Anda di halaman 1dari 14

Askep Batu Ginjal

BATU GINJAL
I. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung komponen
kristal dan matriks organik.
(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam kolises dan atau
pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam urat, oksalat atau kalsium.

B. KOMPOSISI DAN JENIS BATU YANG TERDAPAT DALAM GINJAL


Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,
asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang
komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya
batu residif.
Jenis Batu dalam Ginjal
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan
resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor
paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada
pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh,
kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine
dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat.
Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal
dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan
oksalat.
b. Batu Struvit

Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea
(uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh
penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik
(sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi
terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari
atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
C. ETIOLOGI
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat diketahui.
Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya hiperparatirodisme yang dapat
meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadangkadang dapat pula disebabkan oleh infeksi
bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus, beberapa pseudoenonas,
staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada
daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
D. MANIFESTASI KLINIK
Obstruksi.
Peningkatan tekanan hidrostatik.
Distensi pelvis ginjal.
Rasa panas dan terbakar di pinggang.
Kolik.

Peningkatan suhu (demam).


Hematuri.
Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.
Nyeri hebat
1. Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah kolik ureteral
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
d. Obstruksi retensi urine

E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahui secara pasti, akan
tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana apabila air seni jenuh
akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak, dimana tukak ini
menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat menempelnya partikel-partikel batu pada
inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan menetralkan muatan dan
meyebabkan terjadinya pengendapan.
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau
benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk
kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam
saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau
keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal

permanen (gagal ginjal).


F. KOMPLIKASI
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau
pengangkatan batu ginjal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai batu. Hampir
semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak.
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi:
Foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB).
USG atau excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography
tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL,
pengobatan metformin, dan myelomatosis.
CT Scan
IVP
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
Retrograde atau antegrade pyelography
Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
Scintigraphy
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH
urin.
Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada keadaan
demam.
Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko metabolik.
H. PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu
saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ Lithotripsi
Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di khalik ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu

Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis
ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter yang tersumbat,
menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan suatu alat
Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser,
lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat
dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus
ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
c. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu terletak di
dalam ginjal.
Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
1. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan susu dan keju
dari diit, kalium fosfat asam ( 3 6 gram tiap hari) mengurangi kandungan kalsium di dalam
urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah
cranberry ( 200ml, 4 kali sehari ) mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah
larut dalam urin.
2. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 5 gram kalium fosfat
asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
3. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine harus
dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali
sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu
asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada
penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu ginjal
menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi
yang cukup, perhatikan terhadap urine out put, pencegahan terhadap distensi dan
pendarahan dan perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya.
Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan
suasana urine menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat.
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria.
4. Rendah purin.
Diet ini diberikan pada pasien yang menderita penyakit ginjal asam urat dan gout.
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II.KONSEP
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk.
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi.
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah
baring lama).
2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat.
3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya.
- Penrunan volume urine.
- Rasa terbakar, dorongan berkemih.
- Diare.
Tanda:
- Oliguria, hematuria, poliuria.
- Perubahan pola berkemih.
4. Makanan dan cairan:
Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen.
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat.
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup.
Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus.
- Muntah.
5. Nyeri dan kenyamanan:
Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan).
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi.
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit.
6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alcohol.
- Demam/menggigil.
7. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis.
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
1. Nyeri b/d distensi pelvis renalis.
2. Perubahan pola eliminasi urin b/d obstruksi.
3. Resti infeksi b/d M.O dan statis urin.
4. Kekurangan vol. cairan b/d mual dan muntah.
Post operasi
1. Nyeri b/d luka insisi.
2. Resti infeksi b/d invasi M.O.
3. Kerusakan integritas kulit b/d luka insisi.
4. Bersihan jalan napas inefektif b/d efek anastesi.
5. Pola napas inefektif b/d penurunan ekspansi paru karena efek anastesi.
6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual karena efek anastesi.
7. Anxietas b/d prosedur, kondisi, prognosis dan terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin. EGC: Jakarta.
Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem perkemihan.
Salemba Medika: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
EGC: Jakarta.

ASKEP UROLITHIASIS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno
dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang
saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah
karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di
dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan
batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter),
perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Urolhitiasis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien urolhitiasis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Urolithiasis
2. Untuk Mengetahui Etiologi Urolithiasis
3. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Urolithiasis
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Urolithiasis
5. Untuk Mengatahui Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis
6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Urolithiasis
7. Untuk Mengetahui Komplikasi Urolithiasis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Urolithiasis
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth, 2002, hal. 1460).
2.2 Etiologi Urolithiasis
1. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2. Faktor Ektrinsik meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu) Iklim dan temperatur
2. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih.
3. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih
4. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik
(sedentary life).
2.3 Manifestasi Klinis Urolithiasis
a. Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
piala ginjal serta ureter proksimal
2. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang

terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron)
ginjal.
3. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
1. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
2. Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
3. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih
sedangkan pada pria mendekati testis.
4. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal
dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
5. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
6. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
7. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
8. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine
2.4 Patofisiologi Urolithiasis
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti.
Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari
intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi :
pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu
asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa
terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum
kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau
pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang
kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi
ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga
terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi
penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.
2.5 Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis
a. Urinalisa :
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus
renalis, tumor,kegagalan ginjal).
PH : normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),
Urin 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat),
kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,
BUN hasil normal 5 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen.
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
b. Darah lengkap :
Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang,
meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan

abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).


f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
2.6 Penatalaksanaan Urolithiasis
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak menimbulkan
penyumbat yang lebih berat. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur :
1. Istirahat cukup
2. Perbanyak masukan cairan air putih
3. Diet rendah kalsium dan rendah garam
4. Disesuaikan jenis batu misal: Batu kalsium yang perlu dibatasi: ikan teri, bayam, coklat, kacang, teh, strowberry.
Batu asam urat yang perlu dibatasi: jeroan, otak, makanan yang banyak mengandung purin
5. Medikamentosa:
a. Bila ada infeksi, beri antimikroba yang sesuai infeksi
b. Hipositraturi: kalium sitrat
c. Hiperkalsiuri: tiazid
d. Batu sistin: D-penicillamine
6. Operasi : bila ada obstruksi atau batunya besar
7. ESWL: cara memecah batu dengan gelombang syok,dilakukan pada batu berukuran < 2 cm sampai sebesar pasir
sehingga dapat dikeluakan secara spontan.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan
pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
Aktivitas harian yang cukup
Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi
lebih asam.
2. Rendah purin, Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu ginjal asam urat dan gout. Kadar
purin makanan normal untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah 600-1000 mg/hari.
3. Rendah Kalsium Tinggi Sisa Asam, Diet ini diberikan kepada pasien batu kalsium ginjal. Asupan makanan yang
baik untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah kalori, protein, zat besi, vitamin A, tiamin, dan vitamin C yang
cukup dengan syarat jumlah cairan 2.500 ml/hr dan rendah kalsium untuk menurunkan kadar kalsium dalam urine.
4. Diet Tinggi Sisa Asam, Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu sistin dan asam urat.
Komposisi makanan yang cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin. Nilai gizi yang harus diberikan adalah kalori
sebanyak 2.006, protein 55 g, lemak 64 g, karbohidrat 317 g, kalsim 0,8 g, besi 19,3 g, vitamin A 12,912 SI, tiamin
1,2 mg, dan vitamin C 299 mg.
Makanan yang boleh diberikan :
a. Sumber hidrat arang, nasi, makanan gelas sehari, roti 4 potong, kentang, ubi, singkong, kue, dari tepung
maizena, hunkwe, tapioca, agar-agar, selai, dan sirop.
b. Sumber protein hewani : daging, 50 gr atau telur 2 butir sehari dan susu
c. Lemak : minyak, mentega, dan margarine
d. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25 gr, tahu, tempe, atau oncom 50 gr/hari
e. Sayuran : semua jenis sayuran paling sedikit 300 gr/hari
2.7 Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu gi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajin
A. Identitas

1. Nama :
2. Umur : Paling sering 30 50 tahun
3. Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria
4. Alamat : Tinggal di daerah panas
5. Pekerjaan : perkerja berat
B. Keluhan Utama
1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
3. Bekerja di lingkungan panas.
4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
5. Olahragawan.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Nyeri
2. Mual / Muntah
3. Hematuria
4. Diare
5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia
E. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Pernah menderita urolitiasis
2. Riwayat ISK dalam keluarga
3. Riwayat hipertensi
Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi kesalahan konsepsi atau kesalahan
informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.
F. Dasar Dasar Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala: Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya. (contoh penyakit tak sembuh,
cedera medulla spinalis).
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.
3. Eliminasi
Gejala : Obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan
kemih.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen.
Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu.
Tanda : Demam dan menggigil.
6. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK Kronis. Riwayat penyakit usus
halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
7. Pemeriksaan Fisik
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi blas
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan
peradangan.
3. Resiko tinggi terhadap cidera saluran perkemihan b.d adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
4. Resiko infeksi b.d iritasi kandung kemih

5. Gangguan kebutuhan volume cairan lebih dari kebutuhsn tubuh berhubungan dengan retensi natrium
6. Gangguan Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d peningkatan asam lambung
3.3 Intervensi
1. DX-1 :Nyeri berhubungan dengan Iritasi Blass
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam skalh nyerih berkurang
Kriteria Hasil:
1. Skala nyri berkurang (2-4)
2. Waja rileks
3. TD normal (120/80 mmHg)
4. Nadi Normal ( 60-100)
5. Mampu tidur dengan normal.
INTERVENSI RASIONAL
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti:
peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar. Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan
proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat
menimbulkan gelisah, takut/cemas
masase ringan/kompres hangat pada Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti punggung,
lingkungan yang tenang) Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas. Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi
otot
Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
Analgetik,
Antispasmodik,
Kortikosteroid Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental
Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.
Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan
tekanan ginjal dan infeksi
2. DX 2 : Perubahan eliminasi urin b.d iritasi pada kandung kemi
Tujuan : setelah dilakukam tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien dapat berkemi dengan normal
K.H :
Input dan output cairan normal
Pola berkemi normal
Intervensi Rasional
Mengamati karakteristik urine, volume urin saat berkemi, bau dan warna. Memberikan informasi tentang fungsi
ginjal, dan adanya komplikasi.
Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
Kalkulus dapat menyebabkan ekstibilitas yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera
Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
periksa semua urine catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa Penemuan batu
memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat kesadaran
Akumulasi sisa uremik dank e tidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di SSP.
Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh BUN, elektrolit, kreatinin Peninggian BUN,kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.
3. DX 3 :Resiko tinggi terhadap cidera saluran perkemihan b.d adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam tidak terdapat batu pada saluran perkemihan.

K.H :
1. Warna, bau, dan PH urin normal
2. Tidak terdapat batu pada saluran perkemihan
3. Tidak nyeri pada saat berkemih
Intervensi Rasional
Pantau urine warna,bau, PH urin.
- Untuk deteksi dini terhadap masalah.
Saring semua urine,observasi terhadap kristal. Simpan kristal untuk dilihat dokter kirim ke laboratorium
Untuk mendaptakan data- data keluarnya batu,perubahan diet yang didasari oleh komposisi batu
Konsultasi dengan dokter bila pasien sering berkemih,jumlah urine sedikit dan terus menerus,perubahan urine.
menunjukkan perkembangan obstruksi dan kebutuhan intervensi progresif.Temuan-temuan ini
Berikan obat-obatan sesuai program untuk mempertahankan PH urine tepat. Dengan perubahan PH urine /
peningkatan keasamaan / alkalinitas,factor solubilitas untuk batu dapat di control.
4. DX : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan iritasi kandung kemih
Tujuhan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam tidak tidak ada tanda-tanda infeksi
K.H :
Suhu tubuh normal (37c)
Meningkatnya penyembuh kandung kemih
Tidak ada penumpukan urin dikandung kemih
Intervensi Rasional
Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi,
takikardia, demam, takipnea Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, kehilangan
cairan dari sirkulasi, dan rendahnya status curah jantung.
Awasi haluaran urine. Oliguria terjadi sebagai akibat penurunan perfusi ginjal, toksin dalam sirkulasi mempengaruhi
antibiotik.
Kaji suhu tiap 4 jam, serta adanya nyri yang timbul. Peningkatan suhu dan timbulnya nyri menunjukan adanya
infeksi.
Pasang slang kateter Slang kateter berfungsi untuk mengeluarkan urin dalam kandung kemih, sehingga ada
penumpukan urin yang menyebabkan infeksi pada kandung kemih.
Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi mengintervensi tindakan selanjutnya.
5. DX : Gangguan Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam keb cairan pasien kembali normal
K.H :
o Input dan output cairan normal
o Tidak ada edema
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan membandingkan pengeluaran actual dan yang diantisipasi membantu
dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal
kurangi pemasukan cairan mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis
Kaji adanya odema Odema menunjukan adanya penimbunan cairan yang berlebih
Identifikasi output urin Untuk membantu intervensi dalam pemberian Input cairan.
6. DX : Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d peningkatan asam lambung
Tujuan : keb nutrisi terpenuhi
K.H :
Napsu makan membaik
Tidak terjadi hipoproteinmia
Porsi makan yang dihidangkan dihabiskan
Intervensi Rasional
Catat intake dan output makanan secara akurat Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Kaji adanya anoreksia, hipoproteinmia, diare Gangguan nutrisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi
edema intestinal.
Memberikan asupan makanan sedikit tapi sering. Memperbaiki status nutrisi klien

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake cairan yang kurang, aktivitas yang
kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan
gejala yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah nyeri dan
gangguan pola berkemih.
3.2 SARAN
Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang proses
terjadinya batu dan pencegahannya, sehingga pasien dan keluarga dapat mengerti dan bekerja sama untuk
mendapatkan kesembuhan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylynn E, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Hanafi.2009.Asuhan Keperawatan Urolitihasis.(online), (http://oketips.com/9369/Askep Urulitihasis/, 25 Maret
2013).
Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi Volume 1.Jakarta:EGC
Sofyan, Rohyan.2009.Makalah Urolitihasis.(online), (http://athultocm.wordpress.com/khusus-akbid/Patofisiologi
Urolitihasis/, diakses 4 April 2013)

Anda mungkin juga menyukai