Study Rheological Properties of Honey and Validation Test of its Flow Behaviour in Fluid Transportation
System
Bambang Nurhadi1, Tensiska1, Siti Nurhasanah1, Muhammad Ikhsan2
Jurusan Teknologi Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran, Bandung
ABSTRAK
Karakteristik reologi madu merupakan hal yang penting dipelajari untuk aplikasinya sebagai bahan baku
dalam industri pangan. Reologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat aliran dan perubahan bentuk suatu
bahan apabila diberikan tekanan atau secara alami. Sebagian besar bahan pangan berbentuk fluida memiliki
sifat aliran newtonian, pseudoplastik dan dilatan yang dapat dianalisis menggunakan model power law,
sehingga model ini dipilih untuk menganalisis sifat reologi madu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji karakteristik reologi madu dan pengaruh suhu terhadap viskositas serta mengetahui seberapa akurat
model reologi (Power Law) yang digunakan dalam menganalisis sifat aliran madu. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode eksperimen dengan analisis secara deskriptif (Explanatory Research). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa madu yang digunakan pada penelitian ini memiliki sifat aliran pseudoplastik yang
ditunjukkan dengan nilai indesks perilaku aliran sebesar 0,947 ( = 6318,459 ( )0,947) . Pengaruh suhu
terhadap viskositas madu menunjukkan bahwa viskositas madu semakin menurun seiring dengan meningkatnya
suhu (= 1,051x10-10 e76,01/8,134(T)). Hasil validasi massa madu tersisa dalam sistem transportasi tabung kaca
menggunakan karakteristik reologi dari model power law menunjukkan tingkat keakuratan yang sangat tinggi
setelah dibandingkan dengan hasil yang sebenarnya (R2 = 0,9967).
ABSTRACT
Rheological characteristic of honey is an important thing to studied in its aplication as an ingredient in food
industry. Rheology is the study of flow and deformation properties of a material when its given pressure
intentionally or naturally. The majority of fluid foods had flow behaviour such as newtonian, pseudoplastic and
dilatan that can be studied with power law model, so this model is choosen to analiyze the rheological
characteristic of honey . The purpose of this study was to examine the rheological characteristics of honey and
the effect of temperature on viscosity as well as knowing how accurate the rheological model used (Power Law)
to analyze the fluidity properties of honey. The method used is an experimental method with a descriptive
analysis (explanatory research).. The results showed that the honey used in this study has indicated
pseudoplastic flow properties with a flow behavior index value of 0.947 ( = 6318,459 ( )0,947). Effect of
temperature on the viscosity of honey showed that the viscosity of honey decreases with increasing temperature
(= 1,051x10-10 e76,01/8,134(T)). The results of validation mass of honey left inside the glass tube transport system
using rheological characteristics of power-law models show a very high degree of accuracy when compared
with the actual results (R2 = 0,9967).
1.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Madu merupakan salah satu bahan makanan
alami yang telah dikenal sejak berabad-abad yang
lalu. Madu pertama kali dikenal dan digunakan
oleh manusia sekitar tahun 7000 SM di Spanyol.
Hingga saat ini madu dikenal sebagai salah satu
bahan yang dipercaya memiliki banyak khasiat
METODE PENELITIAN
1.
2.
(hingga T kamar)
Pengeringan dalam Oven
(70C5C, 9 jam)
Pendinginan dalam Desikator
(10 menit)
Penggilingan dalam Grinder
(10 detik)
Pengayakan
( 20 mesh)
Tiwul Instan
7.
8.
9.
1.
2.
tidak
lolos
20 mesh
f(x) = - 0.06
R = 0.97
10
Kadar Air (%)
8
6
0
10 20 30 40 50 60
Daya Rehidrasi
Daya rehidrasi merupakan
persentase dari perbandingan antara berat
setelah tiwul talas instan direhidrasi
dengan sebelum direhidrasi. Berdasarkan
hasil analisis regresi terdapat keeratan
hubungan antara lama pengukusan dengan
daya rehidrasi tiwul talas instan. Kurva
hubungan antara lama pengukusan dengan
daya rehidrasi dapat dilihat pada Gambar
4.
470
460
450
Daya Re h idrasi (%)
440
430
420
10
0
30
20
50
40
70
60
80
90
100
Gambar 4...........................................................
Kurva Hubungan antara Lama
Pengukusan Pada Suhu 90oC5oC
Terhadap Daya Rehidrasi Tiwul Talas
Instan
4
3.5
3
Ke ke rasan (Kg Force )
2.5
2
10
0
30
20
50
40
70
60
80
90
100
Gambar 5...........................................................
Kurva Hubungan antara Lama
Pengukusan Pada Suhu 90oC5oC
Terhadap Kekerasan Tiwul Talas
Instan Setelah Rehidrasi
62
60
Kadar Pati (%)
58
56
54
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Lam a Pe n guk usan (m e nit)
10
0
30
20
50
40
70
60
80
90
100
Gambar 7. .........................................................
Kurva Hubungan antara Lama
Pengukusan Pada Suhu 90oC5oC
Terhadap Suhu Gelatinisasi Tiwul
Talas Instan
Dari Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa
semakin lama pengukusan maka nilai suhu
gelatinisasi tiwul talas instan cenderung semakin
kecil. Adanya kecenderungan penurunan suhu
gelatinisasi tiwul talas instan terjadi karena
perbedaan tingkat kesempurnaan gelatinisasi tiwul
talas instan selama pengukusan. Winarno (1997)
menjelaskan bahwa faktor yang dapat
memengaruhi suhu gelatinisasi adalah konsentrasi
pati, ukuran granula pati, pH, dan adanya
4.6
W arn a (a*) 4.4
45
4.2
43
41
W arn a (L*) 39
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1
Lam a Pe n guk usan (m e nit)
37
35
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lam a Pe ngu ku san (m e nit)
9.5
W arn a (b*)
8.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Lam a Pe ngu kusan (m e nit)
Rata-rata
Rata-rata
Pengukusan)
A : 30 menit
B : 40 menit
C : 50 menit
D : 60 menit
E : 70 menit
F : 80 menit
G : 90 menit
Nilai Warna
3,19 a
3,63 a
3,44 a
3,13 a
3,25 a
3,31 a
3,69 a
Nilai Aroma
3,31 a
3,31 a
3,38 a
3,19 a
3,06 a
3,06 a
3,44 a
3.10
Protein (Penunjang)
Protein merupakan suatu zat makanan yang
sangat penting bagi tubuh, karena protein
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh dan
sebagai zat pembangun dan pengatur, yaitu
membentuk jaringan baru, mempertahankan
jaringan yang ada, dan mengganti jaringan tubuh
yang telah rusak. Protein adalah sumber asamasam amino yang mengandung unsur-unsur C, H,
O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat (Winarno, 1997).
Berdasarkan hasil analisis pada perlakuan
terbaik tiwul talas instan yaitu perlakuan lama
pengukusan 70 menit, maka didapat hasil kadar
protein sebesar 8,48%. Jika dibandingkan dengan
tiwul singkong instan hasil penelitian Pangarsa
(2003) yaitu 1,65% dan Hudaya dkk (2003) yaitu
6,10%, maka nilai protein tiwul talas instan lebih
baik dibanding tiwul singkong instan.
Kadar protein tiwul talas instan didasarkan
pada banyaknya jumlah nitrogen yang terkandung
di dalam produk yang dianalisis. Protein yang
terkandung pada tiwul talas instan lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar protein tepung talas
yaitu 3,77%. Kenaikan jumlah protein yang terjadi
disebabkan oleh air yang berada dalam bahan
mudah teruapkan selama proses pengeringan
sehingga persentase senyawa lain dalam bahan
menjadi meningkat.
3.11
Serat Kasar (Penunjang)
Serat kasar adalah komponen sisa hasil
hidrolisis suatu bahan pangan dengan asam kuat
selanjutnya dihidrolisis dengan basa kuat sehingga
terjadi kehilangan selulosa sekitar 50% dan
hemiselulosa 85% (Tensiska, 2008). Menurut
Scala (1975) dikutip Winarno (1997) sekitar
4.2 Saran
Perlu dilakukan penggunaan alas
pengukusan lain yang lebih efektif untuk
meningkatkan rendemen tiwul talas instan dan
penelitian lebih lanjut mengenai upaya
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1999. Official Methods Of Analysis.
Association of Official Analytical Chemists.
Washington, DC.