Meskipun demikian hasil dari pekerjaan itu hendaknya juga dapat memenuhi keperluan
hidup sesuai kedudukan dokter dalam masyarakat.
Perumahan yang layak yang berate tempat hidup berkeluarga yang cukup higienis, serta
tempat praktek harus mempunyai ruangan tempat menerima pasien dengan aman dan
tenang.
Alat kedokteran seperlunya, kendaraan, pustaka sederhana, santapan rohani, kewajiban
social dan lain-lain, semua itu memerlukan anggaran belanja. Jadi sudah selayaknya kalu
dokter menerima imbalan jasa untuk pengabdian profesinya. Di kota besar seperti
Jakarta, tempat praktek sering terpisah dari rumah dan ini memerlukan biaya yang tidak
sedikit.
Karena sifat perbuatannya yang mulia maka uang yang diterimanya tidak diberi nama
upah atau gaji, melainkan honorarium atau imbalan jasa. Besarnya imbalan tergantung
pada beberapa faktor yaitu keadaan tempat, kemampuan pasien, lama dan sifatnya
pertolongan yang diberikan dan sifat pelayanan umum atau spesialistik.
b. Pedoman dasar imbalan jasa dokter adalah sebagai berikut :
1) Imbalan jasa dokter disesuaikan dengan kemampuan pasien.
Kemampuan pasien dapat diketahui dengan bertanya langsung
dengan
Di Indonesia sebagai Negara yang berazaskan pancasila, dengan sila yang pertamanya
Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak mungkin dapat dilakukan tindakan euthanasia aktif.
Mengenai euthanasia pasif merupakan suatu daerah kelabu karena memiliki nilai yang
bersifat ambigu, yaitu di satu sisi sebagai amoral, tetapi di sisi lain dianggap perbuatan
mulia. Dapat dilakukan dengan cara menyampaikan kepada pasien dan atau keluarganya
keadaan sebenarnya dan sejujur-jujurnya mengenai penyakit yang diderita pasien.