Anda di halaman 1dari 8

Indonesia Strong from Villages

Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah yang sangat besar. Jumlah
penduduknya pun sangat besar. Di dalam luas wilayah dan jumlah penduduk
yang besar tersebut mengandung potensi yang luar biasa. Penduduk merupakan
aset sumber daya manusia. Maju mundurnya suatu bangsa dan negara
tergantung sumber daya manusianya. Sebanyak apapun kekayaan alam yang
dimiliki, secanggih apapun peralatan yang dimiliki jika manusia penggunanya
tidak berkualitas maka tidak akan menghasilkan manfaat atau keunggulan
bangsa dan negara.
Problem bangsa Indonesia yang dihadapi saat ini adalah problem kemiskinan
atau kesenjangan sosial, tingkat korupsi yang tinggi, merosotnya nilai moral.
Solusi dari semua problem tersebut adalah peningkatan kualitas manusianya
sebab manusia adalah pelaku dari kebudayaan dan peradaban sebuah bangsa.
Tinggi rendahnya kebudayaan dan peradaban tidak ditentukan oleh benda-benda
kebudayaan yang dihasilkan namun tinggi rendahnya sebuah kebudayaan dan
peradaban ditentukan oleh tingkat kesadaran manusia-manusia di dalam sebuah
bangsa. Tingkat kesadaran

manusia yang

dimaksud

itu

adalah

kualitas

manusianya. Kualitas manusia adalah tingkat kesadarannya.


Kesadaran manusia meliputi aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Kesadaran
manusia merupakan hasil dari proses pendidikan. Hal utama dalam proses
pendidikan adalah kurikulum dan sistem pendidkannya. Kurikulum sangat
berkaitan dengan ilmu yang diajarkan. Ilmu yang diajarkan harus bermutu
sehingga membangkitkan kesadaran manusia baik dalam aspek afektif, kognitif
maupun psikomototik. Sistem pendidikan sangat berkaitan dengan bagaimana
menyusun pola sehingga ilmu dapat menjadi kesadaran manusia baik dalam
aspek afektif, kognitif maupun psikomotorik.
Kurikulum dan Ilmu
Saya mengartikan kurikulum secara sederhana adalah pembagian ilmu menjadi
berbagai cabang-cabang ilmu. Di dalam dunia pendidikan formal kita berkenalan
dengan berbagai cabang-cabang ilmu misalnya biologi, fisika, kimia, bahasa,
matematika dan sebagainya. Ada pertanyaan menarik dalam pikiran saya,
sumber ilmunya mana?. Kalau biologi, fisika, kimia, matematika, bahasa
merupakan cabang ilmu maka sumber ilmu atau batang dan akarnya mana?.
Sumber ilmu ini merupakan masalah penting jika kita menginginkan pendidikan

menghasilkan manusia yang berkualitas. Kita harus mampu menjamin bahwa


sumber ilmu yang diajarkan benar-benar ilmu yang bermutu bukan ilmu bodong
yang tidak jelas asal-usulnya. Ilmu yang tidak jelas asal-usulnya dan ilmu yang
tidak bermutu pasti tidak dapat menghasilkan manusia-manusia berkarakter dan
bermoral.
Kita melihat saat ini pendidikan formal di seluruh dunia, kecuali segelintir
pendidikan non formal, kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan pasar. Kita
tahu, pada umumnya yang dimaksud pasar adalah kebutuhan pengguna lulusan
yaitu dunia industri bahkan pegawai pemerintahan pun dipengaruhi kepentingan
dunia industri. Kepentingan industri adalah masalah keuntungan para pemilik
modal. Artinya, dengan kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan pasar maka
sekolah merupakan institusi sebagai mesin-mesin pencipta manusia-manusia
untuk menjadi tenaga kerja untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal.
Konsekuensi logisnya, kebenaran ilmu ditentukan oleh kepentingan industri.
Semua ilmuwan yang bermunculan adalah ilmuwan yang lahir dari kebutuhan
industri dan kebenaran yang dibawanya adalah kebenaran dari sudut pandang
dunia industri. Secara to the point saya katakan, mereka bukan ilmuwanilmuwan yang membawa kebenaran dari sudut pandang dunia dan akhirat
karena penemuan-penemuan yang mereka hasilkan didorong dan dikondisikan
oleh kepentingan industri. Setiap zaman membawa nilai-nilai kebenarannya
sendiri, kebenaran menjadi relatif sesuai kepentingan penguasa dunia pada
zamannya.
Sebuah negara dan bangsa mempunyai kepentingan terhadap pendidikan yaitu
meningkatkan kualitas manusia-manusianya agar negara tersebut mampu
menyejahterakan bangsanya. Negara harus mempunyai sumber ilmu yang
diyakini kebenarannya. Sumber ilmu tersebut barulah dikodifikasikan menjadi
berbagai cabang-cabang ilmu. Sumber ilmu tersebut dibukukan menjadi sebuah
buku induk pendidikan. Apakah buku induk yang digunakan negara Indonesia
untuk pendidikan bangsanya? Sepertinya negara kita belum punya..!
Saya mengusulkan Al Quran sebagai buku induk pendidikan untuk Indonesia
karena Al Quran memenuhi syarat untuk itu. Di dalam Al Quran disebutkan
secara tegas bahwa Al Quran adalah buku laa rayba fiihi hudan lil muttaqiin
(Tidak ada keraguan di dalam isinya, sebagai pedoman bagi yang mau
mematuhinya. Al Baqarah: 2. Muttaqiin dari kata Taqwa artinya patuh).
Kemudian untuk menyusun kurikulum maka selanjutnya ayat-ayat Al Quran

diklasifikasi dan spesialisasi menurut obyek-obyek yang dibicarakan. Dari situlah


akan keluar berbagai cabang ilmu sehingga saya mengartikan cabang ilmu
adalah pengelompokan dan pembagian ayat-ayat Al Quran menurut obyekobyek yang dibicarakannya. Kumpulan ayat-ayat tentang fisika menjadi cabang
ilmu fisika, kumpulan ayat-ayat tentang kimia menjadi cabang ilmu kimia,
kumpulan ayat-ayat matematika menjadi cabang ilmu matematika, kumpulan
ayat-ayat sosial menjadi cabang ilmu sosial, kumpulan ayat-ayat ekonomi
menjadi cabang ilmu ekonomi dan seterusnya. Selanjutnya dari cabang-cabang
ilmu tersebut barulah manusia melanjutkan dengan berbagai penelitianpenelitian dalam rangka pembuktian-pembuktian lebih detail untuk kebutuhan
hidup manusia itu sendiri. Dengan demikian, antara manusia dan Sang Pencipta
menjadi terhubung, saling setuju (ridho). Radhiallahu anhum wa radhuu anhu
(Allah ridho dengan tujuan hidup manusia dan manusia ridho dengan tujuan
hidup yg ditetapkan Allah. Ridho = Setuju).
Namun di Indonesia, walaupun umat islam mayoritas masih ada umat non
muslim yang juga memiliki buku pedoman. Mungkin umat non muslim juga
menginginkan memberi kontribusi tentang buku induk pendidikan. Oleh karena
itu diperlukan diskusi serius oleh para pakar untuk membuat sebuah buku induk
pendidikan negara Indonesia. Sebagai sebuah negara dan bangsa, sudah
seharusnya Indonesia memiliki buku induk pendidikan sendiri sehingga tidak
terombang-ambing kekanan dan kekiri oleh berbagai perkembangan ilmu
pengetahuan barat maupun ilmu pengetahuan timur.
Sistem Jenjang Pendidikan
Selama

bulan

saya

mengikuti

perkuliahan

Guardian

Angel

yang

diselenggarakan oleh Next Edu, saya banyak mendapatkan pengetahuan dan


inspirasi yang berharga. Di situ saya berkenalan dengan Pak Munif Chatib,
praktisi Multiple Intelligence di Indonesia. Kemudian saya berkenalan dengan Pak
Bahrudin, parktisi pendidikan yang humanis. Pak Ciptono, praktisi sekolah inklusi.
Saya mempunyai kesimpulan bahwa pendidikan usia dini sebaiknya di rumah.
Usia dini yang saya maksud adalah usia sebelum manusia balig (kurang lebih 1113 tahun). Saya teringat oleh sebuah hadis Kullu mauludin yuladu alal fitrah a
abawahu

yuhawidanaihi

aw

yunashironihi,

aw

yumajisanihii

aw

yusalimani. (Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, tergantung orang
tuanya, mau dijadikannya Yahudi, Nashrani, Majusi atau Muslim). Dalam hadis

tersebut tersirat bahwa anak usia dini adalah hak dan tanggung jawab orang tua.
Saat ini dengan adanya SD bahkan PAUD banyak menimbulkan problem bahwa si
anak lebih menghormati gurunya dibanding orang tuanya, anak bukan lagi
anaknya orang tua tetapi sudah dirampas menjadi anaknya sekolah. Bahkan ada
indikasi, terdapat sebuah kepentingan global yang tersembunyi untuk merampas
(hak orang tua) dan membentuk anak menjadi pengikut sebuah ideologi
tertentu. Kepentingan global tersebut memperebutkan anak-anak untuk menjadi
generasi kuli, buruh atau pekerja melalui pendidikan.
Setelah balig (usia 13-16 tahun) baru anak-anak sekolah di lingkungan luar
rumah yaitu desa atau kelurahan. Hal ini membutuhkan sebuah rekayasa
menjadikan desa/kelurahan sebagai sekolah. Ruang kelasnya seluas luasnya
desa/kelurahan.

Guru-gurunya

adalah

bagian

dari

warga

desa/kelurahan

setempat. Materi kurikulumnya tematik, kontekstual sesuai tantangan atau


potensi desa/kelurahan. Model kurikulumnya, kurikulum integrated (kurikulum
terpadu), tidak ada pembagian mata pelajaran namun setiap mata pelajaran
dirangkai untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan karya. Di masa ini
mereka di-suport sepenuhnya untuk menemukan bakat-minatnya.
Usia 16-19 tahun atau setingkat SMA, siswa mulai mengetahui bakat minatnya.
Di masa ini mereka mulai sekolah dengan komunitas sejenis (jurusan) di kota
atau propinsi. Mereka mulai bertemu orang-orang lain yang memiliki minat
sama. Mereka mulai belajar dengan para pakar, praktisi dan guru-guru spesialis
di bidangnya. Sekolah komunitas ini ada di setiap kota dan kabupaten, luas
ruang kelasnya seluas kota, kabupaten atau bahkan propinsi.
Usia 19-23 tahun atau setingkat Perguruan Tinggi, siswa atau mahasiswa
merupakan bagian dari masyarakat negara bahkan dunia. Kiprahnya adalah
belajar, melakukan penelitian, menghasilkan karya untuk kepentingan bangsa
bahkan dunia. Inilah tujuan sekolah di sebuah universitas atau perguruan tinggi,
menjadi bagian dari masyarakat dunia yang berusaha memberikan solusi dengan
keahlian-keahlian khusus (jurusan) yang dimiliki. Mahasiswa adalah agent of
change masyarakat sebuah bangsa dan dunia.
Saya berharap gagasan-gagasan tersebut dapat terwujud di bumi Indonesia ini
sehingga pendidikan benar-benar menghasilkan manusia-manusia berkualitas,
manusia-manusia berkesadaran tinggi. Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
kuat dari desa/kelurahan karena desa/kelurahan adalah sebuah sistem sekolah

bagi anak usia remaja. Para remaja turut belajar memberikan manfaat berupa
penyelesaian masalah dan hasil karya. Seluruh luas wilayah Indonesia akan
dibagi habis ke dalam desa-desa dan kelurahan-kelurahan. Masyarakat desa
menjadi

berkarakter

kemudian

membentuk

masyarakat

propinsi

yang

berkarakter selanjutnya membentuk bangsa yang berkarakter. Indonesia strong


from villages.

Nama: Meridianto
TTL: Pontianak, 28 September 1977
Alamat: Jl. Candi Panggung, Perum. Taman Indah Soekarno Hatta Kav 40 Malang
Telp/SMS/WA: 087759873796 / 082330751377
PIN: 74EC343D
Email: meridianto.sulkan@gmail.com
No. Rek BNI: 92330543 an. Meridianto
Facebook: https://www.facebook.com/meridianto dan
https://www.facebook.com/kelompokbelajarlowoksari

FOTO:

Anda mungkin juga menyukai