Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH ENDAPAN MINERAL

PROSES HIDROTERMAL PEMBENTUK FORMASI


ENDAPAN MINERAL HIPOTERMAL

Disusun oleh :

Ariel Anandia N.
Ari Setyo Mardhiko
Frennyta Kusuma W.
Rizqika Mydhya O.

L2L007012
L2L008008
L2L008028
L2L008055

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
JUNI 2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan,
proses

pembentukan,

komposisi,

model

(bentuk,

ukuran,

dimensi),

kedudukan, dan faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian


(geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah
sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru,
mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu
dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta
membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan
galian tersebut.
Mineral merupakan suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisis
dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang
tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa gas, padat, dan cair.
Proses pembentukan mineral ini harus berasal dari alam, bukan dari hasil
laboratorium, misalnya di alam zat dengan komposisi SiO2 adalah mineral
kuasa sedangkan apabila dibuat secara kimia, maka namanya adalah Silisium
dioksida.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya
disebut dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah
terubah melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes)
disebut dengan endapan sekunder (supergen).
Mineral yang terbentuk biasanya berasosiasi dengan mineral lain, yang
kemudian disebut dengan endapan mineral. Pembentukan endapan mineral
dapat disebabkan oleh beberapa proses, salah satunya adalah proses
2

hydrothermal. Proses hydrothermal terjadi akibat dari cairan panas alami


yang membawa mineral ke tempat baru atau dapat mengubah mineral
menjadi mineral baru (alterasi). Mineralisasi yang berasosiasi dengan fluida
hidrotermal bertemperatur tinggi (300 - 500C) dan tekanan yang sangat tinggi

akan membentuk formasi endapan hipotermal.


Proses ini cukup menarik untuk dibahas karena endapan mineral strategis
banyak terbentuk karena proses ini, misalnya endapan mineral pada batuan
porfiri dan skarn.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dalam makalah ini akan dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
Bagaimana proses pembentukan endapan mineral hipotermal ?
Proses hydrothermal yang terjadi pada endapan mineral hipotermal ?
Karakteristik endapan mineral hipotermal yang terbentuk pada proses
hydrothermal ?
1.3 Maksud dan tujuan
1.3.1 Maksud :
Melakukan pembelajaran tentang proses-proses hydrothermal yang
terjadi pada pembentukan endapan mineral hipotermal.
Melakukan pembelajaran mengenai karakteristik endapan mineral
hipotermal hasil dari proses hydrothermal.
1.3.2 Tujuan :
Mengetahui proses hydrothermal pada endapan mineral hipotermal.
Mengetahui karakteristik endapan mineral hipotermal hasil proses
hydrothermal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Hidrotermal

Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai


hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang
relative ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses
pembentukan endapan-endapan bijih.
Proses Hidrothermal yaitu air panas yang naik akibat proses magmatik
ataupun dari proses lainnya seperti air meteorik atau yang terbebaskan pada
suatu proses malihan. Air panas tersebut dapat melarutkan unsur logam dari
batuan yang dilaluinya, kemudian diendapkan di suatu tempat pada
temperatur yang lebih rendah, sebagian besar cebakan mineral berasal dari
proses ini.
Sirkulasi hidrotermal dalam arti yang paling umum adalah sirkulasi air
panas, sedangkan Yunani hydros yang berarti air dan "termos berarti
panas. Sirkulasi hidrotermal terjadi paling sering di sekitar sumber panas di
dalam kerak bumi. Hal ini umumnya terjadi di dekat gunung berapi aktivitas,
tetapi dapat terjadi pada kerak dalam berhubungan dengan intrusi granit , atau
sebagai hasil dari orogeny atau metamorfosis .
Selain itu dapat juga menghasilkan ubahan pada batuan yang dialirinya.
Larutan hidrotermal mempunyai peranan penting dalam pembentukan
cebakan mineral yang berharga, dengan membentuk urat-urat dan alterasi
batuan. Cebakan mineral berharga hasil larutan hidrotermal lebih banyak
dijumpai dari pada tipe lainnya. Komposisi utama dari larutan hidrotermal
adalah air.
Airnya selalu mengandung garam-garam, sodium khlorida, potassium
khlorida, kalsium sulfat, dan kalsium khlorida. Kadar garam yang terlarut
sangatlah bervariasi, mulai dari salinitas air laut yaitu 3.5% berat sampai
puluhan kalinya. Larutan yang sangat asin (barin, kadar garam tinggi) dapat

melarutkan sedikit mineral yang tamoaknya tidak larut seperti emas,


kalkopirit, galena dan sfalerit.
Larutan hidrotermal terjadi dalam beberapa cara. Salah satunya peleburan
magma yang terjadi oleh parsial basah yang mendingin dan mengkristal, air
yang menyebabkan peleburan parsial basah dilepaskan. Namun tidak sebagai
air murni, tetapi mengandung semua unsure yang dapat larut yang terdapat
pada magma seperti NaCl dan unsure kimia: emas, perak, tembaga, timbal,
zinc, merkuri dan molybdenum, yang tidak terikat kuarsa, feldspar, dan
mineral lain dengan substitusi ion. Suhu yang tinggi meningkatkan efektifitas
larutan yang sangat asin ini untuk membentuk endapan mineral hidrotermal.

Gambar 2.1 Sirkulasi Hidrothermal

Endapan mineral yang terbentuk dari volkanisme pematang tengah


samudra dinamakan volcanogenic massive sulfide deposits. Batuan kerak
samudra yang kaya akan piroksen menghasilkan larutan mengandung Cu dan
Zn.Hasilnya, endapan volcanogenic massive sulfide kaya akan copper dan
zinc.

Gambar 2.2 volkanisme pematang tengah samudra

Pada black smokers, cairan hydrothermal yang naik berwarna hitam


disebabkan oleh partikel sufida besi dan presipitasi mineral lain merupakan
cerobongnya dari larutan yang mendingin oleh air laut yang dingin. Struktur
seperti cerobong terdiri dari pyrite, chalcopyrite, dan mineral bijih lainnya
diendapkan oleh larutan hydrothermal.
Gambar 2.3 Black smokers

Volkanisme dan panas merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu wajar
bila banyak endapan mineral berasosiasi dengan batuan volkanik panas yag
dimasuki air yang bersirkulasi di kedalaman, yang berasal dari air hujan atau
air laut. Banyak sekali endapan mineral dijumpai pada bagian atas tumpukan

volkanik, yang diendapkan saat larutan hidrotermal bergerak naik, mendingin


dan mengendapkan mineral bijih.
Saat larutan hidrotermal bergerak perlahan ke atas larutan akan
mendingin sangat lambat. Jika mineral terlarut diendapkan (precipitated) dari
larutan ini akan menyebar jauh dan luas sehingga tidak cukup terkonsentrasi
membentuk endapan bijih. Namun apabila larutannya bergerak cepat seperti
melalui rekahan yang terbuka pada massa batuan yang hancur (shattered) atau
lapisan tefra porous dimana aliran agak lancer pendinginannya dapat
berlangsung secara tiba-tiba dan pada jarak yang pendek. Presipitasi cepat
cepat dan konsentrasi mineral menghasilkan cebakan mineral. Pengaruh
lainnya adalah penurunan tekanan yang cepat, mengubah komposisi larutan
karena bereaksi dengan batuan di sekitarnya, dan mendingin akibat
bercampur dengan air laut dapat juga menyebabkan presipitasi cepat dan
membentuk konsentrasi cebakan.
2.2 Sistem Hidrotermal

Sistem hidrotermal didefinisikan sebagai sirkulasi fluida panas (50 >500C), secara lateral dan vertikal pada temperatur dan tekanan yang
bervariasi di bawah permukaan bumi. Sistem ini mengandung dua komponen
utama, yaitu sumber panas dan fase fluida. Sirkulasi fluida hidrotermal
menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil dan
cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru dengan membentuk himpunan
mineral yang sesuai dengan kondisi yang baru, yang dikenal sebagai alterasi
(ubahan) hidrotermal.
Sistem Hidrotermal Di Indonesia
Sistem

hidrotermal

di

Indonesia

umumnya

merupakan

sistem

hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (225oC), hanya beberapa


diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150-225oC). Pada dasarnya
sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan
panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi
7

dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui


batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya
kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara
konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy).
Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk
bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu
sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air
menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan
air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun
ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali
ditunjukkan oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal
surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud
pools), geyser dan manifestasi panasbumi lainnya, dimana beberapa
diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya
perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahanrekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir
ke permukaan.
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida
utamanya, sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa
atau sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air
atau sistem dominasi uap. Sistim dominasi uap merupakan sistim yang sangat
jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai kandungan fasa
uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan
umumnya terisi oleh uap dan poripori batuan masih menyimpan air.
Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah
reservoir dominasi uapnya. Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi
yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air
yang sangat dominan walaupun boiling sering terjadi pada bagian atas
8

reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan


tekanan tinggi. Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak,
temperatur reservoir panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500oC.
Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistim
panasbumi menjadi tiga, yaitu:
a. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang

reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.


b. Sistem/reservoir

bertemperatur

sedang,

yaitu

suatu

sistem

yang

reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 1250C dan 2250C.


c. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang reservoirnya

mengandung fluida bertemperatur diatas 2250C.


Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida
yaitu sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan
sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga
entalphi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah
fungsi dari temperatur.
2.3 Proses dan Tipe Hidrotermal Pada Endapan Mineral

Endapan mineral hidrotermal dapat terbentuk karena sirkulasi fluida


hidrotermal yang melindi (leaching), mentranspor, dan mengendapkan
mineral-mineral baru sebagai respon terhadap perubahan fisik maupun
kimiawi (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004).
Produk akhir dari proses diferensiasi magmatik adalah suatu larutan yang
disebut larutan magmatik yang mungkin dapat mengandung konsentrasi
logam yang dahulunya berada dalam magma. Larutan magmatik ini yang juga
disebut larutan hidrotermal banyak mengandung logam-logam yang berasal
dari magma, yang sedang membeku dan diendapkan di tempat-tempat sekitar
magma yang sedang membeku tadi.
Larutan ini makin jauh dari magma, akan makin kehilangan panasnya
sehingga dikenal:
9

a. Deposit hidrotermal suhu tinggi: di tempat terdekat dengan intrusi.


b. Deposit hidrotermal suhu menengah: di tempat-tempat yang agak jauh.
c. Deposit hidrotermal suhu rendah: ditempat yang jauh
Gambar 2.4 Sistem Hidrothermal

Deposit tersebut juga dinamakan deposit hipotermal, mesotermal dan


epitermal, tergantung dari suhu, tekanan dan keadaan geologi di mana mereka
terbentuk, seperti yang ditunjukkan oleh mineral-mineral yang dikandungnya.
Dalam perjalanan menerobos batuan, larutan hidrotermal akan mendepositkan
mineral-mineral

yang

dikandungnya

di

rongga-rongga

batuan

dan

membentuk deposit celah (cavity filling deposit) atau melalui proses


metasomatik membentuk deposit pergantian (replacement deposit). Secara
umum deposit replasemen terjadi pada kondisi suhu dan tekanan tinggi, pada
daerah lebih dekat dengan batuan intrusifnya yang merupakan deposit
hipotermal, sedang deposit celah lebih banyak terjadi di daerah dengan suhu
dan tekanan rendah, yang merupakan deposit epitermal yang terletak agak
jauh dari batuan intrusifnya.
Syarat penting terjadinya deposit hidrotermal adalah:
a. Adanya larutan yang mampu melarutkan mineral.
b. Adanya rekahan/rongga pada batuan, di mana larutan dapat lewat.
c. Adanya tempat, di mana larutan akan mendepositkan kandungan
mineralnya.
d. Adanya reaksi kimia yang menghasilkan pengendapan mineral
10

e. Konsentrasi

mineral

yang

cukup

di

dalam

deposit,

sehingga

menguntungkan kalau ditambang.


Menurut Warmada (2007), klasifikasi endapan hidrotermal dapat
dibedakan menjadi 4 berdasarkan jauh dekatnya magma serta
temperaturnya serta komposisi mineraloginya yaitu:
a. Endapan Hipotermal.
Mineralisasi yang berasosiasi dengan fluida hidrotermal bertemperatur
tinggi (300 - 500C) dan tekanan yang sangat tinggi (Morrison, 1997).
1) Porfiri; endapan hidrotermal yang terbentuk seperti stockwork atau
diseminasi (menyebar) secara dominan yang berasosiasi dengan
intrusi porfiritik dengan mineralisasi yang berasosiasi lebih dominan
dengan alterasi potasik (Morrison, 1997).
2) Skarn; mineralisasi yang terbentuk pada temperatur sedang-tinggi,
berhubungan dengan batuan yang teralterasi hidrotermal / proses
metasomatisme yang dekat dengan tubuh intrusi dan batuan karbonat
(Morrison, 1997).
b. Endapan Mesotermal (Shear Zone).
Mineralisasi yang terbentuk pada daerah yang dalam di dalam kerakbumi,
dari fluida hidrotermal bertemperatur tinggi (200-300C, bahkan dapat
mencapai 400C), dekat dengan tekanan litostatik (tekanan sangat tinggi).
Fluida dapat berasal dari fluida meteorik dan/atau magmatik dan/atau
metamorfik, di mana fluida metamorfik lebih dominan. Mineralisasi ini
biasanya disebut sebagai metamorfogenik (Morrison, 1997), contohnya :
1) Lode; endapan urat epigenetik pada metamorphic terrane (Kerrich,
1993, dalam Deb, 2007). Endapan ini juga disebut endapan emas yang
berasal dari batuhijau (greenstone), endapan emas orogenik, endapan
emas gerus (terbentuk pada shear zone), endapan emas murni (Au).

11

c. Endapan Epitermal.
Mineralisasi yang terbentuk oleh fluida hidrotermal pada daerah dekat
permukaan yang berhubungan aktivitas volkanisme (batuan beku),
awalnya ditentukan terbentuk pada temperatur 50-200C, namun saat ini
kemungkinan dapat terbentuk pada temperatur 100-300C. Endapan ini
dibedakan menjadi dua, yaitu endapan sulfidasi rendah dan sulfidasi tinggi
(Morrison, 1997) (tipe ini akan dibahas selanjutnya).
d. Endapan Sulfida Masif Batuan Volkanik (Volcanogenic-Hosted Massive
Sulphide/VHMS).
Mineralisasi yang berasosiasi dengan sistem hidrotermal yang berkembang
di daerah volkanik dan batuan volkanoklastik (volkanik-sedimen) pada
daerah dasar laut (Morrison, 1997).
Sedangkan menurut (Lingrend 1933) endapan hydrothermal
dapat dibagi menjadi tiga yaitu hipotermal, mesotermal,
dan epitermal.

2.4 Endapan Hipotermal


Pada proses hypothermal ini terletak paling dekat dengan tubuh intrusi
dan diendapkan dalam suhu yang paling tinggi antara 450o - 300oC. Larutan
ini, yang menembus batuan induk atau batuan samping akan membawa
mineral-mineral yang mengisi rekaan-rekaan dan membentuk cavity filling
deposit serta mengalami proses pengatian pada batuan induk dan batuan
samping sebagai replacement deposit yang akan menghasilkan mineral
semudengan pengisisan oleh Flurite dan barite. Pengendapan ini melalui
larutan colloid dan membentuk larutan metacoloid dengan ciri adanya
subtitusi yang mempunyai jari-jari ion sama dengan unsur yang digantikan.
Endapan ini berupa urat (vein) korok (dike) dicirikan oleh proses replacement
yang kuat menghasilkan gossan dan skarn. Endapan ini biasanya ada pada

12

mineral yang ada sulpida seperti pyrite, chalcopryite, galena dan sphalerite.
Pada intrusi granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan
ini, yang mencirikan karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi
geologi lokal (permeabilitas dan reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan
beserta temperatur dari fluida hydrothermal (air pada temperatur 100C dapat
tetap menjadi cairan dibawah tekanan yang tinggi tetapi ketika berada
lingkungan tekanan yang rendah dapat mendidih secara tiba-tiba bahkan
meledak secara explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu magma
asli, tetapi umumnya terbentuk ketika airtanah terpanaskan oleh tubuh batuan
yang meleleh, contohnya sebuah sub-volcanic magma-chamber.

Proses Terbentuknya Endapan Hipotermal

1. Proses Cavity filling


Larutan sisa yang encer mengisi ronga-ronga yang ada yaitu celah atau
rekahan batuan akan memberikan endapan mineral yang disebut sebagai
proses cavity filling. Pembentukan mineral awalnya terjadi sepanjang
dinding bagian dari rekahan kemudian tumbuh kebagian tengahnya seperti
pembentukan mineral kuarsa dari pingir celah kearah bagian tengah. Jika
hanya satu mineral yang mengisi suatu celah dan terus tumbuh sampai
celah tersebut tertutup akan terbentuk endapan bijih yang massif dan
homogen. Pengisihan ini dapat terdiri dari macam-macam mineral yang
tumbuh berupa uratan.
Proses cavity filling dapat di kelompokan menjadi :
a. Veins merupakan pengisian mineral pada celah-celah batuan yang
berupa urat-urat contohnya urat kuarsa terbentuk pada endapan larutan
celah pada batuan yang terbuka, sehingga menbentuk mineral berupah
urat-urat. Biasanya pada batuan yang bersifat britle. Endapan-endapan
yang terisi pada urat-urat antara lain kuartz, gold, silver, Zink dan
copper.
13

b. Shear Zone deposits merupakan zona tipis, sheetlike, sambungkan


celah-celah atau Zona, berfungsi sebagai saluran istimewa untuk proses
mineralisasi, dan terjadi dalam lapisan batuan dan celah batuan yang
dibentuk oleh endapan-endapan yang berukuran halus.
c. Stockwork merupakan hubungan yang berjalinan antara mineral biji
yang berukuran kecil pada urat yang melewati batuan dengan skala
yang luas. Dari ukuran centimeter sampai beberapa meter yang uraturatnya saling mengikat. Pada umumnya terjadi pada pengisian celah
yang terbuka, celah tersebut karena intrusi.
2. Proses Replacement
Pada umumnya proses ini terjadi pada suhu masih tinggi yaitu 400-250 oC
sehingga proses pengendapan dapat mengantikan satu mineral dengan
mineral lain. Proses ini merupakan proses penting pada pembentukan
epigenetic (terbentuk setelah pembentukan host rock), sehingga kaya akan
unsure sulfide. Apapun sumbernya larutan yang memiliki temperatur
hangat ini disebut fluida hidrotermal, dan mineral bijih yang mungkin
terendapkan adalah mineral bijih hidrotermal.
Proses replacement terdiri dari :
a. Endapan massive. Yang mencirikan adalah ukuran endapan bervariasi
dan terbentuk secara irregular. Pada umumnya terdapat pada
batugamping dengan lapisan yang menebal sampai menipis karena
mengikuti ronga-ronga pada batugamping.
b. Replacement lode deposits merupakan pengisihan celah tipis yang telah
mengalami replacement berupah lapisan sisipan atau sendiri. Biasanya
mencapai beberapa centimeter sampai beberapa meter
c. Disseminated replacement deposits merupakan endapan replacement
yang menebar berupa urat-urat.
Mineral yang saling berasosiasi yang dipengaruhi oleh proses hydrothermal
Berdasarkan data-data eksperimen dan pemodelan memperlihatkan bahwa logamlogam pada umumnya termobilisasi (berasosiasi) dengan magma. Berdasarkan
14

pengukuran-pengukuran pada material hasil letusan gunung api memperlihatkan


bahwa gas-gas yang terlepas dari magma (degassing magma) dapat membawa
logam-logam. Berdasarkan studi terhadap beberapa tipe endapan, memperlihatkan
adanya hubungan antara jenis (komposisi) magma yang berasosiasi dengan
kandungan unsur-unsur logam tertentu, antara lain :

Magma (batuan beku) dengan kandungan K2O dan Na2O yang tinggi
dapat menjadi host untuk unsur-unsur lithophile seperti Zr, Nb dan
Lanthanides.

Magma dengan komposisi aluminous yang kaya dengan F secara spesifik


berasosiasi dengan Sn, Mo, dan B.

Timah (Sn) dan tungsten (W) memperlihatkan kecenderungan berasosiasi


dengan reduced magma (dicirikan dengan absen-nya magnetite).

Tembaga (Cu) dan Molibdenum (Mo) memperlihatkan kecenderungan


berasosiasi dengan oxided magma (dicirikan dengan kehadiran
magnetite).

Berdasarkan pemetaan terhadap keberadaan (sebaran) endapan-endapan pada


lingkungan hydrothermal memperlihatkan korelasi antara lingkungan tektonik
(busur magmatik) dengan distrik (komplek) bijih.

15

2.5 Skarn Produk Hipotermal

Definisi
Skarn dapat terbentuk selama metamorfisme kontak atau regional. Selain
itu juga dari berbagai macam proses metasomatisme yang melibatkan fluida
magmatik, metamorfik, meteorik, dan yang berasal dari laut. Skarn dapat
ditemukan di permukaan sampai pluton, di sepanjang sesar dan shear zone, di
sistem geotermal dangkal, pada dasar lantai samudra maupun pada kerak
bagian bawah yang tertutup oleh dataran hasil metamorfisme burial dalam.
Skarn dibagi menjadi endoskarn dan eksoskarn dengan didasarkan pada jenis
kandungan protolit.
Mineralogi
Secara umum, Kuarsa dan kalsit selalu hadir dalam semua jenis skarn.
Sedangkan mineral lain hanya hadir pada jenis skarn tertentu seperti talk,
serpentine, dan brusit yang hadir hanya pada skarn tipe magnesian.
Evolusi skarn
Formasi dari skarn deposit merupakan hasil dari proses yang dinamis.
Pada sebagian besar skarn deposit, terdapat beberapa transisi dari
16

metamorfisme distal yang menghasilkan hornfels dan skarnoid ke


metamorfisme proximal yang menghasilkan skarn yang mengandung bijih
berukuran relatif kasar. Selama gradien suhu yang tinggi dan sirkulasi fluida
skala besar akibat intrusi magma, metamorfisme kontak dapat menjadi lebih
kompleks dibandingkan model rekristalisasi isokimia yang menyusun
metamorfisme regional. Semakin kompleks fluida metasomatisme, akan
menghasilkan keterkaitan antara proses metamorfisme yang murni dengan
proses metasomatisme.
Zonasi Skarn deposit
Terdapat pola zonasi pada skarn pada umumnya. Pola zonasi ini berupa
proximal garnet, distal piroksen, dan idiokras (atau piroksenoid seperti
wolastonit, bustamit dan rodonit) yang terdapat pada kontak antara skarn dan
marmer. Selain itu, masing-masing mineral penyusun skarn dapat
menunjukan warna yang sistematis atau komposisi yang bervariasi dalam
pola zonasi yang lebih luas.
Tektonik Setting
Klasifikasi tektonik yang sangat berguna dari deposit skarn seharusnya
mengelompokkan tipe skarn yang pada umumnya berada bersama dan
membedakannya yang secara khusus terdapat dalam tektonik setting yang
khusus. Sebagai contohnya, deposit skarn calcic Fe-Cu sebenarnya hanyalah
tipe skarn yang ditemukan dalam wilayah busur kepulauan samudra. Banyak
dari skarn ini juga diperkaya oleh Co, Ni, Cr, dan Au. Sebagai tambahan,
beberapa skarn yang mengandung emas yang bernilai ekonomis muncul dan
telah terbentuk pada back arc basin yang berasosiasi dengan busur volkanik
samudra (Ray et al., 1988). Beberapa kenampakan kunci yang menyusun
skarn tersebut terpisah dari asosiasinya dengan magma dan kerak yang lebih
berkembang adalah yang berasosiasi dengan pluton yang bersifat gabbro dan
diorit, endoskarn yang melimpah, metasomatisme yang tersebar luas dan
ketidakhadiran Sn dan Pb.
Kebanyakan deposit skarn berasosiasi dengan busur magmatik yang
berkaitan dengan subduksi dalam kerak benua. Komposisi pluton berkisar
17

dari diorit sampai granit walaupun pada dasarnya memiliki perbedaan


diantara tipe skarn logam yang muncul untuk mencerminkan lingkungan
geologi setempat (kedalaman formasi, pola struktural dan fluida) lebih pada
perbedaan pokok dari petrogenesis (Nakano,et al., 1990). Sebaliknya, skarn
yang mengandung emas pada lingkungan ini berasosiasi dengan pluton yang
tereduksi secara khusus yang mungkin mewakili sejarah geologi yang khusus.
Beberapa Skarn, tidak berasosiasi dengan subduksi yang berkaitan dengan
magmatisme. Pluton yang berkomposisi granit, pada umumnya mengandung
muskovit dan biotit primer, megakristal kuarsa berwarna abu-abu gelap,
lubang-lubang miarolitik, alterasi tipe greisen, dan anomali radioaktif. Skarn
yang terasosiasi, kaya akan timah dan fluor walaupun induk dari elemen lain
biasanya hadir dan mungkin penting secara ekonomis. Perkembangan
rangkaian ini termasuk W, Be, B, Li, Bi, Zn, Pb, U, F, dan REE.
2.6 Perbedaan Endapan Hipotermal, Mesotermal, dan Epitermal
1.

Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :


Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.
Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi
dengan kedalaman yang besar.

18

Gambar 2.5 batuan korok dan urat kuarsa berlapis

Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena,


dan spalerit serta oksidasi besi.
Pada intrusi granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn

Gambar 2.6 Galena

2. Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :


Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada
endapan hipotermal.
Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat
dengan permukaan bumi.
Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami

proses penggantian antara lain berupa crustification dan banding.

19

Gambar 2.7 Tekstur kalsedon berlapis (banded


chalcedonic) (Morrison, dkk., 1990)

Gambar 2.8 (kiri) Tekstur crustiform; (kanan) Tekstur


colloform-crustiform

Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan
Oksida Sn.
Proses pengayaan sering terjadi.
3. Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.
Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa fissure-vein.

Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure.

20

Gambar 2.9 Tekstur cockade (Morrison, dkk., 1990)

Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral

ganguenya berupa klasit dan zeolit di samping kuarsa.

BAB III
KESIMPULAN
a.

Endapan mineral adalah akumulasi mineral di suatu cekungan.

b.

Sistem hidrothermal yang dipicu adanya intrusi jauh di bawah permukaan


menjadi proses utama yang menyebabkan adanya pergerakan fluida ke dekat
permukaan. Aliran fluida tersebut membawa logam-logam dan kemudian
mengendap dan membentuk endapan - endapan yang dikelompokkan sebagai
endapan hidrothermal.

21

c.

Endapan mineral hasil proses hidrothermal dibagi menjadi 3 (Lingrend


1933),

berdasarkan

jauh

dekatnya

magma

serta

temperaturnya serta komposisi mineraloginya yaitu:


Endapan Hipothermal : pada suhu tinggi (3000 -5000), terendapkan di

tempat terdekat dengan intrusi.


Endapan Mesothermal : pada suhu menengah (2000 -3000), terendapakan di

tempat-tempat yang agak jauh.


Endapan Epithermal : pada suhu rendah (<2000), terendapkan di tempat

terjauh dengan intrusi.


b. Asosiasi mineral Endapan Hipothermal berupa sulfida, misalnya pirit,

kallopirit, galena, dan spalerit serta oksidasi besi.


c.

Pada intrusi granit, endapan Hipothermal sering berupa endapan logam Au,
Pb, Sn

d. Endapan Hipothermal terbentuk pada tekanan dan temperatur pembekuan

relatif paling tinggi.


e.

Endapan Hipothermal berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan


intrusi dengan kedalaman yang besar.

DAFTAR PUSTAKA

http://elyasdasilvacabral.blogspot.com/
http://hadiwijayatambang.blogspot.com/2011/03/fase-hidrothermal.html
http://miningforce.blogspot.com/2010/08/genesaketerjadian-bahan-galian.html
http://miningforce.blogspot.com/2010_08_04_archive.html
http://neyrietattu.blogspot.com/
http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/20/
http://tambangunhas.wordpress.com/tag/mineral-deposit/
http://www.indiana.edu/~g105lab/images/gaia_chapter_13/vent_communities.htm
http://www.mgi.esdm.go.id/content/menyingkap-potensi-kekayaan-dasar-lautperairan-flores-dalam-perspektif-geologi-kelautan
http://www.pabbicara.co.cc/2010/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
22

23

Anda mungkin juga menyukai