riwayat keluarga. Sedangkan data objektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang
dilakukan pada ibu dan bayi, pada ibu meliputi : TTV, pemeriksaan fisik
menggunakan data fokus (payudara, perut/uterus, dan vulva). Contoh pengkajian
datanya sebagai berikut
:
A. Data Subjektif
a. Identitas
Apabila ibu sebelumnya pada ibu yang bersangkutan pernah dilakukan
asuhan kebidanan di bidan yang sama, maka identitas ibu tidak perlu ditulis
kembali. Namun apabila sebelumnya pada ibu tersebut belum pernah
dilakukan asuhan kebidanan maka perlu untuk ditulis.
Contoh
:
Nama
: Ny. ....
Usia
: ....tahun
Suku/bangsa
: ..../......
Agama
: ......
Pendidikan
: ......
Pekerjaan
: ......
Alamat Rumah
: ......
b. Keluhan utama
:
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah edukasi kebutuhan
ibu nifas yang pernah diberikan 3 hari sebelumnya dapat diterapkan ibu
dengan baik, apakah didalam melakukan asuhan bayi dan perawatan mandiri
masa nifas beberapa hari sebelumnya berjalan lancar.
Umumnya keluhan utama ibu nifas adalah apa yang dirasakan ibu,
bersifat subjektif. Biasanya hal ini berkaitan dengan keadaan psikologis ibu.
Terutama bagi ibu yang primipara akan timbul rasa frustasi karena merasa
tidak berkompeten. Adapun adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas, antara
lain :
- Fase taking in
memerlukan
bantuan
terhadap
rasa
ketidaknyamanan
pascapersalinan.
Fase taking hold : antara hari ke 3 hingga 10 pascapersalinan, ibu mulai
merasa khawatir dan timbul rasa tanggung jawab, perasaannya lebih
sensitif sehingga komunikasi yang baik perlu dijaga. Pada fase ini penuhi
kebutuhan ibu tentang cara perawatan bayi, cara menyusui, perawatan
luka postpartum, senam nifas, nutrisi, personal hygine, dll.
Contoh:
Ibu sedikit kebingungan dengan bayinya karena baru pertama kali memiliki
bayi dan merasa tidak enak badan serta merasakan nyeri perut dibagian atas
pinggang.
c. Riwayat persalinan
Diperlukan bila sebelumnya ibu belum pernah melakukan kunjungan ke
tempat bidan tersebut, apabila ibu datang ditempat bidan yang sama, maka
tidak perlu ditulis kembali. Riwayat persalinan ini diperlukan bidan karena
sangat berkaitan dengan rencana asuhan yanng akan diberikan.
Contoh :
P0001 partus spontan tgl : 1 November 2013 pukul 18.30 di rumah sakit
bersalin oleh bidan X
d. Riwayat bayi
Diketahui dengan cara mewawancarai ibu. Dilakukan untuk mengetahui
apakah bayi sudah cukup mendapatkan asuhan yang baik dari ibu dan
keluarga. Hal yang dikaji meliputi : menyusui, keadaan tali pusat, vasksinasi,
buang air kecil atau besar. Untuk seminggu pertama berikan bayi imunisasi
BCG, vaksinasi polio per oral, dan vaksinasi hepatitis B.
Contoh :
Bayi menyusu dengan baik, tali pusat dibesihkan secara rutin, dan
dimandikan rutin oleh ibu dibantu orangtuanya, bayi telah mendapatkan
imunisasi BGC, vaksin hepatitis B dan polio secara oral.
e. Riwayat Keluarga
Dapat ditanyakan langsung pada ibu, suami atau keluarganya yang lain.
Dilakukan agar bidan tahu bagaimana respon dan tindakan keluarga terhadap
kehadiran anggota baru, karena hal itu berkaitan dengan tindakan asuhan
yang akan ibu berikan kepada bayinya.
Contoh :
Suami dan Ibu mertua mengatakan bahagia dan lega. Tidak ada keluarga yang
mempunyai kebiasaan merokok dan minum. Keluarga tidak memberi
pantangan kepada ibu dan bayi, dan memberikan keputusan sepenuhnya pada
ibu dan suami.
B. Data Objektif
Data yang didapat dari serangkaian pemeriksaan, bersifat objektif dan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosa.
a. Keadaan umum
: yang dirasakan ibu secara umum.
Contoh :
Keadaan umum
: baik atau kurang sehat atau sakit.
b. TTV
: sebagai indikator bagi tubuh yang mengalami
gangguan, misalnya pada denyut nadi yang abnormal, berarti pada jantungnya
ada masalah yang perlu pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut.
Suhu tubuh, normalnya 36.50-37.50 C. Akan meningkat 0,50 C pada saat
persalinan akibat metabolisme tubuh yang meningkat. Namun 12 jan
postpartum suhu tubuh akan berangsur normal, dan bila suhu masih tetap
tinggi maka perlu dicurigai adanya infeksi.
Nadi, normalnya antara 60-80 kali permenit. Pada saat persalinan
frekuensinya akan meningkat, setelah persalinan nadi dapat sedikit melambat,
namun pada masa nifas biasanya frekuansi nadi akan kembali normal.
Tekanan darah, tekanan darah untuk sistol normal adalah 110-120x/menit,
sedangkan diastolnya 60-80x/menit. Setelah partus, tekanan darah justru
menuru karena trejadi perdarahan pada proses persalinan, apabila tekanan
darah meningkat 30mmHg untuk sistole dan 15mmHg untuk diastole maka
patut dicurigai timbulnya hipertensi atau pre eclampsia.
Kecepatan respirasi, frekuensi normal berkisar 18-24 kali permenit. Pada saat
partus akan meningkat karena kebutuhan oksigen ibu tinggi untuk
mengejan/menera. Setelah partus frekuensinya akan normal. Kecepatan
respirasi berhubungan dengan denyut nadi dan suhu.
Contoh
:
Tekanan darah
: ..../.... mmHg
Suhu tubuh
: ....0 C
Denyut nadi
: ....x/menit
Kecepatan respirasi
: ....x/menit
c. Pemeriksaan fisik
:
Payudara
:
Setelah persalinan pengaruh hormon estrogrn dan progrsteron
terhadap hipofisis menurun. Hipofisis mulai mensekresi hormon
kembali yang salah satunya adalah prolaktin. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli untuk membuat asi.
Dilakukan demgan cara inspeksi, apakah ada lecet, bersih atau
tidak, adakah pembendungan Asi.
Apabila terjadi lecet maka gunakan payudara sebelah yang tidak
lecet, bila lecetnya parah, anjurkan ibu untuk mengistirahatkannya
selama 24 jam, pemeberian asi kemudian dilakukan dengan cara
Z
keluarkan asi sebagian dari bagian depan payudara sehingga
tangan
letakkan kain disebelah payudara setelah menyusui, dan
keringkan.
Uterus
:
Segera setelah lahirnya plasenta, uterus berkontraksi, posisi
Berat uterus
1.000 g
750 g
500 g
50 g
50 g
mekonium.
Lokhia sanguinolenta, timbul hari ke tiga samapi ketujuh postpartum,
Contoh :
Apabila dari pengkajian data didapatkan ibu mengalami kemerahan dan nyeri perut
diatas pelvis dan ibu meraya tidak enak badan sejak kemarin . Suhu tubuhnya >380 C.
Maka diagnosis aktualnya adalah :
Pada ibu terjadi peradangan endometrium dan ibu demam.
3. ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Didapatkan atas dasar diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini perlu
antisipasi, bila mungkin lakukan pencegahan.
Contoh : (masih berkaitan dengan infeksi nifas)
Apabila pada diagnosa aktual didapatkan pada hari ke 3 pascapersalinan ibu demam
(dengan suhu >380 C) disertai radang pada endometrium.
Maka diagnosa potensialnya adalah :
Pada ibu terjadi infeksi endometritis pascapersalinan.
4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Apabila pada diagnosa potensial didapatkan suatu masalah maka perlu tindakan
segera oleh bidan atau dokter spesialis. Langkah ini mencerminkan kesinambungan
dari manajemen asuhan kebidanan.
Contoh : (masih berkaitan dengan infeksi nifas)
Apabila pada diagnosa potensial didapatkan ibu terjadi infeksi endometritis pasca
persalinan.
Maka identifikasi kebutuhan tindakan segeranya adalah :
Ibu diberikan antibiotika, disamping itu memberi edukasi kepada ibu tentang
bagaimana menjaga kebersihan daerah genitalianya.
5. PERENCANAAN
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyuluruh
(mencangkup hal yang berkaitan dengan keadaan ibu, dalam hal ini nifas ) meliputi
apa saja yang telah teridentifikasikan dari klien yang kemudian diperkirakan apakah
kebutuhan selanjutnya, penyuluhan, konseling, atau bahkan rujukan.
Umumnya perencanaan tersebut diawali dengan rencana penjelasan hasil
pemeriksaan, diagnosa dan tindakan yang segera dilakukan. Kemudian berlanjut ke
arah yang akan datang, misalnya rencana penjelasan pendidikan kesehatan ibu nifas,
seperti nutrisi, laktasi, pola istirahat, dll.
Oleh karena itu, bidan harus memahami kebutuhan dasar Ibu masa nifas dan
menyusui. Berikut ini berbeapa kebutuhan dasar ibu masa nifas dan menyusui :
a. Nutrisi dan cairan
Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat berguna bagi
tubuh pasca persalinan dan untuk menyusui. Ibu masa nifas membutuhkan kalori
yang sama dengan wanita dewasa sehat (dengan BB 47 kg, kebutuhan kalori
2.200kalori/hari) ditambah 700 kalori pada 6 bulan pertama untuk memberikan
ASI ekslusif dan 500 kalori pada bulan ke tujuh dan selanjutnya.
Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga kebutuhan
hidrasi sedikitnya 3 liter setiap hari. Tablet zat besi masih diminum untuk
mencegah anemia, minimal sampai 40 hari postpartum.
b. Istirahat
Masa nifas kaitannya erat dengan gangguan pola tidur yang dialami ibu, terutama
segera setelah persalinan. Pada tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit
bagi ibu akibat menumpuknya kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang
timbul akubat luka perineum. Secara teoritis, pola tidur akan mendekati normal
dalam 2-3 minggu setelah persalinan. Kebutuhan tidur orang dewasa sakitar 7-8
jam perhari. Pada ibu nifas, kurang tidur mengakibatkan :
- Berkurangnya produksi ASI
- Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan
- Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan merawat bayi dan dirinya
sendiri.
c. Laktasi
Bayi sebaiknya juga diberikan Asi pada malam hari, bukan sekedar makanan
tambahan agar tidak mengganggu ibu pada malam hari. Produksi susu ibu terus
berlangsung saat malam hari, saat itu kadar prolaktin meningkat dan bila
payudara
tidak
dikosongkan,
maka
alveoli
akan
mengalami
kongesti/pembendungan.
d. Imunisasi dan Vaksinansi
Pada bayi
Pada bayi baru lahir, bila terdapat risiko tinggi terjadi penularan Tuberkulosis,
maka bayi harus diimunisasi BCG segera setelah kelahirannya. Kemudian bayi
dianjurkan untuk vaksin DPT pada usia 6,10 dan 14 minggu. Dosis peroral polio
harus diberikan setelah persalinan atau dalam dua minggu pertama kehidupan,
kemudian diikuti dengan jadual imunisasi polio pada usia 6,10, dan 14
minggunya.
Bila terdapat insidens tinggi penularan hepatitis B pada masa perinatal, dosis
pertama vaksin hepatitis B diberikan sesegera mungkin setelah kelahiran, diikuti
dosis berikutnya pada usia 6 dan 14 minggu.
Pada ibu
Melanjutkan imunisasi TT yang telah diberikan pada masa kehamilan. Dosis
pertama (TT1) saat kunjungan pertama kehamilan, dosis kedua (TT2) paling
sedikit 4 minggu setelah TT1. Kemudian TT3 paling sedikit 6 bulan setelah TT2,
dan dua dosis terakhir harus diberikan dalam interval waktu 1 tahun.
Contoh perencanaan :
a. Informasikan kepada ibu tentang keadaannya sekarang
b. Anjurkan ibu agar selalu menjaga personal hygine
c. Berikan health education tentang :
- Cara pemberian laktasi
- Menjaga nutrisi makanan dan konsumsi Fe
- Pola istirahat agar tidak terjadi masalah selama menyusui
- Imunisasi dan vaksinasi pada ibu (TT) dan bayi (Hepatitis B, Polio, BCG)
6. PELAKSANAAN
Pada langkah ini rencana asuhan yang telah dibentuk kemudian dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan dapat dilaksanakan seluruhnya atau sebagian oleh
bidan sendiri atau berkolaborasi dengan dokter. Namun dalam kaitannya dengan
asuhan yang diberikan masih menjadi tanggung jawab bidan tersebut.
Manajemen yang efisien dan efektif dinilai dariwaktu dan biaya yang menunjang
mutu dan asuhan pada klien.
Contoh pelaksanaan :
Memberikan informasi kepada ibu tentang keadaannya sekarang :
Ibu dalam kondisi baik, dengan TTV :
Tekanan darah
: 110/70mmHg
pernapasan
: 20x/mnt
Denyut Nadi
: 80x/mnt
Suhu
: 37oC
Menganjurkan ibu agar menjaga personal hygine dengan mengganti
pembalut sesering mungkin dan setiap kali selesai buang air kecil agar
Laktasi =
Sumber
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Verrals, Sylvia. 2003. Anatomi & Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : ECG.
Karya Tulis Ilmiah Tingkat Penegtahuan Ibu Post Partum Primipara tentang Perubahan
Fisiologis Masa Nifas di RS Kusmahati Pungkuk Jetis Jaten, Karanganyar oleh Kiki Amelia
Cahya Pratiwi, 2013.