Hipotermal
Hipotermal
Disusun oleh :
Ariel Anandia N.
Ari Setyo Mardhiko
Frennyta Kusuma W.
Rizqika Mydhya O.
L2L007012
L2L008008
L2L008028
L2L008055
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan,
proses
pembentukan,
komposisi,
model
(bentuk,
ukuran,
dimensi),
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Hidrotermal
Volkanisme dan panas merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu wajar
bila banyak endapan mineral berasosiasi dengan batuan volkanik panas yag
dimasuki air yang bersirkulasi di kedalaman, yang berasal dari air hujan atau
air laut. Banyak sekali endapan mineral dijumpai pada bagian atas tumpukan
Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 >500C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervariasi di bawah permukaan bumi. Sistem ini mengandung dua komponen
utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal
menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil dan
cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan
mineral yang sesuai dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi
(ubahan) hidrotermal.
Sistem Hidrotermal Di Indonesia
Sistem
hidrotermal
di
Indonesia
umumnya
merupakan
sistem
bertemperatur
sedang,
yaitu
suatu
sistem
yang
yang
dikandungnya
di
rongga-rongga
batuan
dan
e. Konsentrasi
mineral
yang
cukup
di
dalam
deposit,
sehingga
11
c. Endapan Epitermal.
Mineralisasi yang terbentuk oleh fluida hidrotermal pada daerah dekat
permukaan yang berhubungan aktivitas volkanisme (batuan beku),
awalnya ditentukan terbentuk pada temperatur 50-200C, namun saat ini
kemungkinan dapat terbentuk pada temperatur 100-300C. Endapan ini
dibedakan menjadi dua, yaitu endapan sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi
(Morrison, 1997) (tipe ini akan dibahas selanjutnya).
d. Endapan Sulfida Masif Batuan Volkanik (Volcanogenic-Hosted Massive
Sulphide/VHMS).
Mineralisasi yang berasosiasi dengan sistem hidrotermal yang berkembang
di daerah volkanik dan batuan volkanoklastik (volkanik-sedimen) pada
daerah dasar laut (Morrison, 1997).
Sedangkan menurut (Lingrend 1933) endapan hydrothermal
dapat dibagi menjadi tiga yaitu hipotermal, mesotermal,
dan epitermal.
12
mineral yang ada sulpida seperti pyrite, chalcopryite, galena dan sphalerite.
Pada intrusi granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan
ini, yang mencirikan karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi
geologi lokal (permeabilitas dan reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan
beserta temperatur dari fluida hydrothermal (air pada temperatur 100C dapat
tetap menjadi cairan dibawah tekanan yang tinggi tetapi ketika berada
lingkungan tekanan yang rendah dapat mendidih secara tiba-tiba bahkan
meledak secara explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu magma
asli, tetapi umumnya terbentuk ketika airtanah terpanaskan oleh tubuh batuan
yang meleleh, contohnya sebuah sub-volcanic magma-chamber.
Magma (batuan beku) dengan kandungan K2O dan Na2O yang tinggi
dapat menjadi host untuk unsur-unsur lithophile seperti Zr, Nb dan
Lanthanides.
15
Definisi
Skarn dapat terbentuk selama metamorfisme kontak atau regional. Selain
itu juga dari berbagai macam proses metasomatisme yang melibatkan fluida
magmatik, metamorfik, meteorik, dan yang berasal dari laut. Skarn dapat
ditemukan di permukaan sampai pluton, di sepanjang sesar dan shear zone, di
sistem geotermal dangkal, pada dasar lantai samudra maupun pada kerak
bagian bawah yang tertutup oleh dataran hasil metamorfisme burial dalam.
Skarn dibagi menjadi endoskarn dan eksoskarn dengan didasarkan pada jenis
kandungan protolit.
Mineralogi
Secara umum, Kuarsa dan kalsit selalu hadir dalam semua jenis skarn.
Sedangkan mineral lain hanya hadir pada jenis skarn tertentu seperti talk,
serpentine, dan brusit yang hadir hanya pada skarn tipe magnesian.
Evolusi skarn
Formasi dari skarn deposit merupakan hasil dari proses yang dinamis.
Pada sebagian besar skarn deposit, terdapat beberapa transisi dari
16
18
19
Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan
Oksida Sn.
Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa fissure-vein.
20
BAB III
KESIMPULAN
a.
b.
21
c.
berdasarkan
jauh
dekatnya
magma
serta
Pada intrusi granit, endapan Hipothermal sering berupa endapan logam Au,
Pb, Sn
DAFTAR PUSTAKA
http://elyasdasilvacabral.blogspot.com/
http://hadiwijayatambang.blogspot.com/2011/03/fase-hidrothermal.html
http://miningforce.blogspot.com/2010/08/genesaketerjadian-bahan-galian.html
http://miningforce.blogspot.com/2010_08_04_archive.html
http://neyrietattu.blogspot.com/
http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/20/
http://tambangunhas.wordpress.com/tag/mineral-deposit/
http://www.indiana.edu/~g105lab/images/gaia_chapter_13/vent_communities.htm
http://www.mgi.esdm.go.id/content/menyingkap-potensi-kekayaan-dasar-lautperairan-flores-dalam-perspektif-geologi-kelautan
http://www.pabbicara.co.cc/2010/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
22
23