Anda di halaman 1dari 14

Anamnesis

1. Keluhan utama. Pasien harus didorong untuk mengekspresikan tujuan dari


kunjngannya dengan menggunakan kata-kata sendiri.1
2. Penyakit yang diderita saat ini. Wawancara harus bersifat menyeluruh, tetapi tetap
disesuaikan dengan keluhan utama pasien.1
3. Riwayat medis dan pembedahan masa lalu. Pasien diminta untuk menyebutkan semua
masalah kesehatan yang penting. Obat-obat yang digunakan saat ini dan di masa lalu
harus disebutkan. Semua reaksi alergi harus dicatat.1
4. Riwayat ginekologis. Aspek-aspek yang terkait dengan riwayat ginekologis pasien
mencakup riwayat menstruasi secara rinci (usia menarkhe/menopause), lama siklus,
dan lama menstruasi terakir, riwayat seksual dan prosedur pembedahan ginekologis
sebelumnya.1
5. Riwayat obstektrik. Semua kehamilan harus dirinci termasuk usia gestasi, komplikasi
terkait kehamilan dan hasil akhir kehamilan.1
6. Riwayat keluarga. Riwayat keluarga secara rinci harus diperoleh. Penyakit-penyakit
serius seperti diabetes, penyakit kardiovascular, hipertensi atau penyebab kematian
untuk setiap anggota keluarga generasi pertama. Riwayat keluarga yang menunjukkan
adanya retardasi mental yang tidak dapat dijelaskan atau sindrom genetik dapat
memiliki pengaruh terhadap kehamilan selanjutnya. 1
7. Riwayat sosial. Pasien harus ditanya mengenai pekerjaannya dan dimana serta dengan
siapa tinggal. Ia harus ditanya juga mengenai kebiasaan merokok, pemakaian obat
terlarang dan konsumsi minuman beralkohol.1
8. Pengkajian sistem tubuh. Sebuah kajian yang diarahkan pada gejala-gejala umum
sangat berharga untuk mengungkap aspek-aspek kesehatan yang kelihatannya tidak
berkaitan (menurut pasien). Hal-hal yang penting mencakup hal-hal yang bersifat
konstitusional (penurunan berat badan atau kenaikan, aliran panas yang tiba-tiba
terasa), kardiovascular (nyeri dada, napas pendek), gastrointestinal (sindrom iritasi
usus, hepatitis), genital dan saluran kemih (inkontinensia, hematuria), neurologis
(mari rasa, penurunan sensasi), psikiatrik (depresi, kecenderungan bunuh diri) dan
sistem tubuh lainnya.1

Pemeriksaan Fisik
I.

Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan pada kunjungan pertama dengan dihadiri
oleh pendamping pasien. Pasien harus diminta untuk membuka seluruh pakaiannya
kemudian tubuhnya ditutupi dengan baju rumah sakit yang sesuai.1
Pada kehamilan ektopik sinkope atau perbahan-perubahan ortotastik dapat dihubungkan
dengan perdarahan intraperitoneal akut dan hipovolemia berikutnya. Beberapa pasien
melaporkan nyeri tiba-tiba yang diikuti oleh pingsan dan kelemahan. Perdarahan
pervaginam atau bercak-bercak perdarahan dicatat oleh sekitar 75% pasien dengan
II.

kehamilan ektopik. 2
Pemeriksaan Abdomen
Abdomen harus diinspeksi dengan seksama untuk melihat kesimetrisan, luka parut,
distensi dan pola rambut utbuh lalu lakukan palpasi untuk melihat adanya organomegali
atau massa dan auskultasi untuk mendengarkan bising usus. Jika pasien sedang hamil,
keempat Leopold harus dilakukan untuk menilai jumlah, letak, presentasi dan kesehatan
janin.1
Pada kehamilan ektopik nyeri abdomen, terutama nyeri pelvik unilateral, merupakan
gejala karakterisiti yang paling sering pada pasien dengan kehamilan tuba, tetapi nyeri
bisa bilateral pada abdomen bagian bawah, pada abdomen bagian atas, atau seluruh
abdomen. Nyeri bersifat tiba-tiba , tajam seperti ditusuk-tusuk pada abdomen bagian
bawah biasanya disebabkan oleh ruptur ruba yang akut dan perdarahan intrabdomen.
Tanda-tanda iritasi peritonium meliputi rasa sakit yang dipantulkan, rigiditas, defans

III.

muskuler, bising menurun. 2


Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul harus dilakukan dengan pasien berada dalam psisi telentang
diatas meja pemeriksaan dengan kaki diposisikan pada penahan kaki. Pasien harus
sesantai mungkin, lalu bisa mendukung pasien dengan mencapai kondisi ini dengan
menjelaskan secara tepat apa yang akan anda lakukan sebelum anda melakukannya dan
dengan melakukan gerakan yang halus. 1
Inspeksi perineum mencakup penilaian pola rambut pada kulit, penilaian kulit,
keberadaan lesi (gelembung, kutil, nevi terpigmentasi), bukti trauma, hemoroid, dan
abnormalitas pada badan perineum. Prolaps geital dapat pula dinilai dengan membuka
labia secara perlahan dan memeriksa vagina sementara pasien mengedan (manuver
valsava).1
Palpasi labia dapat mengidentifikasi kelenjar Bartholin atau skene yang bengkak atau
mengalami infeksi.1
Pemeriksaan spekulum dimulai dengan memilih jenis dan ukurab spekulum yang
tepat dan memastkan telah dihangatkan terlebih dahulu. Sentuhkan ujung spekulum
pada kaki pasien untuk membuat pasien waspada. Buka labia dengan hati-hati,

pemberian tekanan ke arah bawah mungkin akan membantu. Spekulum kemudian


diinsersikan dengan menempatkan bilahnya melewati introitus dan mengarahkan ujung
spekulum dengan gerakan ke arah bawah menuju rektum. Bilah spekulum diinsersikan
hingga seluruh panjangnya lalu dibuka untuk memeriksa serviks. Saluran vagina harus
diperiksa untuk melihat keberadaan eritema, lesi atau sekret. Serviks harus berwarna
merah muda, mengkilat dan jernih.1
Papanicolaou (Pap) smear dirancang untuk mengambil sampel dari zona tranformasi
pada serviks (pertemuan antara lapisan sel skuamosa vagian dengan lapisan sel
kolumnari saluran endoservikal). Bahan yang diperoleh kemudian diusapkan tipis-tipis
pada slide mikroskop dan segara difiksasi dengan menggunakan spray. Alternatif lain
adalah dengan mengerokkan spatula untuk melepas sel-sel dan memasukkannya ke
dalam tabung sitologi berbasis cairan dan disiapkan untuk interpretasi sitologis.1
Pemeriksaan bimanual memungkinkan dokter untuk melakukan plapasi pada uterus
dan adneksa. Dalam keadaan normal dan tidak hamil, ukuran uterus 6x4 c, (seukuran
telapak tangan). Ovarium normal berukuran sekitar 3x2 cm. Tetapi seringkali tidak
dapat teraba pada wanita yang mengalami obesitas atau yang telah menopause. 1
Pemeriksaan rektovaginal dapat mengungkapkan informasi tambahan, terutama
ketika organ panggul diposisikan di daerah buntu di posterior. Secara terpisah,
pemeriksaan rektum yang dilakukan secara melingkar dengan jari yang digunakan
untuk memeriksa dapat menyingkirkan kemungkianan adanya kanker kolonrektal yang
berlokasi di daerah distal. Dokter dapat pula mencatat tonus sfingter ani, kelainan lain
(hemoroid, fisure, massa) dan memeriksa tinja untuk darah samar. 1
Pada kehamilan ektopik yang paling karakteristik adalah nyeri unilateral pada pelvis
dan rasa sakit ayng terlokalisir pada satu daerah adneksa. Serviks sering terasa lunak;
gerakan serviks hampir selalu mempresipitasi atau memperberar nyeri adneksa. Uterus
terasa sakit, lunak dan berukuran normal atau sedikit membesar. Perasaan penuh atau
suatu massa dengan rasa sakit yang tidka menentu di daerah abdomen dpat
mengindikasikan darah beku yang berubuhngan dengan hematom perituba. Seringkali
suatu kehamilan ektopik mengalami perdarahan dari ujung fimbriae tuba ke dalam
kavum douglasi. Pada keadaan ini, bekuan darah yang terkumpul dalam kavum
Douglasi dapat terasa sangat sakit. Rasa penuh yang lunak, tidak menentu atau
penonjolan kavum douglasi dapatdipalpasi pada pemeriksaan vagina atau rektovaginal.2

Pemeriksaan Penunjang
Human Chorionic Gonadotopin (-HCG)

Penentuan kehamilan secara cepat dan akurat sangat penting dalam mengevauasi
wanita dengan keluhan yang mengarah kepada kehamilan ektopik. Uji-uji kehamilan serum
dan urine yang saat ini ada dan menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
untuk -hCG cukup sensitid untuk kadar 10-20 mIU/ml dan positif pada lebih dari 99%
kehamilan ektopik dengan pemeriksaan -hCG serum yang negatif.3
Progesteron serum
Pengukuran progesteron serum satu kali dapat digunakan untuk menetapkan bahwa
kehamilan berkembang normal. Nilai yang melebihi 25ng/mL menyingkirkan kehamilan
ektopik. Jika nilai yang kurang dari 5 ng/mL ditemukan hanya pada 0,3% kehamilan normal.
Karena itu kadar <5 ng/mL menandakan kehamila intrauterus dan janin meninggal atau suatu
kehamilan ektopik. Karena pada sebagian besar kehamilan ektopik kadar progesterom
bervariasi antara 10 dan 25 ng/mL.3
Penanda-penanda serum baru
Sejumlah penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengevaluasi beberapa
penanda bru untuk medeteksi kehamilan ektopik. Penanda-penanda ini mencakup vascular
endotelial growth factor (VEGF), antigen kanker 125, kreatin kinase, fibronektin janin, dan
proteomika berbasis spektometri massa. 3
Hemogram
Setelah perdarahan, volume darah yang berkurang akan dipulihkan ke arah nrmal
dengan hemodilusi dalam satu hari atau lebih. Bahkan setelah perdarahan cukup banyak ,
hemoglobin atau hematokrit mungkin pada awalnya hanya memperlihatkan penurunan
ringan. Karena itu, setelah perdarahan akut, penurunan kadar hemoglobin atau hematokrit
setelah beberapa jam merupakan indeks yang lebih bermanfaat daripada kadar awal. Pada
sekitar separuh wanita dengan kehamilan ektopik terganggu (ruptur), dapat dijumpai
leukositosis dengan derajat bervariasi hingga 30.000/l.3
Sonografi
Untuk memastikan diagnosis klinis yang dicurigai mengalami gestasi ektopik, alat
percintraan ini tidak tergantikan. Pada banyak kasus, lokasi dan ukuran kehamilan juga dapat
dipastikan.

Sonografi transvagina (TVS-Transvaginal Sonografi)


Sonografi transvagina beresolusi tinggi menimbulkan revolusi dalam perawatan
wanita yang dicurigai mengalami kehamilan ektopik. Pada wanita yang dicurigai
mengalami kehamilan ektopik dilakukan TVS untuk mencari temuan-temuan yang
menunjukkan kehamilan intrauterus atau ektopik.3

Kaudosintesis
Teknik sederhana ini dahulu sering digunakan untuk mengindentifikasi
hemoperitonium. Serviks ditarik menuju simfisis dengan tenakulum, dan dilakukan insersi
jarum ukuran 16 atau 18 melalui forniks vagina posterior ke dalam cul-de-sac. Jika ada,
cairan dapat diaspirasi tetapi tidak adanya cairan hanya dinterpretasikan sebgaai insersi yang
tidak memuaskan ke cul-de-sac dan tidak menyingkirkan kehamilan ektopik, mengalami
ruptur atau tidak.cairan yang mengandum fragmen bekuan darah, atau cairan berdarah yang
tidak membeku, sesuai dengan diagnosis hemoperitoneum akibat kehamilan ektopik. Jika
darah kemudian membeku, maka darah tersebut mungkin berasal dari pembuluh darah sekitar
dan bukan dari perdarahan kehamilan ektopik.3

Working Diagnosis
Kehamilan ektopik adalah setiap gestasi yang proses implantasinya terjadi di lokasi
selain lapisan endometrium.1 Klasifikasi ektopik berdasarkan tempat implantasinya :4
a. Kehamilan ektopik tuba (>99%) dibagai lebih lanjut menurut bagian anatomi yang
terlibat : ampula (55%), isthmus (25%), fimbri (17%), intersitia; (angular, kornu)
(2%) dan bilateral sangat jarang.
b. Kehamilan oarium (0,5) dapat terjadi setelah fertilisasi ovum yang tidak dikeluarkan.
c. Kehamilan abdomina (kira-kira1/15.000 kehamilan) dapat terjadi primer, dengan
implantasi awal zigot diluar tuba (misal pada hati) atau sekunder karena ekspulsi atau
ruptur kehamilan tuba.
d. Implantasi servikal (jarang) ditujukkan oleh serviks yang sangat besar (seringkali
sebesar uterus tidak hamil, dikenal sebagai tanda jam pasir). Tanda ini berupa serviks
yang membesar dengan banyak vaskularisasi dan perdarahan, dengan ostium interna
yang rapat dan celah pada ostium eksterna.
e. Kehamilan ektopik intrauterin kombinasi (heterotopik). Terjadi 1/17.000-30.000
kehamilan.
f. Kehamilan ektopik uterus (jarang) dapat terjadi pada implantasi dalam kornu,
divertikulum uteri, sakulasi uteri, kornu rudimenter atau dinding otot (intramural).

g. Kemungkinan yang jarang lainnya adalah kehamilan intraligamentaosa. Kehamilan


bahkan terjadi setelah histerektomi.

Different Diagnosis
Penyakit Radang Pangul
Penyakit radang panggul (PRP) adalah istilah yang tidak tepat yang meliputi infeksi bagian
manapun dari saluran genital atas, penandaan ini tetap berguna karena infeksi saling
berhubungan. 4
Etilogi. Kira-kira dua per tiga infeksi panggul akut bersifat polimikrobial. N. gonorrhoeae
menyebabkan sepertig penyakit radang panggul akut. N.gonnorhoeae dengan campuran flora
endogen anaerob dan aerob menyebabkan sepertiga kasus lainnya dan campuran kuman
aerob serta anaerib saja menyebabkan sepertiga kasus sisanya. Bersama organisme lain
Clamydia trachomatis ditemukan pada 30% kasus. Pada abses terutama dijumpai kuman
anaerob (misalnya Bacteroides, Peptostreptococcus, Peptococcus). Kuman aerob yang lazim
meliputi Echerichia coli, Streptococcus grup B, Streptococcus faecalis dan Staphylococcus
koagulase negatif. Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum tidak patogen pada
PRP.4
Manifestasi klinis. Gejala umumnya tidak khas tetapi berhubungan dengan luasnya infeksi
dan organisme yang terlibat. Nyeri perut bagian bawah selama <7 hari terjadi pada 90%
pasien dengan penyakit radang panggul akut. Nyeri biasanya bersifat konstan dan tumpul
tetapi diperhebat dengan gerakan atau aktivitas seksual.4
Salpingitis akut
Organisme yang paling umum memulai terjadinya salpingitis-peritonitis akut adalah Neiseria
gonorrhoeae.4
Pemeriksaan laboratorium. Apusan discharge hampir selalu menunjukkan adanya infeksi dan
dapat menarah ke etiologi (misalnya diplokokus gram negatif N. gonorrhoeae), tetapi
konfirmasi biakan sangat penting, dengan menggunakan media selektif. Jumlah sel darah
putih mungkin meningkat atau normal. Wanita dengan kecurigaan PRP harus diperiksa kadar
hCG, karena 2-3% pasien akan mengalami kehamilan ektopik. Hasil pemeriksaan
kaudosintesis akan menunjukkan cairan keruh berawan.4

Manifestasi klinis. Salpingitis biasanya terjadi pada wanita muda (seringkali umur belasan
tahun) yang mempunyai banyak mitra seksual dan tidak menggunakan kontrasepsi vagina.
Gejala-gejala biasanya dimulai segera seteah berhentinya mesntruasi atau setelah tindakan
dengan alat. Onset nyeri pelvis dan nyeri perut bagian bawah biasanya bilateral dan akut
mungkin juga tersembunyi. Nyeri dapat menyebar dari punggung ke tungkai bawah.
Mungkin juga terdapat discharge purulen pada vagina. Gejala-gejala sistemik seperti demam,
sakit kepala, malaise, mual dan muntah. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya nyeri
abdomen, biasanya di kuadaran bawah. Nyeri lepas dapat terlihat jika terjadi peritonitis.
Bunyi usus dapat menurun atau tidak ada sama sekali. Kelenjar paraureta dan Bartholin bisa
meradang dan mengelurakan bahan purulen.4
Terapi. Pasien-pasien yang memerlukan rawat inap harus tirah baring, mula-mula dijaga agar
tetap puasa, berikan cairann IV dan pasanglah pengisap nasogastrik untuk mengatasi distensi
abdomen atau ileus. Terapi antibiotika harus diberikan IV sampai pasien menunjukkan
perbaikan klinis selama 48 jam. 4
Kista Korpus Luteum
Setelah ovulasi. Sel-sel granulosa mengalami luteinisasi untuk membentuk korpus
luteum. Jika darah meresap masuk ke dalam kavum selama proses ini, terbentuk korpus
hemoragikum. Resolusi kista menyebabkan resorbsi darah dan kista korpus luteum tetap ada.
Kista disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3cm. Kadang-kadang diameter kista ini
dapat sebesar 10 cm.
Manifestasi klinis. Korpus luteum hemoragik biasanya menyebabkan rasa sakit setempat dan
nyeri tekan terutama saat pemeriksaan panggul. Jika perdarahnnya sangat hebat sehingga
kapsul ovarium pecah, terjadi hemoperitonium. Herannya, pecahnya kapsul ovarium ini lebih
sering terjadi (dua pertiga) pada sebelah kanan. Perdarahan biasanya menyebabkan nyeri
hebat, mendadak di perut bawah. Rasa sakit paling sering terjadi 14-60 hari setelah periode
menstruasi berakhir.
Terapi. Apabila terjadi perdarahan setempat maka harus dilakukan tindakan operatif biasanya
berupa kistektomi ovarii dengan mempertahankan ovarium. Operasi dilakukan jika
hematokrit cairan yang didapat melalui kuldosentesis > 15%. Namun jika perdarah tidak
begitu berat, rasa sakit dan nyeri tekan berhubungan dengan menstruasi yang terlambat atau
amenore. 4

Tabel 1.1 Perbedaan Gejala dan Tanda 5


Gejala

Kehamilan

Abortus

Kista Ovarium

Infeksi Pelvis

Amenore
Perdarahan

ektopik
Ada (75%)
Sedkit

Semua
Banyak

Tidak ada
Tidak ada

Ada 25%
Bisa ada

Vaginal
Perdarahan

Banyak

Tidak

Tidak

Tidak

abdomen
Pireksia
Massa Pelvis
Uterus

<38oC
Dibawah
Sedikit

Tidak
Tidak
Membesar

Tidak
Ada
Tidak

>38oC
Bilateral
Tidak membesar

Nyeri
Anemia
Leukositosis
Reaksi kehamilan
Shiffting dullness

membesar
Hebat
Ada
Bisa ada
(+) 75%
Ada

Tidak
Bisa ada
Tidak
(+)
Tidak

hebat
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak

Nyeri
Tidak
Ada
Tidak
Tidak

Salpingitis

Ruptur kista

Tabel 1.2 Diagnosis banding kehamilan ektopik4


Kehamilan
Rasa sakit

Mual-Muntah

Apendisitis

ektopik
Kram, nyeri

Nyeri epigastrik

Kedua kuadran

korpus luteum
Unilateral,

tekan unilateral

periumbilical,

bawah

menjadi

sebelum ruptur

kemudian

menyeluruh

kuadran kanan

dengan

bawah; nyeri

terjadinya

tekan setempat

perdarahan

Kadang-kadang

(Mc Burney)
Ada

Tidak sering

hebat
Jarang

Tidak berkaitan

Metromenoragi

Terlambat,

sebelum ruptur,
jiak ruptur
Menstruasi

sering
Tidak haid,
perdarahan

kemudian

bercak

perdarahan,
sering disertai

Suhu, Nadi

Nyeri tekan

nyeri
Tidak lebih dari
37,2oC, nadi
normal, kecuali
kehilangan
darah banyak
Nyeri tekan

unilateral

bilateral pada

pada ovarium

terutamaa pada

pergerakan

yang kena

pergerakan

servix, masa

servix;masa

hanya jika ada

krepitasi pada

piosalping atau

satu sisi atau

hidrosalping

dalam cul-de sac


Leukosit
Leukosit

Leukosit

Leukosit

15000/l

10.000-

15.000-

10.000/ l

Eritorsit rendah

18.000/l

30.000/l

Eritosit normal,

LED meningkat

Eritrosit normal

Eritrosit normal

LED normal

LED meningkat

LED meningkat

sedkit

dikit

Normal, Cepat

Nadi cepat

setelah ruptur

37-40oC, nadi
meningkat
sesuai demam

Pemeriksaan

Nyeri tekan,

Pelvis

Hasil Lab

Tidak ada massa

Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak, atau belum
diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik :5
a. Faktor uterus
- Tumor rahim yang menekan tuba
- Uterus hipoplastis
b. Faktor tuba
- Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
- Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
- Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
- Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
- Endometriosis tuba
- Struktur tuba
- Divertikel tuba dan kelainan kongenital lainnya
- Perlekatan perituba dan lekukan tuba

- Tumor lain menekan tuba


- Lumen kembar dan sempit
c. Faktor ovum
- Migrasi eksterna dari ovum
- Perlekatan membran granulosa
- Rapid cell devision
- Migrasi internal ovum

Epidemiologi
Dinegara-negara berkembang seperti Indonesia diperkiaran frekuensinya 1:24.
Laporan dari negara lain berkisar antara 1:38-1:150. Di negara-negara maju berkisar antara
1:250 dan 1:329. Di Amerika kehamilan ektopik lebih sering dijumai pada wanita kulit htam
daripada kulit puith. 5

Patofisiologi
Pada kehamilan ektopik, korpus luteum kehamilan berfungsi selama trofoblas tetap
variabel. Amenore terjadi karena produksi hCG oleh trofoblas dan sekresi progesteron oleh
korpus luteum. Biasanya tejadi perdarahan endometrium ringan, diperkirakan karena pola
hormonal yang tidak normal, setelah suatu interval amenore yang bervariasi. Lepasnya
endometrium dan perdarahan terjadi ketika trofoblas berkurang. Hanya pada kehamilan
intersitial yang tidak lazim, darah, dari tuba mengalir melalui uterus ke dalam vagina. Nyeri
abdomen bagian bawah, pelvis atau punggungbawah dapat terjadi sekunder akibat distensi
atau ruptur tuba. Kehamilan ismus biasanya membutuhkan waktu sekitar 6 minggu dan
perdarahan akibat kehamilan ampula terjadi pada 8-12 minggu. Kehamilan kornu paling
sering mencapi trimester kedua sebelum ruptur. Kehamilan intrabdominal dapat berakhir
setiap waktu disertai dengan perdarahan. Massa pelvis disebabkan oleh pembesaran hasil
konsepsi, pembentukan hematoma, distorsi usus akibat adhesi atau infeksi. 4
Kehamilan Tuba Falopi
Ovum yang telah dibuahi dapat tersangjkut dibagian mana saja dari tuba uterina
menyebabkan kehamilan tuba ampula, ismus dan intersitium. Pada kasus-kasus jarang, ovum
yang telah dibuahi mungkin tertanam di ujung tuba uterina yang berfimbria. Ampula adalah
tempat tersering, diikuti dengan ismus. Kehamilan intersitium terjadi hanya sekitar 2 persen
kasus. Karena tuba tidak memiliki lapisan submukosa maka ovum yang telah dibuahi segera
menembus epitel dan zygot akhirnya berada di dekat atau di dalam otot. Trofoblas yang cepat

berploriferasi dapat menginvasi muskularis sekitar, tetapi separuh dari kehamilan ektopik
ampula masih tetap berada di lumen tuba dengan lapisan otot tidak terkena pada 85% kasus. 3
Kehamilan intramularis karena dindingnya agak tebal, dapat menahan kehamilan sampai 4
bulan atau lebih, kadang kala sampai a term. Kalau pecah dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak dan keluarnya janin dalam rongga perut. Kehamilan isthmus, dinding tuba disini
lebih tipis, biasanya pada kehamilan 2-3 bulan sudah pecah. Kehamilan ampula dan fimbriae
dapat terjadi abortus atau ruptur pada kehamilan 1-2 bulan, dan hasil konsepsi bisa
a. mati kemudian direabsorpsi
b. terjadi abortus tubaa yaitu ibu mengalami keguguran dari hasil konsepsi terlepasnya
dari dinding tuba kemudian terjadi perdarahan yang bisa sedikit atau banyak. Hasil
konsepsi bisa dikeluarkan pervaginam atau ke arah abdominal sehingga bertumpuk
dibelakang rahim disebut hematoma retrouterina atau pelvic mass.
c. Terjadi ruptur tuba, bila robekan kecil maka hasil konsepsi tetap tinggal dalam tuba,
sedangkan dari robekan terjadi perdarahan yang banyak. Bila robekan besar, maka
hasil konsepsi keluar dan masuk ke dalam rongga perut. Kemungkinan hasil konsepsi
ini bisa mati bersama darah yang terkumpul retrouterina, bila janain agak besar dan
mati akan menjadi litopedion dalam rongga perut atau janin keluar tuba diselubungi
kantong amnion dan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam rongga
perut dan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Plasenta akan melebar mencari
kebuutuhan makanan janin pada usus, ligamentum latum dan organ-organ sekitarnya
sehingga janin dapat sampai aterm.5
Kehamilan ovarial
Perdarahan pada ovarium ini dapat disebabkan bukan sjaa oleh pecahnya kehamilan
ovarium, tetapi bisa oleh ruptur kista korpus luteum, torsi dan endometrosis. Gejala-gejalanya
praktis sama dengan kehamilan tuba.5
Kehamilan abdominal
Kehamilan abdominal bisa mencapai sampai aterm dan anak hidup, hanya sering
menjadi cacat tubuh. Biasanya fetus meniggal sebelum cukup bulan.5

Manifestasi klinis

1. Nyeri. Nyeri panggul dan abdomen dilaporkan oleh 95% wanita dengan kehamilan
tuba. Pada gestasi tahap lanjut sering timbul gejala saluran cerna, dan dizziness atau
kepala terasa ringan. Pada ruptur, nyeri dapat timbul dimana saja di abdomen
2. Perdarahan abnormal. Amenorea dan spotting atau perdarahan pervaginam dilaporkan
oleh 60-80% kasus dengan kehamilan tuba.
3. Nyeri tekan abdomen dan panggul. Pada kehamilan ektopik dini yang belum ruptur,
nyeri tekan hebat sewaktu pemeriksaan abdomen dan vaginam, terutama jika servix
digerakan.
4. Perubahan uterus. Meskipun minimal pada awalnya, uterus kemudian dapat terdorong
ke salah satu sisi oleh massa ektopik. Uterus juga mungkin membesar akibat
rangsangan hormon. Derajat perubahan endometrium menjadi desidua bervariasi.
Temuan desidua uterus tanpa trofoblas menandakan kehamilan ektopik, tetapi
ketiadaan jaringan desidua juga tidak menyingkirkan
5. Tanda-tanda vital. Meskipun umumnya normal sebelum ruptur, repons terhadap
perdarahan derajat sedang dapat berupa tidak adanya perubahan tanda vital,
peningkatan ringan tekanan darah, atau respon vasovagus disertai bradikardi dan
hipotensi. 25 % wanita dengan kehamilan ekopk ruptur, sebagian besar memiliki
frekuensi jantung 100 x/menit dan tekanan darah sistolik lebih besar daripada 100
mmHg pada saat datang. Tekanan darah akan turun dan nadi meningkat hanya jika
perdarahan berlanjut dan hipovolemianya menjadi signifikan.3
6. Tanda cullen; sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.5

Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan darurat
Pasien kirim ke rumah sakit, pasang infus dengan jarum berdiameter besar pada vena
besar. Dapatkan hemogram, panel pembekuan darah dan darah untuk menentukan
golongan darah dan pencocokan silang. Berikan upaya-upaya untuk mengatasi syok
sesuai keperluan: kristaloid IV, tranfusi komponen darah, menjaga pasien tetap
hangat, berikan oksigen.4
b. Penatalaksanaan bedah (laparoskopi atau laparostomi)
Pemilihan pembedahan tergantung pada penilaian bedah. Laparotomi merupakan
tindakan terbaik untuk pasien dengan kegawatdaruratanan bedah. Dewasa ini,
laparoskopi dengan salpingostomi linear antimesenterik makin digunakan secara luas
untuk kehamilan ektopik yang tidak ruptur dan pada situasi bukan kedaruratan.
Dengan meningkatnya kemampuan diagnostik ultrasonografi, laparoskopi kurang
diperlukan untuk diagnosis tetapi dianggap lebih penting untuk terapi. Kendalikan

perdarahan dan keluarkan hasil konsepsi. Upayakan tuba atau organ-organ lain tetap
normal atau hanya sedikit rusak. Jika kehamilan dini atau terjadi missed abortion di
tuba

lakukan

salpingostomi

untuk

mengeluarkan

hasil

kehamilan

dan

mempertahankan tuba. Ligasi tempat perdarahan, penutupan dengan penjahitan tidak


diperlukan.4
c. Indikasi pengangkatan organ jika perdarahan tidak terkendali, tuba rusak berar,
biasanya diperlukan histerektomi pada kehamilan servikal atau intersitial ruptur.
Ooforektomi diperlukan pada kehamilan ovarium tetapi tidak dianjurkan pada kasuskasus yang memerlukan pengangkatan tuba. 4
d. Penatalaksaaan suportif
Berikan antibiotika spektrum luas untuk infeksi, berikan terpai besi peroral atau IM .4
e.
Metotrexate. Antagonis asam folat ini sangat efektif terhadap trofoblas yang cepat
berploriferasi. Obat ini juga digunakan untuk mengakhiri kehamilan dini. Kandidat
terbaik untuk terapi medis adalah wanita yang simptomatis, termotivasi dan patuh.
Dosis metotrxate intramuskular 50 mg/m2.3

Komplikasi
Tanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik yang ruptur dapat menyebabkan
perdarahan yang mengancam nyawa. Infeksi sering terjadi setelah ruptur kehamilan ektopik
yang terabaikan. Sterilitas atau gagal reproduksi lainnya dapat terjadi setelah atau akibat
kehamilan ektopik (pada 30-50% pasien yang menjalani operasi pengangkatan tuba karena
kehamilan ektopik). Obstruksi dan fistula dapat terjadi serelah hematoperitoneum,
peritonitis.4

Pencegahan
1. Obati salpingitis dengan tepat
2. Keluarkan hasil konsepsi secara lengkap
3. Lakukan peritonealisasi semua daerah pada pembedahan untuk menghindari
perlekatan .4

Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik cenderung menurun dengan diagnosis dini dan
fasilitas yang cukup.5 Kehamilan ektopik merupakan kelainan yang menganca, nyawa pada >
10% kasus dan >1 % pasien-pasien inimeninggal karena perdarahan interna dan syok atau
karena komplikasi lanjut. Jarang sekali janin dapat tetap hidup pada kehamilan diluar rahim.

Kehamilan ektopik dapat berulang pada sekitar 15% kasus, tetapi kebanyakan pasien
yang pernah mengalami satu kali kehamilan ektopik selanjutnya akan mengalami kehamilan
normal. 4

Daftar Pustaka
1. Norwitz RE, Schorge JO. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam : Norwitz RE,
Schorge JO. At a glance obstetri dan ginekologi. Jakarta : Erlangga 2007. H. 9; 17-20
2. Taber BZ. Kehamilan ektopik. Dalam : Melfiawati S. Kapita selekta kedaruratan
obstetri dan ginekologis. Jakarta: EGC. 1994. h. 185-6
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong YS. Kehamilan
ektopik. Dalam : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ,
Spong YS. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. 2013. H.2514. Benson, Ralph C. Kehamilan ektopik. Dalam : Benson, Ralph C. Buku saku obstetri
dan ginekologi. Jakarta: EGC. 2009. H.305-13;575;612-7
5. Sofian A. Sinopsis Obstetri. Dalam : Sofian A. Kelaianan letak kehamilan. Jakarta:
EGC. 2012. H. 160-6

Anda mungkin juga menyukai