KONSEP DASAR
A. Pengertian
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVK) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner
& suddarth , 2002 )
Stroke adalah sindrome klinis yang pada awalnya timbul mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologi fokal dan global yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak non traumatik.
( Mansjoer, Arief, 2000)
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah tertentu ( Hudak Gallow, 1996 ).
Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir (Corwin, 2000 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke
hemoragik adalah keadaan penyakit yang diakibatkan oleh karena adanya
gangguan pada pembuluh darah serebral yang diakibatkan adanya perdarahan
serebral dapat menimbulkan kematian.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem persyarafan utama manusia terbagi atas 2 bagian yaitu sistem syaraf
pusat (otak) dan sistem syaraf tepi (tulang belakang).
1.Otak (sistem syaraf pusat)
(Derisky, 2009)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata),
dan jembatan varol
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak.
Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area
motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan,
membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area
tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.
Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di
bagian belakang.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjarkelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus
yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.
c. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan.
d. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian
kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum
tulang belakang.
e. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan
respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti
bersin, batuk, dan berkedip.
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap
yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut
tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang
belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat
badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari
sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.
( matakuliahpsikologi.dekrizky.com/search/sistem+saraf+wikipedia - Tembolok )
Sistem saraf tepi system saraf terdiri : system saraf sadar dan system saraf tak
sadar ( Sistem Saraf Otonom ) system saraf sadar mengontrol aktivitas yang
kerjanya diatur oleh otak , sedangkan saaf otonom mengontrol aktivitas yang
tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung ,gerak saluran pencernaan dan
sekresi keringat.
b.
c.
empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,
dan 10, yang mempunyai fungsi masimg-masing sebagai berikut:
1) N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak
dibagian atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis
superior.
2) N. Optikus
Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf
eferen sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan
dari otak ke perifer.
3) N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon.
Saraf ini berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata
10
4) N. Trochlearis
Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi
muskulus oblique yang berfungsi memutar bola mata
5) N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf
maxilaris dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf
sensoris dan motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada
wajah dan sebagian kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan
meningen.
6) N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus
rectus lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata
dapat digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial
seperti pada Strabismus konvergen.
7) N. Facialias
Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen
berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf
eferent untuk otot wajah.
8) N.Statoacusticus
Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf
keseimbangan
11
9) N.Glossopharyngeus
Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung
serabut sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otototot pharing untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori
khusus mengurus pengecapan di lidah. Disamping itu juga
mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang lidah,
pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah.
10) N.Vagus. Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris
yang mempersarafi otot-otot pharing yang menggerakkan pita suara,
b) komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c)
komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat
dalam tubuh
11) N.Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus
ambigus dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C
1-2-3.
Saraf
ini
mempersarafi
muskulus
Trapezius
dan
Sternocieidomastoideus.
12) Hypoglosus
Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi
otot-otot lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar
ventrikularis IV dan menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi.
12
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus
vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan
rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh
karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut
saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling
penting.Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf
gabungan . berdasrkan asalnya ,saraf sumsum tulang belakang
dibedakan atas 8 pasang saraf
13
Simpatik
1. mengecilkan pupil
1. memperbesar pupil
3. memperlambat
3. mempercepat
denyut
jantung
denyut
jantung
4. membesarkan bronkus
4. mengecilkan bronkus
5. menstimulasi
5. menghambat
sekresi
kelenjar pencernaan
6. mengerutkan
kemih
kantung
sekresi
kelenjar pencernaan
6. menghambat
kontraksi
kandung kemih
14
C. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari:
Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan
kedalam jaringan otak atau seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah
penghentian suplai darah ke otak .
Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :
1. Hemoragi obstrudural
2. Hemoragi subdural
3. Hemoragi subakhranoid
4. Hemoragi intraserebral
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit jantung
iskemik :
1. Usia
2. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita
post monophous sama resiko dengan pria
3. Hipertensi
4. DM
5. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
6. Koagulopati
karena
berbagai
komponen
darah
antara
lain
hiperfibrinogenia
7. Keturunan
8. Hipovolemia dan syook
( Aru W, Sedoyo dkk, 2006)
15
D. Patofisiologi
Penyakit serebrovaskuler mengacu pada abnormal fungsi susunan
syaraf pusat yang terjadi ketika suplai darah nornal ke otak terhenti. Patologi
ini melibatkan arteri, vena, atau keduanya.
Sirkulasi serebral mengalami kerusakan sebagai akibat sumbatan
partial atau komplek pada pembuluh darah atau hemoragi yang diakibatlan
oleh robekan dinding pembuluh.
Penyakit vaskuler susunan syaraf pusat dapat diakibatkan oleh
arteriosklerosis ( paling umum ) perubahan hipertensif, malformasi, arterivena, vasospasme, inflamasi arteritis atau embolisme.
Sebagai akibat penyakit vaskuler pembuluh darah kehilangan
elastisitasnya menjadimkeras san mengalami deposit ateroma ,lumen
pembuluh darah secara bertahap tertutup menyebabkan kerusakan sirkulasi
serebral dsan iskemik otak.
Bila iskemik otak bersifat sementara seperti pada serangan iskemik
sementara, biasanya tidak terdapat defisit neurologi.Sumbatan pembuluh
darah
besar
menimbulkan
infark
serebral
pembuluh
ini,suplai
dan
pada
sisitem
mukuloskeletal
(s.motorik)sehingga
terjadi
16
arteri vetebra basilaris akan mempengaruhi fungsi dari otot facial (oral
terutama ini diakibatkan kerusakan diakibatkan oleh kerusakan N.VII
(fasialis), N.IX (glasferingeus) N.XII (hipoglakus),karena fungsi otot
fasial/oral tidak terkontrol maka akan terjadi kehilangan dari fungsi tonus otot
fasial/oralsehingga terjadi kehilangan kemampuan untuk barbicara atau
menyebuit kata-kata dan berakhir dangan kerusakan artikulasi,tidak dapat
berbicara (disatria). Pada penurunan aliran darah ke arteri vertebra basilaris
akan mempengaruhi fuingsi N.X (vagus) dan N.IX (glasovaringeus) akan
mempengaruhi proses menelan kurang ,sehingga akan mengalami refluk,
disfagia dan pada akhirnya akan menyebabkan anoreksia dan menyebabkan
gangguan nutrisi. Keadaan yang terkait pada arteri vertebralis yaitu trauma
neurologis atau tepatnya defisit neurologis. N.I (olfaktorius) , N.II
(optikus),N.III (okulomotorik),N.IV (troklearis), N.VII (hipoglasus) hal ini
menyebabkan perubahan ketajaman peng, pengecapan, dan penglihatan,
penghidungan.Pada
kerusakan
N.XI
(assesori)
pada
akhirnya
akam
lklinis awal ) .
17
2. Kehilangan komunikasi
a.Disartria
b.Difagia
c.Afagia
d.Afraksia
3. Gangguan konseptual
a. Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang pandang)
b. Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada
Pasien hemiplagia kiri )
c. Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk dengan
piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil dan auditori.
4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
a. Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan disfungsi
tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas, kesulitan
dalam komperhensi,cepat lupa dan kurang komperhensi.
b. Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,
bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5 . Disfungsi kandung kemih :
a. Inkontinansia urinarius transia
b. Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik
Dari kerusakan otak bilateral)
c. Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan
18
Kerusakan neurologisekstensif)
(Brunner & Suddart, 2002)
F. Penatalaksanaan
Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan
aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka
pengobatan yang diberikan yaitu :
a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi
Edema acak dan timbulnya kejang
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu
Serta berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis
bekuan darah atau perdarahan ulang.
3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
4. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :
c. Deuretik : untuk menurunkan edema serebral
d. Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya
trombosis
atau
emboli
dari
tempat
lain
dalam
sistem
kardiovaskuler
e. Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit
memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan
trombus dan embolisasi
(Brunner & Suddarth ,2002 )
19
G. Komplikasi
1. Kenaikan tekanan darah ( tinggi)
2. Kadar gula darah (tinggi)
3. Gangguan jantung
4. Infeksi / sepsis
( gangguan ginjal dan hati )
( cairan , elektrolit asam dan basa )
(Brunner & Suddarth, 2002)
H. Pengkajian fokus
1. Pengkajian Primer
a. Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
b. Breathing.
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
c. Sirkulasi
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
20
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Data subyektif :
1) kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
2) Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif :
1) Perubahan tingkat kesadaran.
2) Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis
(hemiplegia) , kelemahan umum
3) Gangguan penglihatan.
b.Sirkulasi
Data Subyektif: Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung,
disritmia, gagal jantung, endokarditis bakterial), polisitem
Data obyektif :
1) Hipertensi arterial
2) Disritmia, perubahan EKG
3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta
abdominal.
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
21
Data obyektif :
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan.
2) Kesulitan berekspresi diri.
d.Eliminasi
Data Subyektif:
1)
Inkontinensia, anuria
2)
e.Makan/minum
Data Subyektif:
1) Nafsu makan hilang.
2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
4) Riwayat
DM,
Peningkatan
lemak
dalam
darah.
Data obyektif:
1) Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum
dan faring)
2) Obesitas (faktor resiko).
f. Sensori Neural
Data Subyektif:
1) Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama
TIA).
22
kemampuan
mengenal
atau
melihat,
23
24
j.Interaksi social
Data obyektif: Problem bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
(Doenges E, Marilynn,2000).
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b.
25
26
J. Rencana Intervensi
Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan pendarahan intraserebri, oklusi otak,
vasospasme, dan edema, LED.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil : Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS : 4,5,6 pupil
isokor, refleks cahaya (+) tanda tanda vital normal (nadi : 60 100 x/menit, suhu : 36 36,7 0C, RR: 16
20 x/mnt.
Intervensi
Rasional
Mandiri
penyernbuhan.
bantal.
Monitor tanda-tanda status neurologis
dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital, seperti,
tekanan darah, nadi,
suhu, dan frekuensi pernapasan, Serta
hati-hati pada hipertensi sistolik
27
batasi pengunjung.
Kolaborasi
perhatian ketat.
Monitor AGD bila diperlukan
pemberian oksigen.
Steroid
Aminofel
Ar tibiotik
Tujuan terai:
Menurunkan pern.eabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri.
Menurunkan metabolik/konsumsi Bel dan kejang.
28
Kriteria hasil: Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi
meningkatnya kegiatan otot, Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi
Rasional
aktivitas.
sakit.
Lakukan gerak pasif pada ekstrenitas yang
sakit.
Pertahankan sendi 90 terhadap papan
kaki.
Inspeksi kulit bagian distal setiap hari.
Pantau kulit dan membran mukosaterhadap
Matras.
Bed Board (tempat tidur dengan alas
29
Rasional
Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan
30
kondisi memungkinkan.
Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan
konstipasi.
Kolaboratif
pemberian supositoria dan pelumas
feses/ pencahar.
konsultasikan ke dokter terapi okupasi.
Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.
Tujuan: Dalam Aiktu 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Tumor baik, asupa ) dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kumampuan menelan,
sonde dilepas, B5 meningkat 1 kg. Hb dan albimin dalam . batas normal.
Intervensi
Raslonal
31
sonde.
Tentukan kemampuan klien dalam
gravitasi.
Membantu dalam melatih kembali sensorik dan
meningkatkan kontrol muskular.
Penang.
Mulaialah untuk memberikan makan
terjadinya aspirasi
meminum cairan
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada homisfer otak, kehilangan control tonus fasial atau oral, dan kelemahan
secara umum
Tujuan : Dalam waktu 2 x 4 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap
32
masalah
Rasional
Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak Membantu menentukan kerusakan area pada otak dan
mengerti tentang kata-kata atau masalah menentukan kesulitan klien dengan sebagian atau
berbicara atau tidak mengerti bahasa seluruh proses komunikasi klien mungkin mempunyai
sendiri
Lakukan metode percakapan yang baik Klien dapat kehilangan kemampuan untuk memantau
dan lengkap beri kesempatan klien ucapannya, komunikasinya secara tidak sadar, dengan
untuk mengklarifikasi.
Katakan
untuk
mengikuti
mengenal
benda
tersebut
tetapi
tidak
mampu
menyebutkan namanya.
Perdengarkan bunyi yang sederhana Mengidentifikasi disatria komponen berbicara (lidah,
seperti sh..cat
gerakan, )
Suruh klien untuk menulis nama atau Menguji ketidakmampuan menulis (agrafia) dam
kalimat pendek, bila tidak mampu deficit membaca (aleksia) yang juga merupakan
untuk menulis suruh klien membaca bagian dari afasia reseptif dan ekspresif.
kalimat pendek
33
kenyamanan
yangberhubungan
dengan
Membantu
menurunkan
frustasi
oleh
karena
langsung
kepada
informasi.
Memajukan
stimulasi
tidak
dipaksa
untuk
mendengar,
tidak
hindari ucapan yang terlalu cepat. menyebabkan klien marah dan tidak menyebabkan
Berikan waktu klien untuk berespon
Anjurkan
pengunjung
rasa frustasi
untuk Menurunkan
isolasi
social
dan
mengefektifkan
kesempatan,
pengertian
untuk
percakapan
mempraktikkan
dan
keterampilan
Kolaborasi : konsultasikan ke ahli terapi Mengkaji kemampuan verbal individual dan sensorik
bicara
34
Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan tirah baring lama
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil : klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui penyebab dan cara
pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka.
Intervensi
Rasional
palpasi
daerah
sekitar
terhadap
kebersihan
kulit
( Doenges, 2000)
35
I.
Pathways Keperawatan
Hipertensi
Lesi pembuluh
darah/pecah
pembuluh darah
Aneurima,malformasi
arteriovenous
Perdarahan intraserebral
(Heroragi serebral )
Defisit Neurologis
Gangguan perfusi
jaringan serebral
Infark serebral
Difungsi persepsi
visual spafial dan
kehilangan sensorik
Resiko kerusakan
intregitas kulit
Kehilangan kontrol
volunter
Disfungsi bahasa
dan komunikasi
Hemiplegia dan
hemiparesis
Disartia afasia,
apraksia
Kerusakan
mobilitas fisik
Kerusakan kom
verbal
Disfungsi mototik
Kemampuan
menelan menurun
Pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan