PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai arthritis degenerative atau penyakit sendi
degenerative, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi, termasuk
tulang rawan artikular dan tulang subchondral. Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu
osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun
sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi
ringan.1
Osteoartritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan
menimbulkan gejala pada orang orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang
dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas
jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan
usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan
sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan
anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan
ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul
paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi
synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya
usia.1
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal tersebut,
OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan sangat lazim terjadi pada
orang di atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria.
Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu, seperti tulang belakang pada bagian
servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut, dan sendi phalangeal metatarsal. Sendi yang paling
sering terkena adalah sendi lutut. Di tangan, OA juga sering terjadi pada sendi interphalangeal
distal dan proksimal dan pangkal ibu jari. Biasanya sendi-send yang tidak rentan terkena OA
adalah pergelangan tangan, siku, dan pergelangan kaki. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang
telah disebutkan di atas dimungkinkan karena sendi- sendi tersebut mendapat beban yang
cukup berat dari aktivitas sehari-hari seperti memegang/menggenggam benda yang cukup
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Osteoarthrosis atau osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif
yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutu, dan
pergelangan kaki paling sering terkena OA.3
Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi-sendi
penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang
rawan sendi, yang merupakan hasil akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme
fisiologis maupaun patologis yang terjadi pada perendian.4
2.2.
Epidemiologi
OA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai terutama
pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun menggambarkan
OA pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala. Umur di
bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria
sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya Osteoarthritis pada
obesitas, pada sendi penahan beban tubuh.5
Prevalensi OA berbeda-beda pada berbagai ras. OA lutut lebih banyak terjadi
pada wanita Afrika Amerika dibandingan dengan ras yang lainnya. Terdapat
kecenderungan bahwa kemungkinan terkena OA akan meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Penyakit ini biasanya sebanding jumlah kejadiannya pada pria dan
wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah usia 55 tahun, cenderung lebih banyak terjadi
pada wanita. Sendi distal interfalangeal dan dan proksimal interfalangeal seringkali
terserang sehingga tampak gambaran Heberden dan Bouchard nodes, yang banyak
ditemui pada wanita.6
Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30%
pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun.5 Untuk osteoartritis lutut
prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA
biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada
sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang berat dan terus menerus bisa mengganggu
mobilitas. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang la njut usia di Indonesia menderita cacat
2.3.
karena OA.3
Anatomi dan fisiologi
3
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulangtulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama
lain. Pada sendi synovial dilapisi oleh suatu kartilago yang terbagi atas dua bagian yaitu
kondrosit dan matriks ekstraseluler. Matriks ekstraseluler yang mengandung banyak
kolagen tipe II, IX, dan XI serta proteoglikan (terutama agregat). Agregat adalah
hubungan antara terminal sentral protein dengan asam hialuronat membentuk agregat
yang dapat menghisap air. Sesudah kekuatan kompresi hilang maka air akan kembali
pada matriks dan kartilago kembali seperti semula. Jaringan kolagen merupakan
molekul protein yang kuat. Kolagen ini berfungsi sebagai kerangka dan mencegah
perkembangan berlebihan dari agregat proteoglikan.13
Rawan sendi memiliki fungsi utama yaitu memungkinkan gesekan pada gerakan,
dan juga menyerap energy beban dengan mengubah bentuk dan dengan efektif
menyebarkan beban tersebut pada suatu daerah yang luas.2,13
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu: kapsula dan
ligament sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di dasarnya. Kapsula dan
ligament-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of Motion)
sendi.
Cairan sendi (synovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan
sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang
disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai
pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan
pada sendi.
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi
sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak.
Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan
yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada
kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago.
4
Fruktosa-6-fosfat,
juga
memiliki
mesin
enzimatik
untuk
Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik
dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya
osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain
kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang.
Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor
protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain
2.5.
IDIOPATIK
SEKUNDER
Setempat
Tangan:
- nodus Heberden dan Bouchard (nodal)
- artritis erosif interfalang
- karpal-metakarpal I
Kaki:
- haluks valgus
- haluks rigidus
- jari kontraktur (hammer/cock-up toes)
- talonavikulare
Coxa
- eksentrik (superior)
- konsentrik (aksial, medial)
- difus (koksa senilis)
Vertebra
- sendi apofiseal
- sendi intervertebral
- spondilosis (osteofit)
- ligamentum (hiperostosis, penyakit
Forestier, diffuse idiopathic skeletal
hyperostosis=DISH)
Tempat lainnya:
- glenohumeral
- akromioklavikular
- tibiotalar
- sakroiliaka
- temporomandibular
Faktor mekanik
Panjang tungkai tidak sama
Deformitas valgus / varus
Sindroma hipermobilitas
Metabolik
Okronosis (alkaptonuria)
Hemokromatosis
Penyakit Wilson
Penyakit Gaucher
Endokrin
Akromegali
Hiperparatiroidisme
Diabetes melitus
Obesitas
Hipotiroidisme
Penyakit Deposit Kalsium
deposit kalsium pirofosfat
dihidrat
artropati hidroksiapatit
Menyeluruh:
Meliputi 3 atau lebih daerah yang tersebut
diatas (Kellgren-Moore)
2.6.
Trauma
akut
kronik (okupasional, port)
Kongenital atau
developmental:
Gangguan setempat:
Penyakit Leg-Calve-Perthes
Dislokasi koksa kongenital
Slipped epiphysis
Faktor Resiko
a. Faktor resiko sistemik
1. Usia: merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses penuaan
meningkatkan kerentanan sendi melalui berbagai mekanisme. Kartilago
pada
sendi orang tua sudah kurang responsif dalam mensintesis matriks kartilago
yang distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi
pada orang tua memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini
akan mengalami gaya gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan hal
7
Pathogenesis
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak
dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan
dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum
jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan
sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan
cedera.8
Pada osteoarthritis terjadi perubahan metabolism tulang rawan sendi. Perubahan
tersebut berupa peningkatan aktivitas enzin-enzim yang merusak makromolekul matriks
tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini
menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat kolagen dan berkurangnya
kadar air tulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago articular
menghasilkan suatu substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi
yang merangsang makrofag untuk menghasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim
proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler.7
Gambaran utama pada osteoarthritis adalah9:
8
a.
b.
c.
d.
e.
tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja yang
berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan
periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan
vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling pada
trabekula dan subkondral.
Sinovium mengalami keradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta proses
keradangan kronik sendi yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi
fibrilasi serta fisura yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan
sendi fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang subkhondral berupa penebalan
tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada ujung tulang dapat dijumpai
pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat sekitarnya. Oleh sebab itu
pembesaran tepi tulang ini memberikan gambaran seolah persendian yang terkena itu
bengkak.7,9
Peran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang oleh
jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi
sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1,
10
IL-6, TNF dan , dan interferon (IFN) dan . Interleukin-1 mempunyai efek multiple
pada sel cairan sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi
yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat proses sintesis dan perbaikan normal
khondrosit.9
Faktor pertumbuhan dan sitokin mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan
perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks rawan
sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA
lebih rendah dibandingkan individu normal pada umur yang sama. Percobaan pada
kelinci membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari
perangsangan dan kembali normal setelah 3-4 minggu.
2.8.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya
persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri tersebut akan menjadi
persisten atau menetap, kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat pagi hari
atau pada posisi tertentu pada waktu yang lama.10
Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari persendian setelah bangun dari
tidur atau duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak) pada satu atau lebih
persendian, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian digerakkan.10
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot. Terdapatnya luka
mencerminkan kelainan sebelumnya. Perlunakan sering ditemukan, dan dalam cairan
sendi superfisial, penebalan sinovial atau osteofit dapat teraba.11
Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada jarak tertentu;
hal ini mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan lebih terbatas dari yang
lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan rotasi interna biasanya
merupakan gerakan yang paling terbatas. Pada stadium lanjut ketidakstabilan sendi dapat
muncul dikarenakan tiga alasan: berkurangnya kartilago dan tulang, kontraktur kapsuler
asimetris, dan kelemahan otot.11
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan hanya
pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas
berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms, legs, spine) dengan memperhatikan gejala-gejala
dan tanda-tanda sebagai berikut12:
a. Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada OA
merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada pergerakan
dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga dapat
11
12
defisit neurologis atau kelainan perifer, misalnya, fibromyalgia dan sindrom iritasi usus
besar.
Nosciseptive pain
Rangsang nyeri berasal dari luar
Berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
Inflamatory pain
Disebabkan oleh kerusakan jaringan
Muncul dari sebuah stimulus yang berada di luar system saraf
Sensasi nyeri yang muncul secara spontan dan sesitif terhadap rangsang
berbahaya
Tidak memiliki fungsi pelindung
Neuropathic pain
Disebabkan olleh lesi primer pada system saraf
Tidak didapatkan lesi nosiseptis
Merupakan tanda terjadi kerusakan saraf
Functional pain
Reaksi berlebihan terhadap rangsang nyeri
Tidak diapatkan tanda atau riwayat dari kerusakan saraf dan stimulasi nyeri
nosiseptif
2.10.
Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta
klinis dan laboratoris (JH Klippel, 2001):
a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
14
Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis.
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA, ialah:
15
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah yang
menanggung beban)
Kista tulang
Management OA
17
Strategi pengelolaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan oleh letak
sendi yang mengalami OA, sesuai dengan karakteristik masing-masing serta
kebutuhannya. Oleh karena itu diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan
pasiennya secara keseluruhan, agar pengelolaannya aman, sederhana, memperhatikan
edukasi pasien serta melakukan pendekatan multidisiplin atau holistic.16
2.13.
lamanya OA
lokasi dan jumlah sendi yang terkena
sejak kapan mulainya gejala, eksaserbasi dan remisi
pengobatan sebelumnya beserta efeknya
efek samping obat sebelumnya
pengobatan yang dilakukan selain oleh dokter
injeksi steroid
injeksi hialuronan intra artikular
tindakan bedah termasuk artroskopi
Penggunaan alat bantu seperti tongkat, deker, korset dll.
Adakah riwayat tukak peptik, perdarahan GIT
Penyakit kronik penyerta: PJK, payah jantung, hipertensi, penyakit ginjal, hati, status
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit.
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan OA pada pasien berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang
terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari:
18
Terapi non-farmakologis:
Edukasi: memberitahukan tetang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar
penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai
Modifikasi pola hidup
Menurunkan berat badan: Berat badan berlebih merupakan faktor resiko dan
faktor yang akan memperberat penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus
selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus
diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal.
Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada sendi
Modifikasi aktifitas
Penggunaan alat bantu
Terapi fisik dan Rehabilitasi medik/fisioterapi
o Latihan statis dan memperkuat otot
o Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan otot, dan
menambah luas pergerakan sendi.
Terapi Farmakologis:
A. Obat Sistemik
1. Analgesik oral
o Non narkotik: parasetamol
o Opioid (kodein, tramadol)
2. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Pemberian obat ini dapat berupa oral, injeksi ataupun suppositoria. Obat
pilihan utama untuk pasien OA adalah Acetaminophen 500mg maksimal
4gram perhari. Pemberian obat ini harus hati-hati pada pasien usia lanjut
karena dapat menimbulkan reaksi pada liver dan ginjal.
3. Chondroprotective
Yang dimaksud dengan chondoprotectie agent adalah obat-obatan yang dapat
menjaga dan merangsang perbaikan (repair) tuamg rawan sendi pada pasien
OA, sebagian peneliti menggolongkan obat-obatan tersebut dalam Slow
Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti
Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk dalam
19
yang bekerja menghambat nerve growth factor yang memblik interaksi antara
nerve factor dengan receptor. TrkA dan p75.18
B. Obat topical
1. Krim rubefacients dan capsaicin.
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada umumnya
bersifat counter irritant.
2. Krim NSAIDs
Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu diperhatikan campuran
yang dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat digunakan adalah
gel piroxicam, dan sodium diclofenac.
C. Injeksi intraarikular / intra lesi
Injeksi intra artikular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama
dalam penanganan osteoartritis. Diperlukan kehati-hatian dan selektifitas dalam
penggunaan modalitas terapi ini, mengingat efek merugikan baik yang bersifat lokal
maupun sistemik. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni
penanganan simtomatik dengan steroid, dan viskosuplementasi (DMAODs) dengan
hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit. Dengan pertimbangan ini yang
sebaiknya melakukan tindakan, adalah dokter yang telah melalui pendidikan
tambahan dalam bidang reumatologi.
1. Steroid
Intra-artikuler
(triamsinolone
hexacetonide
dan
methyl
prednisolone)
Pada penyakit arthritis rhematoid menunjukan hasil yang baik. Kejadian
inflamasi kadang-kadang dijumpai pada pasien OA, oleh karena itu obat ini
dipakai dan obat ini mampu mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam
waktu singkat. Penelitian selanjutnya tidak menunjukan keuntungan yang
nyata pada pasien OA, sehingga hal ini masih kontroversial.
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan
inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak dapat
mentolerir NSAIDs atau ada komorbiditas yang merupakan kontra indikasi
terhadap pemberian NSAIDs. Teknik penyuntikan harus aseptik, tepat dan
benar untuk menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur
21
22
Partial replacement/unicompartemental
High tibial osteotmy : orang muda
Patella &condyle resurfacing
Minimally constrained total replacement: stabilitas sendi dilakukan sebagian
24
BAB III
KESIMPULAN
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan
perubahan patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang
rawan / kartilago hialin. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,
terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab
kecacatan paling banyak pada orang tua. Etiologi osteoarthritis belum diketahui
secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor
terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Ketidakseimbangan antara
pembentukan dan penghancuran matriks-matriks kartilago merupakan kata kunci
dalam perjalanan penyakit ini. Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu
terutama sendi-sendi yang mendapat beban cukup berat dari aktivitas sehari-hari.
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan
atau gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang sering muncul pada
osteoarthritis adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala akan
mereda setelah istirahat.
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologis berupa foto sinar-x sebagai
penunjang/pemastian diagnosis. Gambaran yang ditemukan pada foto sinar-x pasien
dengan osteoarthritis adalah menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit,
terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral. Pemeriksaan tambahan lain yang
dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk mengetahui derajat patologisnya, namun
pemeriksaan ini jarang dilakukan sebagai penunjang diagnostik dalam osteoarthritis,
karena sebagian besar gambaran penyakit ini sudah bisa dinilai berdasarkan
pemeriksaan sinar-x.
Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati osteoarthritis.
Terapi yang sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi
hilangnya fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
cara membantu pasien agar tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
25
Daftar Pustaka
1. Wiken. 2009. Osteoartritis. http://www.health&medicine.com/share. Diakses tanggal
25 Juli 2012
2. Fauci, Anthony S, et al. 2012. Osteoarthritis. Dalam: Harrisons Principles Of
Internal Medicine Eighteenth Edition. The McGraw-Hill Companies
3. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Indonesia; 2009. p.2538-2549.
4. Dharmawirya, Mitzy. 2000.
Efek
Akupunktur
pada
Osteoartritis
Lutut.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16EfekAkupunkturpadaOsteoartritisLutut129.pd
f/16EfekAkupunkturpadaOsteoartritisLutut129.html, diakses tanggal 26 Juli 2012.
5. Ariani, F. 2009.Osteoarthritis Sebabkan Lutut Keropos. Disajikan dalam Seminar
Kesehatan by Fajar Public Makassar 26 Juli 2012
6. Lozada, Carlos J. 2009. Osteoarthritis. http://emedicine.medscape.com. Diakses
tanggal 25 Juli 2012
7. David, T. 2006. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of Medicine
8. Iannone F, Lapadula G. 2003. The pathophysiology of osteoarthritis. Aging Clin
Exp Res. 15(5):364372
9. Tjokroprawiro, Askandar, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya:
Airlangga University Press
10. Subagjo, Harry. 2000. Struktur rawan sendi dan perunbahannya. Sub bagian
Reumatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No. 129. Jakarta
11. Hoaglund, FT. 2001. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and Epidemiology.
Journal of The American Academy of Orthopedic Surgeon 9:320-327
12. Moskowitz RW., Howell DS., Altman RD., et al (Eds). Osteoarthritis. 3rd ed. 2001.
W.B. Saunders Company. Philadelphia. Pennsylvania
13. Christine G, 1922, Bones and Joint. A Guide for student, second edition, Tokyo,
Churchill Livingstone.
14. Milne AD, Evans NA, Stanish WD. Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis. In: Hartono IM. Studi komparasi antara WOMAC index dengan
Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoartritis genu. Semarang:
Medical Faculty Diponegoro University; 2007. p. 12
15. Kasmir, Yoga. 2009. Penatalaksanaan Osteoartritis. Sub-bagian Reumatologi, Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta
26
How
Is
It.
27