TINJAUAN PUSTAKA
4
Universitas Sumatera Utara
Acetobacter xylinum membutuhkan unsur makro dan mikro. Unsur makro terdiri atas
karbon dan nitrogen.
Sebagian dari kebutuhan akan karbon tersebut sudah dapat diperoleh dari
dalam air kelapa dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya sukrosa, glukosa,
fruktosa, dan lain-lainnya. Sementara nitrogen juga dapat diperoleh dari protein yang
terkandung dalam air kelapa, meskipun dalam jumlah yang kecil.
Air kelapa yang baik adalah yang diperoleh dari kelapa tua optimal, tidak
terlalu tua dan tidak pula terlalu muda. Dalam air kelapa yang terlalu tua, terkandung
minyak dari kelapa yang dapat menghambat pertumbuhan bibit nata Acetobacter
xylinum.
Sebaliknya, air kelapa yang masih muda belum mengandung mineral yang
cukup di dalamnya, sehingga kurang baik apabila digunakan sebagai bahan
pembuatan nata (Pambayun R.,2002).
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi air kelapa muda dengan air kelapa tua
Sumber air kelapa
(dalam 100 g)
Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Besi
Asam askorbat
Air
Bagian yang dapat
dimakan
(Sumber : Palungkun, 1999)
Markisa Ungu
33,5
37,1
29,4
13,1
3,86
7,49
4,95
2,42
2.2.1 Acetobacter
Acetobacter. adalah bakteri yang digunakan untuk membuat cuka. Dalam
membuat cuka, gel seperti membran selalu ditemukan pada permukaan larutan.
Material ini berkembang menjadi selulosa. Selulosa ini berasal dari bakteri yang
dinamakan selulosa bakteri (Philip G.O. dan William P.A., 2000).
2.2.3
Acetobacter Xylinum
Bakteri pembentuk nata termasuk kedalam golongan Acetobacter, yang
mempunyai ciri ciri antara lain: sel bulat panjang sampai batang (seperti kapsul),
tidak mempunyai endospora, sel selnya bersifat gram negatif, bernafas secara aerob
tetapi dalam kadar yang kecil (Pelczar dan Chan,1988).
Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang membentuk nata
(krim) karena adanya kandungan air sebanyak 91,23%, protein 0,29%, lemak 0,15%,
karbohidrat 7,27%, serta abu 1,06% di dalam air kelapa. Selain itu, terdapat juga
nutrisi-nutrisi berupa sukrosa, fruktosa, dan vitamin B kompleks yang terdiri dari
asam nikotinat 0,01 g, asam patrotenat 0,52 g, biotin 0,02 g, riboflavin 0,01 g,
dan asam folat 0,003 g per ml, nutrisi-nutrisi tersebut merangsang pertumbuhan
Acetobacter xylinum untuk membentuk Nata (Moss M.O., 1995).
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu
fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian. Adapun tahap tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam
kondisi normal dapat dilihat pada gambar 2.9
Bobot
sel
c
Bobot
nata
Pembentukan nata
a
waktu
Gambar 2.2.2 Tahap tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dalam
kondisi normal
a. Fase adaptasi
Begitu dipindahkan ke media baru, bakteri Acetobacter xylinum tidak langsung
tumbuh dan berkembang. Pada fase ini, bakteri akan terlebih dahulu menyesuaikan
diri dengan substrat dan kondisi lingkungan barunya. Fase adaptasi bagi Acetobacter
xylinum dicapai antara 0 24 jam atau 1 hari sejak inokulasi.
g. Fase kematian
Pada fase ini, sel dengan cepat mengalami kematian, dan hampir merupakan
kebalikan dari dase logaritmik. Sel mengalami lisis dan melepaskan komponen yang
terdapat di dalamnya (Nurwantoro,1977).
2.2.4.
1.
Sifat Morfologi
Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang
mempunyai panjang 2 mikron dan lebar 0,6 mikron, dengan permukaan dinding yang
berlendir. Bakteri ini bisa membentuk rantai pendek dengan satuan 6 8 sel.
Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang
masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah
tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel dan koloninya.
Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan membentuk
lapisan pelikel dan dapat dengan mudah diambil dengan jarum ose.
2. Sifat Fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, dan propil
alkohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam
asetat menjadi CO 2 dan H 2 O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri ini adalah
memiliki
kemampuan
mempolimerisasi
glukosa
hingga
menjadi
selulosa.
Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Faktor
faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah
ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, dan ketersediaan oksigen.
a. Sumber karbon
Sumber karbon yang dapat digunakan dalam fermentasi nata adalah senyawa
karbohidrat yang tergolong monosakarida dan disakarida. Sementara yang paling
banyak digunakan berdasarkan pertimbangan ekonomis, adalah sukrosa atau gula
pasir.
b. Sumber Nitrogen
Sumber nitrogen bisa digunakan dari senyawa organik maupun anorganik. Bahan
yang baik bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum dan pembentukan nata adalah
ekstrak yeast dan kasein. Namun, amonium sulfat dan amonium fosfat (di pasar
dikenal dengan ZA) merupakan bahan yang lebih cocok digunakan dari sudut
pandang ekonomi dan kualitas nata yang dihasilkan. Banyak sumber N lain yang
dapat digunakan dan murah seperti urea.
d. Temperatur
Adapun suhu ideal (optimal) bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum
adalah 280C 310C. Kisaran suhu tersebut merupakan suhu kamar. Pada suhu di
bawah 280C, pertumbuhan bakteri terhambat. Demikian juga, pada suhu diatas 310C,
bibit nata akan mengalami kerusakan dan bahkan mati, meskipun enzim ekstraseluler
yang telah dihasilkan tetap bekerja membentuk nata.
e. Udara (Oksigen)
Bakteri Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Dalam pertumbuhan,
perkembangan, dan aktivitasnya, bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Bila
kekurangan oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan dalam pertumbuhannya
dan bahkan akan segera mengalami kematian. Oleh sebab itu, wadah yang digunakan
untuk fermentasi nata, tidak boleh ditutup rapat. Untuk mencukupi kebutuhan
oksigen, pada ruang fermentasi nata harus tersedia cukup ventilasi.
2.3. Nata
Nata berasal dari Spanyol yang berarti krim (cream). Jadi Nata adalah krim
yang berasal dari kelapa. Krim ini dibentuk oleh mikroorganisme Acetobacter
xylinum melalui proses fermentasi. Mikroorganisme ini membentuk gel pada
permukaan larutan yang mengandung gula (Palungkun,R.,1999).
Defenisi nata adalah suatu zat yang menyerupai gel, tidak larut dalam air dan
terbentuk pada permukaan media fermentasi. Nata adalah jenis nata dengan media
fermentasi dari air kelapa. Nata dibuat dengan memanfaatkan air kelapa untuk
difermentasikan secara aerob dengan bantuan mikroba (Hidayat, 2006).
c. Perebusan
Perebusan dilakukan sampai mendidih dan dipertahankan selama 5 10 menit
untuk meyakinkan bahwa mikroba kontaminan telah mati, dan juga menyempurnakan
pelarutan gula pasir dan ammonium sulfat yang ditambahkan.
d. Penambahan Cuka
Tujuan penambahan cuka/asam asetat
kelapa dari sekitar 6,5 sampai mencapai pH 4,3. Kondisi pH 4,3 merupakan kondisi
optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum.
e. Pendinginan
Pendinginan paling baik dilakukan dengan cara membiarkan cairan dalam
nampan selama satu malam. Hal ini sekaligus untuk mengecek ada tidaknya
kontaminan yang tumbuh pada cairan.
2.3.2
Fermentasi Nata
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktifitas mikroba penyebab fermentasi
pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan
perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan
bahan pangan tersebut. Hasil-hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis bahan
pangan (substrat), macam mikroba dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme mikroba ( Winarno F.G.,1992 ).
2.4 Selulosa
Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan
ditemukan di dalam dinding sel pelindung tumbuhan, terutama pada tangkai, batang,
dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan. Selulosa membentuk
komponen serat dari dinding sel tumbuhan. Molekul selulosa merupakan rantai
rantai atau mikrofibril dari Dglukosa sampai sebanyak 14000 satuan yang terdapat
sebagai berkas-berkas terpuntir mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan
hydrogen (Fessenden J.R.,1986).
2.4.1
Aplikasi Nata