Anda di halaman 1dari 7

Abstrak

Sistem endogenous meiotic drive telah terbukti menjadi faktor segregasi pada populasi
nyamuk penyebab demam berdarah, Aedes aegypti di Trinidad. Meiotic driver (MD) terpaut pada
lokus alel yang menentukan jenis kelamin jantan, dan memiliki target alel responder pada lokus
yang terpaut dengan alel yang menentukan jenis kelamin betina, dimana meiotic driver ini
menentukan fragmentasi pada gamet betina selama proses gametogenesis. Sistem M D merupakan
sistem yang dapat digunakan sebagai genetic tool untuk mengontrol populasi. Penenlitian ini
memahami distribusi dan dinamika sistem M D pada populasi nyamuk Aedes aegypti alamiah di
Trinidad. Peneliti melakukan sampling pada 7 lokasi berbeda dan menentukan frekuensi alel
driver (MD) dan sensitive responder (ms) versus insensitive responder (mi). Rasio standar
frekuensi alel MD berkisar antara 0,1-0,5 dan bernilai rendah pada dua lokasi yaitu Port Spanyol
dan San Fernando, menjelaskan bahwa ada pengaruh dari perpindahan frekuensi yang
disebabkan oleh genotip non driver. Frekuensi alel mi berkisar antara 0,4-0,7, menjelaskan
bahwa ada pengaruh kuat dari driver. Di sisi lain, hasil menunjukkan bahwa driver dan sensitive
responder populasi nyamuk di Trinidad bersifat polimorfik tinggi.

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Pada akhir-akhir ini banyak penelitian mengenai pengembangan dan pemahaman struktur
genomik pada Arthropoda. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui dan mengembangkan
metode-metode molekuler untuk mengatasi berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh
Arthropoda, misalnya manipulasi genetik vektor Arthropoda agar bersifat inkompeten terhadap
host. Salah satu kasus yang paling banyak terjadi berkaitan dengan vektor serangga Arthropoda
yang menimbulkan penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti penyebab penyakit demam berdarah.
Solusi untuk mengatasi penyakit ini tidak hanya dilaukan dengan pendekatan medis terhadap
pasien, namun dapat pula dilakukan dengan pendekatan melalui pengontrolan populasi nyamuk
tersebut. Salah satu mekanisme potensial untuk mengontrol populasi nyamuk Aedes aegypti
adalah dengan mengontrol perubahan populasi (population replacement) nyamuk melalui
meiotic drive.
Meiotic drive adalah suatu proses yang menyebabkan suatu tipe gamet menjadi over atau
under represented selama proses gametogenesis yaitu selama tahap meiosis. Suatu studi
menunjukkan bahwa populasi nyamuk Aedes aegypti memiliki sistem endogenous meiotic drive.
Nyamuk Aedes aegypti memiliki gen meiotic drive (D) yang terpaut dengan alel yang
menentukan jenis kelamin jantan (M) dan alel pada lokus responder yang terpaut dengan alel
yang menentukan jenis kelamin betina (m). Kedua gen ini berada pada daerah yang berlawanan
pada kromosom homolog. Alel pada lokus responder dapat bersifat sensitive (s) maupun
insensitive (i) terhadap produk dari gen meiotic drive. Pada nyamuk jantan dengan genotip
heterozigot (MDms), produk dari gen MD dapat menyebabkan fragmentasi ms berkaitan dengan
pembentukan gamet selama spermatogenesis, sehingga dari sini hanya terbentuk gamet jantan
(M). Dalam penelitian tidak ditemukan produk dari gen driver terpaut dengan alel yang
menentukan jenis kelamin betina (mD) dan alel responder terpaut dengan alel yang menentukan
jenis kelamin jantan (Ms/i). Dari sini dapat diketahui bahwa ekspresi hanya ditunjukkan pada gen
driver terpaut alel yang menentukan jenis kelamin jantan (M D) dan alel responder terpaut alel
yang menentukan jenis kelamin betina (ms/i). Walaupun sejauh ini mekanisme molekuler
berdasarkan sistem MD belum banyak diketahui, namun penelusuran fenotipe pada nyamuk
Aedes aegypti berdasarkan rasio jenis kelamin jantan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan frekuensi alel driver dan responder
pada populasi nyamuk A.aegypti di Trinidad dan pengaruh meiotic drive pada perubahan
frekuensi alel driver dan responder pada populasi nyamuk A.aegypti di Trinidad. Desain
penelitian dilakukan dengan menentukan 7 lokasi dan sampling populasi nyamuk A.aegypti.
Habitat nyamuk A.aegypti yang dilakukan manipulasi dengan perkawinan silang untuk
menentukan hewan jantan (male test) yang belum diketahui genotipnya dengan betina yang telah
diketahui genotipnya yang bersifat sensitive terhadap gen driver (msms). Disamping itu, juga
dilakukan perkawinan silang untuk menentukan hewan betina (female test) yang belum diketahui
genotipnyae dengan jantan yang memiliki genotip (M Dmi). Dalam uji perkawinan silang (test
cross) tersebut dilakukan observasi dan estimasi rasio jenis kelamin yang mengindikasikan
genotipe individual dan estimasi frekuensi alel driver dan responder. Selanjutnya, frekuensi alel
driver dan responder ditentukan dan dibandingakn antar 7 lokasi uji yang berbeda.

METODE
PENETUAN RASIO SEKS DAN GENOTIP
Rasio seks diobservasi melalui tes cross pada individu jantan dan betina. Hal tersebut
dilakukan untuk memperkirakan keberagaman genotip pada lokus driver (Gambar 2). Rasio
antara nyamuk jantan dan betina dihitung menggunakan uji x 2. Standar rasio seks yang
digunakan oleh peneliti yaitu rasio antara jantan:betina dengan perbandingan sebesar
0.535:0.465. Uji diawali dengan menentukan rasio seks nyamuk jantan yang diperoleh dari
lapang, sebanyak 5 kelompok keluarga pada keturunan F1 dan 6 kelompok keluarga pada
keturunan BC1.

Gambar 2. Uji Tes Cross untuk Mengidentifikasi Nyamuk Jantan yang Membawa Meiotic Driver
dan Sensitivitas untuk Driver pada Nyamuk Betina. MD: Alel Driver, Md: Alel Non-Driver, ms:
Alel Sensistif Responder, dan mi: Alel Insensistif Responder
Beberapa parameter penentuan rasio seks digunakan dalam penelitian ini. Rasio seks
nyamuk jantan yang menunjukkan hasil bias pada keturunan F1 mengindikasikan bahwa nyamuk
jantan yang digunakan dalam uji tes cross, memiliki genotip M Dms. Rasio seks yang
menunjukkan hasil normal pada keturunan F1 dan rasio seks jantan yang bias pada keturunan
BC1 mengindikasikan bahwa nyamuk jantan yang diuji memiliki genotip M Dmi. Tidak adanya
perubahan rasio seks pada keturunan F1 dan BC1, mengindikasikan bahwa nyamuk jantan
tersebut membawa alel non-driving (alel Md). Jumlah nyamuk jantan dan betina dari 5 kelompok
keluarga F1digunakan untuk menentukan rasio seks. Jika terdapat kurang dari 4 keluarga dari
total 6 keluarga yang digunakan pada keturunan BC1 menunjukkan nilai signifikan tehadap rasio
seks 1:1, maka nyamuk jantan yang diuji dapat diklasifikasikan sebagai nyamuk dengan alel
non-driver.

Nyamuk betina yang didapat dari lapang diuji keberagaman genotip pada lokus responder
melalui penentuan rasio seks pada generasi BC1. Nyamuk betina dengan genotip m sms memiliki
pejantan dengan rasio bias pada kelompok BC1, sedangkan nyamuk betina dengan

m smi

memiliki rasio pejantan bias dan normal pada kelompok BC1.


Data genotip dikonversi menjadi frekwensi alel pada lokus driver dan responder untuk
setiap sampel dari tujuh lokasi yang digunakan. Rata-rata rasio seks dari kelompok BC1
ditentukan untuk melihat kekuatan alel drive pada setiap individu jantan dan alel responder
sensitif untuk pengujian pada individu betina. Rata-rata rasio seks untuk betina heterozigot
ditentukan dari pejantan dengan rasio bias pada kelompok BC1 untuk responder sensitif dan ratarata rasio seks dari kelompok 1:1 untuk responder insensitif.
HASIL
Penentuan Rasio Seks dan Genotip
Rasio seks dan genotip pada lokus driver menunjukkan hasil yang beragam, berdasarkan
pengujian pada nyamuk jantan dari telur nyamuk yang dikoleksi dari tujuh lokasi di Trinidad
(Tabel 1). Penentuan genotip didasarkan pada asumsi bahwa rasio seks pejantan yang bias
disebabkan karena adanya produk gen meiotic drive yang berdampak pada adanya segregasi
gamet. Frekwensi alel MD berkisar antara 0.1-0.5 (Tabel 2), dengan frekwensi tertinggi terdapat
pada sampel yang dikoleksi dari daerah Curepe. Rata-rata frekwensi alel dari meiotic driver dan
non-driver yaitu sebesar 0.26 0.14 dan 0.74 0.14.
Rasio seks dan genotip pada lokus responder juga menunjukkan hasil yang beragam
(Tabel 3). Frekwensi alel ms berkisar antara 0.3-0.6 (Tabel 2). Frekwensi tertinggi diperoleh pada
sampel yang dikoleksi dari daerah Fyzabad. Frekwensi alel m i berkisar antara 0.4-0.7 dengan
frekwensi alel tertinggi terdapat pada sampel yang dikoleksi dari Valencia. Betina heterozigot
teridentifikasi mendominasi pada seluruh lokasi pengambilan sampel. Rata-rata frekwensi alel
responder sensitif dan responder insensitif yaitu sebesar 0.42 0.10 dan 0.58 0.10. Frekwensi
alel MD yang diobservasi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan alel m i (r=0.17),
hal ini menunjukkan bahwa dua lokus tidak memiliki hubungan kesetimbangan dengan tempat.
Disamping itu menunjukkan adanya migrasi secara berkelanjutan ke dalam suatu pulau dan
imigrasi dari sumberdaya luar yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Tabel 1. Rasio Seks dan Genotip yang diObservasi pada Lokus Gen Driver dalam Uji Tes Cross
Jantan

Tabel 2. Frekwensi Alel dalam Sistem Meiotic Drive Hasil Observasi pada Tiap Lokasi
Pengambilan Sampel di Trinidad

Tabel 3. Rasio Seks dan Genotip yang diObservasi pada Lokus Gen Responder dalam Uji Tes
Cross Betina

Perubahan Rasio Seks


Variasi perubahan rasio seks alel driver terpaut kelamin jantan yang diobservasi,
menunjukkan hasil yang beragam (Gambar 3). Frekwensi alel driver yang kuat (<12.5% betina)
yaitu <3% antar pulau. Rata-rata rasio seks BC1 yang dihubungkan dengan alel M D yaitu sebesar
25.5% betina. Gangguan rasio seks yang diobservasi dari uji pada individu betina dapat dilihat
pada Gambar 3B. Menurut Wood lokus responder diklasifikasikan menjadi enam kelompok
berdasarkan sensitivitasnya terhadap drivernya. Akan tetapi dalam penelitian ini data yang
diperoleh tidak sesuai sepenuhnya dengan klasifikasi yang dibuat Wood tersebut. Meskipun
demikian, observasi gangguan rasio seks yang dilakukan menunjukkan hasil yang sama dengan

strain T30 yang diobservasi. Frekwensi responder sensitif tertinggi (<12.5% betina) yaitu sebesar
<2.5% antar pulau yang diobservasi. Rata-rata rasio seks BC1 yang dihubungkan dengan alel m s
yaitu sebesar 29.1% betina.

Gambar 3. Distribusi Persentase Nyamuk Betina pada Keturunan BC dan Pejantan pada F1
didapat dari Dua Tes Cross

Anda mungkin juga menyukai