Dermatomikosis
Dermatomikosis
Sitti Hajar
I.
DEFINISI
Dermatofitosis
(=Tinea,
Ringworm)
adalah
infeksi
jamur
dermatofit
(spesies
diberikan karena kelainan yang telah ada atau salah diagnosis tinea.
A. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20% / dapat + tinta Parker
b) Kultur, dengan media :
- Sabouraud's Dextrose Agar (SDA) + khloramfenikol + sikloheksamid
(Actidion) : Mycobiotik - Mycosel, tumbuh rata-rata 10-14 hari
c) Pemeriksaan lampu Wood
Pada Tinea kapitis.
Fluoresensi positif : warna hijau terang spesies Microsporum
Fluoresensi negatif : karena spesies Trichopyton atau memang bukan karena
Tinea kapitis.
(Tinea favosa yang disebabkan oleh Trichophyton schonleinii memberi warna
fluoresensi warna hijau tua, tetapi jamur ini tidak ada di Indonesia sehingga kasusnya
tidak ada).
B. Diagnosis Banding
Tergantung lokasi kelainannya.
Dermatitis, Pyoderma, Kandidiasis, Erythema anulare sentrifugum, Erythema
intertrigo, Morbus Hansen MB, Psoriasis vulgaris, Pityriasis rosea, Alopesia,
Trichotillomania, Onikholisis, Distrofik unguium.
IV. PENYULIT
Tergantung lokasi yang terkena.
Infeksi sekunder, Alopesia, Reaksi id, Kekambuhan, Hiperpigmentasi.
V. PENATALAKSANAAN
1. Lesi basah / infeksi sekunder
- Kompres sol sodium khlorida 0,9% 3-5 hari
- Antibiotika oral 5-7 hari
2. Topikal
Indikasi : Lesi tidak luas pada Tinea korporis, Tinea kruris, Tinea manuum dan Tinea
pedis ringan.
Obat :
o Salep Whitfield 2x /hari (=AAV I/Half Strengh Whitfield ointment) ; (=AAV I
asidum salisilikum 3% + asidum bensoikum 6%); (dapat AAV II asidum salisilikum
: 2-4 minggu
b. Obat fungisidal
: 1-2 minggu
Obat :
o Griseofulvin
anak
: 10 mg/kgBB/hari ( microsize )
5,5 mg/kgBB/hari (ultra microsize)
dewasa
: 500-1000 mg/hari
o Ketokonasol
anak
: 3-6 mg/kgBB/hari
dewasa
o Itrakonasol
anak
: 3-5 mg/kgBB/hari
dewasa
o Terbinafin
anak
: 3-6 mg/kgBB/hari
10-20kg
20-40kg
dewasa
4. Keadaan khusus
Tinea kapitis
Oral
Griseofulvin ( gold standard ), 6-12 minggu
20 mg/kgBB/hari (microsize)
5
Bulan I : 3 x / minggu
Bulan II : 2 x / minggu
Bulan III : 1 x / minggu
Oral
1. Terbinafin : 1 tablet / hari
tangan : 6-8 minggu, kaki : 12-16 minggu
2. Itrakonasol
a) 2 kapsul / hari
tangan : 6 minggu, kaki: 12 minggu
b) Terapi denyut (pulse treatment)
Pemberian obat dengan dosis tinggi dalam waktu singkat sehingga
menimbulkan efek fungisidal sekunder karena terjadi fungitoksik. Penderita
akan lebih patuh dan tidak sering lupa kesembuhan lebih baik dan
kekambuhan jarang terjadi.
Pada itrakonasol
a. Tinea unguium
400mg (2x2 kapsul)/hari untuk 1 minggu
istirahat 3 minggu / siklus
- kuku tangan
2 siklus
- kuku kaki
3-4 siklus
Bedah kuku
1. Curettage
a) SWO
b) Subungual debris, mengurangi beban kuku yang harus diobati oral
2. Pencabutan kuku tak dilakukan
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Rippon JW. Medical Mycology, 3th ed. Philadelphia : WB Saunder Co. 1988
2. Odom RB et al (eds.). Andrews Diseases of the Skin. 9t h ed. Philadelphia : WB Saunders
Co, 2000
3. Suyoso S. Penatalaksanaan Dermatofitosis masa kini. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 2000;12:78-82.
PITIRIASIS VERSIKOLOR
Sitti Hajar
7
I.
DEFINISI
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisialis kronis, asimtomatik menyerang
Manifestasi Klinis
1. Gatal bila berkeringat
2. Lokasi lesi pada umumnya terdapat pada badan (dada, punggung), leher, lengan
atas, selangkang, bisa ditemukan pada daerah lain termasuk muka.
3. Terdapat 3 bentuk lesi :
a. Makular : Soliter dan biasanya saling bertemu (koalesen) dan tertutup skuama.
b. Papuler : Bulat kecil-kecil perifolikuler, sekitar folikel rambut dan tertutup
skuama
c. Campuran lesi makular dan papular
4. Warna lesi bervariasi : putih (lesi dini) kemerahan, coklat dan kehitaman (lesi lama)
Bentuk kronis akan didapatkan bermacam warna.
5. Selesai terapi biasanya didapatkan depigmentasi residual tanpa skuama di atasnya
yang akan menetap dalam beberapa bulan sebelum kembali normal.
B. Pemeriksaan Penunjang
1. larutan KOH 20% atau campuran 9 bagian KOH 20% dengan 1 bagian tinta Parker
blueblack superchrome
Hasil positif : hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i,v,j) dan gerombolan spora
buddding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphaghetti with meatballs.
Hasil negatif : bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan Pitiriasis versikolor
walaupun ada spora.
2. Lampu Wood
Hasilnya positif apabila terlihat fluoresensi berwarna kuning emas pada lesi tersebut.
C. Diagnosis banding
1. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hiperpigmentasi yaitu : Pitiriasis
Rosea, Eritrasma, Dermatitis Seboroika, Tinea Korporis
2. Diagnosis banding Pitiriasis versikolor dengan lesi hipopigmentasi yaitu : Pitiriasis
Alba, Vitiligo, Morbus Hansen tipe Tuberkuloid, Hipopigmentasi Paska Inflamasi
IV. PENATALAKSANAAN
A. Obat topikal (digunakan bila lesi tidak terlalu luas)
1. Krim Mikonasol 2%, dioleskan 2 kali sehari selama 3 4 minggu untuk lesi di
muka dan badan yang tidak luas.
2. Solusio Natrium Tiosulfas 25 %, dioleskan 2 kali sehari selama 2 minggu (kurang
dianjurkan oleh karena bisa menyebabkan iritasi, berbau tidak enak dan tidak boleh
untuk daerah wajah dan leher).
3. Krim Tretinoin 0,05% - 0,1% untuk lesi hiperpigmentasi dioleskan 2 kali sehari
selama 2 minggu.
4. Shampo Ketokonasol 1 2 % dioleskan pada lesi selama 10 - 15 menit sebelum
mandi 2 kali seminggu selama 2 4 minggu.
5. Larutan propilen glikol 50% dalam air dioleskan seluruh tubuh 2 x sehari selama 2
minggu. Merupakan sediaan yang murah, efektif, kosmetik bagus, memberikan
hasil bagus dan sangat kecil efek iritasi kulitnya.
B. Obat sistemik (digunakan bila lesi luas, resisten terhadap obat topikal, sering
kambuh)
1. Ketokonazol :
Dosis anak-anak : 3,3 6,6 mg/kgBB/hari.
Dosis dewasa
: 200 mg/hari.
KANDIDIASIS KUTIS
Sitti Hajar
I.
DEFINISI
Kandidiasis (=Kandidosis) adalah infeksi primer atau sekunder dari genus Candida, yang
disebabkan Candida albicans. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi dari akut, subakut dan
10
kronis ke episodik. Bagian yang terkena dapat lokal di mulut, tenggorokan, kulit, kepala,
vagina, jari jari tangan, kuku, bronkhi, paru paru atau saluran pencernaan makanan atau
menjadi sistemik seperti septisemia, endokarditis dan meningitis. Proses patologis yang timbul
juga berbagai macam dari iritasi dan inflamasi sampai supurasi akut dan kronis atau reaksi
granulomatosis, karena C. Albicans merupakan spesies endogen, penyakitnya merupakan
infeksi oportunistik.
Kandidiasis superfisialis adalah kandidiasis pada dermatomikosis superfisialis, yang sering
dijumpai adalah :
1. Mengenai Mukosa : Oral, vaginitis dan balanitis
2. Mengenai Kulit : Intertriginosa dan generalisata, paronikhia dan onikomikosis, daerah
popok/diaper/napkin.
II. ETIOPATOGENESIS
Infeksi kandida merupakan infeksi oportunis yang dimungkinakan karena menurunnya
pertahanan tubuh pejamu. Faktorfaktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya
insidensi kolonisasi dan infeksi kandida yaitu :
1. Faktor mekanis
Trauma (luka bakar, abrasi, penggunaaan IUD, meningkatnya frekuensi koitus) dan
oklusi lokal, kelembaban atau maserasi (gigi palsu, pakaian sentetik/ketat atau balut
tertutup, kegemukan).
2. Faktor nutrisi
Avitaminosis, defisiensi besi, malnutrisi generalis
3. Perubahan fisiologi
Umur sangat muda / sangat tua, kehamilan, menstruasi.
4. Penyakit sistemik
Diabetes mellitus dan endokrinopathies tertentu lainnya, uremia, malignansi dan
keadaan immunodefisiensi intrinsik (misalkan infeksi HIV/AIDS)
5. Penyebab iatrogenik
Faktor barier lemah (pemasangan kateter, penyalahguna obat iv.), radiasi sinar X, obat
obatan oral, parenteral, topikal dan aerosol (kortikosteroid dan immunosupresi
lainnya, antibiotik spektrum luas, metronidazole, transquilizer, kontrasepsi oral /
estrogen, colchisine, phenylbutazone dan histamine 2-blocker)
6. Idiopatik
Kemampuan ragi berubah bentuk menjadi hifa dianggap sebagai mekanisme patogen
11
primer dan terbukti bila bentuk hifa melekat lebih kuat pada permukaan epitel, namun
sekarang diketahui bahwa bentuk ragi (yeast) mampu invasi dan tidak lagi dianggap
hanya sebagai komensal.
III. KRITERIA DIAGNOSIS
A.
Gejala Klinis
1. Kandidiasis intertriginosa (=kandida intertrigo) dan Kandidiasis generalisata.
Mengenai daerah pelipatan pelipatan badan, umbilikus, pannikulus (lipatan lemak
badan) dan dapat meluas ke kulit badan (generalisata). Dapat mengenai skrotum
dan penis.
Kulit nyeri, inflamasi, ertematus dan ada satelit vesikel / pustul, bula atau
papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang
erosi.
1.1
B.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 20% (dapat ditambah tinta Parker
Superchrome blue black). Tampak budding yeast cells (2 spora seperti angka 8)
denga atau tanpa pseudohifa atau hifa. Pseudohifa (gambaran seperti untaian sosis)
hifa pada infesi membrana mukosa adalah pathognomonis, sedang pada kandidiasis
kutis tidak selalu ada.Spesimen harus baru dan segera diperiksa.
2. Pengecatan Gram.
Elemen jamur (budding yeast cell / blastospora / blastokonidia / pseudohifa / hifa )
tampak sebagai gram positif dan sporanya lebih besar dari bakteri. Dilakukan pada
kandidiasis mukosa.
3. Kultur
Spesimen harus baru dan kultur dengan media :
a. Sabourauds Dextrose Agar (SDA) + chloramphenicole + gentamycine
b. Mycobiotic / Mycosel (SDA + chloramphenicole + Cydodexamide )
4. Histopatologi
Dengan pengecatan PAS (Periodic Acid Schiff) atau GMS (Gomoris
Methenamic Silver).
Pilihan untuk kandida leukoplakia dan bila diperlukan pada kandidiasis kutis.
12
Diagnosis Banding
1. Kandidiasis oral : difteria, leukoplakia karena keganasan dan kheilitis.
2. Kandidiasis vulvovaginalis : trikhomoniasis vaginalis, bakterial vaginosis dan
leukorhoe fisiologis pada kehamilan.
3. Kandidiasis balantis : infeksi bakteri, herpes simpleks, psoriasis dan likhen planus.
4. Kandidiasis kutis : dermatofitosis, dermatitis seborrhoika, eritema intertrigo,
eritrasma, psoriasis, pyoderma.
IV. KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
2. Candidiasis reaction
V. PENATALAKSANAAN
A.
Kandidiasis kutis
1. Obat topikal
1.1
2. Obat oral
Indikasi :
a. Bila lesi luas
b. Penderita imunokompromais berat
c. Paronikhia yang gagal dengan obat topikal / berat / kronis.
2.1
2.2
13