, sarung tangan, sepatu) dan adanya biological safety cabinet yakni alat
yang melindungi petugas, materi dan lingkungan sekitar (Anonim, 2008).
memiliki sumber listrik, air, AC, dan sebagainya. Communication, ruang
penyimpanan harus memiliki alat komunikasi misalnya telepon. Drainage, ruang
penyimpanan harus berada di lingkungan yang baikdengan sistem pengairan yang
baik pula. Security, ruang penyimpanan harus aman dari resiko pencurian dan
penyalahgunaan serta hewan pengganggu.Size, ruang penyimpanan harus memiliki
ukuran yang cukup untuk menampung barang yang ada. Accessibility, ruang
penyimpanan harus mudah dan cepat diakses (Seto, 2008).
2.1.5 Metode Distribusi Obat untuk Pasien Rawat Inap
Sistem floor stock lengkap Adalah suatu sistem pengelolaan dan distribusi obat sesuai
dengan yang ditulis oleh dokter pada resep obat yang disiapkan oleh perawat dan persediaan
obatnya juga berada di ruang perawat dan langsung diberikan pada pasien diruang rawat
inap tersebut.
11
pengemasan control
12
Adapun Farmasi rumah sakit system pengadaan obat trbagi atas 2 yaitu:
A.Tender terbuka
1.
Berlaku untuk semua rekanan yg terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
2.
Pada penentuan harga, metode ini lebih menguntungkan tetapi memerlukan waktu
yanglama, perhatian lebih, dan staff yang kuat.
Biasanya dilakukan oleh RS negri dengan dana dari APBN/APBD. Untuk
melakukantender terbuka ini perlu sebuah panitia tersendiri dan penilaian yang
mantap terhadapdistributor (mutu produk dan harga).
Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai kriteria yang telah
ditetapkan,karena biasanya pengumumannya lewat media cetak maupun
elektronik. Pada penentuanharga, metode ini menguntungkan karena harga
dapat ditekan, namun butuh waktu yanglama, serta perhatian penuh.
B. Tender tertutup
1. Hanya dilakukan pada rekanan tertentu yang sudah terbatas dan punya riwayat
baik.
2. Harga masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja lebih ringan daripada
lelangterbuka.
Hanya dilakukan untuk rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan punya riwayat
yang mudah dan bila ada obat yang kadaluarsa dapat dikembalikan. .Penentuan harga
masih dapat dikendalikan, tenaga dan beban kerja pun lebihringan bila dibandingkan
lelang terbuka.
C. Kontrak
1. Dilakukan pendekatan dengan rekanan terpilih ,terbatas tidak lebih dari 3rekanan
untuk penentuan harga.
2. Ada tawar menawar untuk pencapaian spesifik harga.
13
untuk
14
15
16
17
b) Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat
penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
4. Klasifikasi berdasarkan kapasitas tempat tidur Rumah sakit pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan kapasitas tempat tidur sesuai pola berikut:
a) Di bawah 50 tempat tidur
b) 50 99 tempat tidur
c) 100 199 tempat tidur
d) 200 299 tempat tidur
e) 300 399 tempat tidur
f)
Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program pelatihan
dalam bidang medik, bedah, pediatrik dan bidang spesialis lain.
b)
Rumah sakit non pendidikan adalah rumah sakit yang tidak memiliki afiliasi dengan
universitas disebut rumah sakit non pendidikan.
6. Klasifikasi berdasarkan status akreditasi
18
Rumah sakit berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah
diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh suatu badan
sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah sakit telah
memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pertama
kali dibangun pada tahun 1926 dan dimanfaatkan sejak tahun 1929 dengan nama
Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo . Awalnya berupa satu gedung yang
terdiri dari 4 (empat) ruangan, yaitu : Apotik, Poliklinik dan Rawat Inap. Tahun demi
tahun bangunan ditambah dan sejak akhir PELITA I (1978) dilaksanakan
pembangunan Rumah Sakit,baik fisik maupun non fisik. Pada tahun 1979, Rumah
Sakit Umum Kotamadya Gorontalo ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 51/Men.Kes/SK/II/79 sebagai Rumah Sakit
Kelas C yang memenuhi persyaratan 4 (empat) Spesialis Dasar. Pada tanggal 17
September tahun 1987 Rumah Sakit Umum Kotamadya Gorontalo berubah nama
menjadi Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo berdasarkan
Surat Keputusan Walikotamadya Gorontalo Nomor 97 Tahun 1987 Nama tersebut
diambil dari nama salah seorang perintis kemerdekaan Putera Gorontalo yang banyak
berjasa dalam bidang Kesehatan. Pada Tahun 1991-1992 Rumah Sakit Umum Prof.
DR. H. Aloei Saboe ketambahan jenis pelayanan yaitu Spesialis Mata dan Tahun
1995 ketambahan Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT). Pada tanggal 31
Agustus 1995 Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Gorontalo mengusulkan
kenaikan kelas Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H. Aloei Saboe dari kelas C ke kelas B
Non pendidikan.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Gorontalo Nomor : 315
tanggal 25 Maret tahun 2002 Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H.Aloei Saboe
19
merupakan bagian dari Organisasi Tata Kerja Pemerintah Kota Gorontalo yaitu Badan
Pengelola Rumah Sakit Umum Prof. Dr. H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Tepatnya tanggal 19 Maret Tahun 2001 dilaksanakan peletakan Batu Pertama
pembangunan Gedung Baru Rumah Sakit Umum Prof. DR. H. Aloei Saboe dan
tanggal 19 Maret 2005 dimanfaatkannya Gedung Baru Rumah Sakit Umum Prof. DR.
H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang awalnya berlokasi di Jalan Sultan Botutihe
Nomor 7 Kelurahan Heledulaa Selatan Kecamatan Kota Timur telah berpindah
alamat di Jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi Timur Kecamatan
kota utara.
Pada tanggal 29 Januari 2009 Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo ditetapkan sebagai Rumah Sakit kelas B berdasarkan SK MENKES Nomor
084 / MENKES/SK/I/2009.
Status pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe sejak
bulan Desember 2009 telah ditetapkan sebagai penyelenggaraan pola pengelolaan
keuangan BLU Daerah (PPK-BLUD) melalui surat keputusan Walikota Gorontalo
Nomor : 318 Tahun 2009 tanggal 30 Desember 2009.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi proses pengelolaan obat untuk
menilai system pengelolaan obat. Mengumpulkan data melalui LPLPO ( Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat. Untuk data kualitatif (naturalistik)
yang diperoleh melalui wawancara disajikan secara tekstual dalam kalimat
diskriptif terutama evaluasi mengenai system pendukung yang terkait.
3.2 Populasi dan Sampel
21
melibatkan
semua
indera
(penglihatan,
pendengaran,
baik
melalui
tatap
muka
atau
lewat
telephone,
22
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
2. Anonim, 2012, Media Komunikasi K3 RSUP Dr. Sardjito, 7 April 2012
3. Azis, S., Herman, M. J., dan Munim, A., 2005, Kemampuan Petugas
Menggunakan Pedoman Evaluasi Pengelolaan dan Pembiayaan Obat,
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.2, Agustus 2005, 24.
4. Badan
Pengawas
Obat
dan
Makanan,
2001,
Pengelolaan
Obat
23
5. Depkes
RI.,
2004,
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI