Anda di halaman 1dari 15

BAB.

VII
KESIAGAAN DAN SISTEM
TANGGAP DARURAT

7.1 Keadaan Umum


Seringkali dalam proses pekerjaan konstruksi terjadi suatu hal yang bersifat darurat
misalnya kebakaran, akan tetapi karena tidak mengerti bagaimana menanganinya
kebakaran malah meluas dan menimbulkan korban jiwa yang seharusnya tidak perlu
terjadi. Sesuatu yang dilakukan secara teratur dan membuat suatu prosedur yang baku
akan menimbulkan perasaan aman dan tindakan yang terencana dengan baik sehingga
apabila terjadi kejadian darurat banyak yang bisa diselamatkan, baik itu jiwa manusia
maupun peralatan dan pekerjaan itu sendiri.
Dengan memberikan pelatihan dan pengarahan mengenai tindakan pekerja pada
kondisi darurat segala sesuatu yang tidak kita inginkan bisa diatasi atau meminimalkan
resiko akibat keadaan darurat.
Seperti mengadakan simulasi kebakaran dengan mengikutkan instansi yang terkait
seperti Dinas Kebakaran dan Dinas Tenaga Kerja setempat akan membuat pengetahuan
pekerja untuk mengatasi keadaaan darurat akan bertambah, Penggunaan Apar (Alat
pemadam Api Ringan) bisa menjadi kendala pada kondisi darurat karena belum
pernah melakukannya dengan adanya simulasi persoalan ini akan menjadi lebih mudah.
7.2 Keadaan Darurat
Keadaan darurat ialah suatu kondisi yang disebabkan baik oleh tindakan manusia,
alat dan bencana alam yang cendrung meluas dan bisa melibatkan seluruh pekerja dan
peralatan dan menimbulkan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit.
Untuk meminimalkan kerugian yang timbul perlu suatu perencanaan pada kondisi
atau keadaan darurat yang disebut "Rencana Tanggap Darurat". Rencana atau
Prosedur Tanggap darurat ini perlu disebarluaskan kepada seluruh pekerja untuk
diketahui dan diikuti.
7.3 Dasar Penanganan Keadaan Darurat
Dasar penetapan kesiagaan dan tanggap darurat mengacu pada ketentuan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku termasuk komitmen perusahaan dalam

120

memberikan pertindungan kepada seluruh tenaga kerja dan lingkungan kerjanya,


diantaranya :
1.

UU No. 1 tahun 1970. Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Menyatakan pada,
BAB VII Pasal 11
a. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kejadian kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja yang dipimpinnya kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja.
b. Tata cara pelaporan dan Pemeriksaan oleh pegawai yang dimaksud diatur
dengan perundang-undangan.

2.

Lampiran 1. Peraturan Menteri No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Keselamatan


Kesehatan Kerja ( SMK3 ), eleman 3.3. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Resiko.
1.

Sub. elemen 3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana,


berbunyi:
Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menghadapi keadaan darurat
atau bencana, yang diuji secara berkaia untuk mengetahui keandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya.
Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personel yang
memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar
harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang.

2.

Sub. elemen 3.3.9. Prosedur Menghadapi Insiden, berbunyi :


Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden, perusahaan
harus memiliki prosedur yang meliputi :
a. Penyediaan Fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai
mendapat pertolongan medik.
b. Proses perawatan Lanjutan.

3.

Sub. elemen 3.3.10. Prosedur Rencana Pemulihan Keadan Darurat, berbunyi :


Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadan darurat untuk
secara cepat mengembalikan pada kondisi normal dan membantu pemulihan
tenaga kerja yang trauma.

3.

Komitmen perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga


kerja dan lingkungan kerjanya, yang didasarkan pada :

121

a. Kemampuan mengatasi sendiri dalam penanganan P3K atas insiden dan


Kecelakaan Kerja
b. Kemampuan mengatasi keadaaan dalam keadaan darurat besar seperti
kebakaran , bencana alam dll.
7.4 Tindakan Awal Dalam Rencana Tanggap Darurat
a.

Merencanakan suatu Assembly Point yang merupakan suatu Denah Evakuasi yang
menunjukkan kemana pekerja berkumpul bila terjadi kondisi darurat dan
diperintahkan untuk evakuasi.

b.

Mengadakan simulasi Kebakaran yang melibatkan Dinas Kebakaran setempat dan


kalau perlu dengan mengikutsertakan Dinas Tenaga Kerja setempat.

c.

Menyiapkan sirene-sirene dan alarm tanda bahaya.


Dalam menyiapkam tanda-tanda keadaan darurat, tentunya disertai dengan prosedur
pelaksanaannya

atau

petunjuk

kerja,

misalkan

dapat

dilakukan

dengan

membunyikan, sirene/alarm , pemukulan benda benda yang menimbulkan suara


nyaring dan berteriak., atau pada suatu pabrik yang sudah berdiri mempunyai
isyarat

sendiri

yang

ditandai

dengan

panjang

pendeknya

sirene

yang

dibunyikan.seperti pada Unit-unit Produksi Kilang Minyak Pertamina.

Sirene selama 6 menit menunjukkan adanya keadaan darurat.

Sirene 3 menit menunjukkan pekerja harus segera mengevakuasi diri kelokasi


Assembly Point.

d.

Sirene 1 menit kondisi sudah dapat diatasi dan aman untuk bekerja kembali.

Menyiapkan rambu-rambu arah ke tempat Assembly Point, lokasi Tabung


Pemadam Kebakaran dll.

e.

Menyiaplan prosedur tanggap darurat.


Prosedur ini menerangkan fase kejadian suatu situasi keadaan darurat yang perlu
ditanggapi oleh petugas yang bertanggung jawab didaerah kejadian untuk tujuan
pengendalian keadaan darurat diareal pekerjaan.
Adapun prosedur yang harus diikuti adalah sebagai berikut :
1.

Setiap Pekerja/karyawan bertanggung jawab untuk mengamati keadaan keadaan


didaerah kegiatannya dan menanggulangi atau melaporkan segera setiap
kejadian yang tidak biasa didaerah tersebut.

2.

Karyawan pada saat menemukan api, kebocoran gas atau cairan berbahaya

122

lainnya segera melapor kepada atasnnya atau petugas yang menguasai areal
tersebut.
3.

Setelah melapor atas petunjuk pengawas diserah tersebut langsung mengambil


tindakan untuk menguasai keadan atau menjaga agar api tidak meluas sampai
bantuan datang , seperti memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar,
menutup kerangan saluran gas, mengaktifkan system sprinkler, penggunaan
tabung pemadam kebakaran dll.

4.

Pengawas/Supervisor mendengarkan laporan, mengajukan pertanyaan sebabsebab kejadian dan menginstruksikan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengatasi keadaan darurat.

5.

Pengawas/Supervisor segera menuju ketempat kejadian mengamati keadaan


keadaan dan meyakinkan bahwa prosedur tanggap drurat sudah dilaksanakan
dengan baik.

6.

Jika situasi sukar diatasi dan perlu bantuan maka salah seorang segera
menelepon pihak yang dimintai tolong seperti Pemadam Kebakaran , Polisi,
Rumah Sakit dll.

f.

Pengendalian Kendaraan
Hanya Kenderaan keadaan darurat yang telah ditentukan yang boleh memasuki
daerah gawat darurat. Jangan halangi jalan menuju daerah keadaan darurat.
Tinggaikan kunci kontak untuk memudahkan pemindahan kenderaan jika
diperlukan.
Pengendalian Kendaraan .

Segera menuju Assembling Point Area.

Semua Personil/Pekerja yang tidak terlibat pengamanan daerah kejadian sudah


berada disassembly area untuk kemudian dicatat sambil menunggu instruksi
selanjutnya.

Jangan meninggalkan assembly area sebelum tercatat oleh Supervisor atau


Pengawas .

g.

Menghubungi Pihak-Pihak yang terlibat atau Dilibatkan dalam Tanggap Darurat.


1.

Pimpinan proyek/Pimpinan Pabrik atau Kilang dan staff Keselamatan dan


Kesehatan Kerja beserta seluruh Petugas Pemadam Kebakaran dan Keamanan.

2.

Klinik dan Rumah Sakit yang terdekat atau Rumah Sakit rujukan.

3.

Pihak Kepolisian terdekat.

123

4.

Dinas Kebakaran dan Pos Kebakaran yang terdekat.

5.

Dinas Tenaga Kerja.

6.

Asuransi Kecelakaan Kerja.

7.

Warga sekitar lokasi Pabrik/Proyek.

Semua telepon dari pihak yang terkait dipampang dipapan pengumuman dan jika
perlu nama personelnya yang dapat dihubungi.
h.

Tindakan Pekerja Pada Keadaan Darurat Gempa Bumi


1.

Jauhi areal yang mudah terkena reruntuhan atau kawat/sengatan listrik.

2.

Hindari sekat kaca, jendela dan rak gantung, sekat paralatan yang dapat
menimpa anda.

3.

Hindari genangan dan kebocoran air karena dapat bermuatan listrik.

4.

Berlindunglah di bawah meja dan tetap diam, dan lindungi kepala, leher,
mata, dan jika tidak ada tempat berlindung, jongkoklah ke lantai dengan
punggung menempel di dinding. Lingkari kepala dengan tangan silang
menjepit menutup leher.

5.

Tinggalkan gedung segera/secepat mungkin dengan tenang, jika hanya kondisi


gedung tidak memungkinkan. Gunakan tangga darurat, Segera menuju tempat
berkumpul yang telah ditentukan dan tunggu instruksi lanjutan dari Petugas
K3

i.

Mempersiapkan system dan prosedur pelaporan kecelakaan dan penyelidikan


kecelakaan. Penyelidikan kecelakaan disini, lebih difokuskan pada kronologis dan
keadaan/situasi yang berkembang sesaat setelah kejadian yang digunakan sebagai
penjelasan laporan kejadian kecelakaan, Semua kejadian dimaksud, termasuk
kejadian-kejadian yang hampir celaka merupakan gejala-gejala kelemahan atau
kegagalan untuk mencapai operasi yang efisien dan produksi maksimum yang aman.
Kesemuanya ini akan diselidiki dengan cara saksama oieh fungsi manajemen yang
terlibat dan mengembangkan usaha-usaha pengendalian yang efektif untuk
mencegah terulangnya kejadian yang sama.
Penyidikan dan Pelaporan yang segera harus dilaksanakan, tentang semua kejadian
kejadian yang hampir saja menyebabkan keceiakaan bertujuan untuk :

Memenuhi ketentuan-ketentuan Pelaporan sesuai dengan Peraturan Pemerintah


Indonesia

Penyedia informasi untuk analisa kejadian kecelakaan

124

Menentukan dasar Pelaksanaan tindakan perbaikan.

Menyediakan informasi untuk klaim Asuransi bila diperlukan.

Batasan Peristiwa Insiden dan Kecelakaan :

INSIDEN adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat


menyebabkan kerugian atau dapat menurunkan efisiensi kerja, dimana insiden
dapat mengarah pada suatu kecelakaan

KECELAKAAN adalah suatu kejadian yang mengakibatkan orang cidera atau


kerusakan pada harta benda atau terhentinya suatu proses pekerjaan.

Sistem Pelaporan Kecelakaan :


a.

Adalah suatu tugas dan tanggung jawab dari setiap Pengawas atau Pelaksana
untuk meyakinkan bahwa setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan pada
harta benda atau yang menyebabkan luka pada setiap Pekerja yang berada
dibawah pengawasannya harus dilaporkan kepada Petugas Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di unit kerjanya secara tertulis
dengan membuat format Laporan yang telah disetujui dan dibuat sebelumnya.

b.

Laporan

Kecelakaan

yang

lengkap

sekurang

kurangnya sudah berada

dikantor P2K3 24 jam setelah kejadian.


c.

Laporan Lisan mendahului Laporan Tertulis seperti dinyatakan diatas bisa


dilakukan tetapi tidak menghilangkan kewajiban untuk membuat Laporan
Tertulis.

d.

Setiap Kejadian yang berakibat Fatal atau mengakibatkan cacat harus


dilaporkan ke Departemen Tenaga Kerja selambatnya 2 x 24 jam setelah
kejadian kecelakaan.

e.

Penyidikan harus segera dilaksanakan sesegera mungkin setelah kejadian


Penyidikan bersifat mencari Fakta bukan mencari kesalahan.

f.

Pengawas yang bertanggung jawab atas orang atau peralatan yang mendpat
kecelkaan harus melakukan penyidikan bersama petugas P2K3 dan segera
membuat Laporan Penyidikan Kecelakaan Kerja,

g.

Penyidikan Lanjutan akan diadakan untuk kejadian yang lebih parah dengan
mengikutkan pihak terkait dan untuk ini dibuat Laporan Tambahan.

Sistem Pelaporan Keadaan Darurat :

125

Cara yang baik untuk melaporkan keadaan darurat harus berbicara dengan jelas dan
terang serta memberikan informasi berurutan sebagai berikut :

Semua Pangilan Keadaan darurat didahului dengan INI KEADAAN


DARURAT

Beritahu Lokasi Kejadian

Ringkasan Kejadian , penyebab kebakaran, pipa bocor dan lain-lain.

Perkenalkan diri anda, nama, nama perusahaan.atasan, bagian/seksi.

Ulangi Informasi diatas

Petugas Fire Safety akan mengulang informasi diatas untuk menghindari


kesalahan.
7.5 Tata Laksana Baku (SOP) Dalam Keadaan Darurat
a.

Menetapkan prosedur sesuai yang diterangkan dalam sub bab sebelumnya.

b.

Melaksanakan pelatihan/simulasi keadaan darurat, termasuk pelaksanaan evakuasi

c.

Mengadakan simulasi Kebakaran.

Contoh Prosedur Keadaan Darurat.


1.

Prosedur Keadaan Darurat


Tanggap darurat adalah perencanaan keadaan darurat dan penanganannya disebut
"rencana tanggap darurat". Perencanaan tanggap darurat ini harus ditetapkan,
diinformasikan/diseminasikan ke seiuruh tingkatan pekerja, dijelaskan, dan
dilatihkan, ke seluruh pekerja harus mengetahuinya.
Dasar penanganan keadaan darurat, pada dasarnya ada 2 (dua) yakni :
1.

Kemampuan mengatasi sendiri kecelakaan kerja :


Penanganan P3K atas insiden dan kecelakaan seperti pada, kendaraan terbakar,
kebakaran tumpukan sampah, kebocoran gas LPG atau gas yang lainnya, atau
kebocoran bahan kimia yang mudah terbakar.

2.

Kemampuan mengatasi keadaan darurat.


Kemampuan untuk menguasai keadaan darurat dimana kondisi yang ada telah
mengancam keselamatan seiuruh pekerja dan property. Penanganan keadaan
darurat yang berdasarkan pada kemampuan orang dalam menangani keadaan
yang lebih besar seperti, kebakaran besar gedung.

2.

Tahapan Aktivitas

126

1. Merencanakan denah Evakuasi, dan menglnformasikan Daftar Pihak-Pihak yang


terkait dalam keadaan darurat ditempatkan di :
a. Papan Informasi (lihat Dok.No. W 313 ST 002 Lampiran 2, Petunjuk Kerja
Pemenuhan Sarana dan Fasilitas K3)
b. Tempat-tempat strategis yang mudah diketahui dan
dibaca oleh semua pihak diantaranya staf/Karyawan/Pekerja (Denah
Evakuasi, ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mudah rusak atau
hilang).
2. Memberikan

pengertian/penyuluhan,

simulasi

dan

penjelasan

untuk

mengantisipasi keadaan darurat, seperti kebakaran, ledakan, gempa bumi, banjir


bandang, kondisi darurat jalan dan lain-lain.
3. Dalam Keadaan Darurat.
Mewajibkan Penemu keadaan darurat, segera melaporkan ke atasannya atau ke
petugas K3 (atau petugas yang mewakili, seperti sekuriti/keamanan, pengawas
pekerjaan), Dalam keadaan kondisi darurat pelapor hams dapat melaporkan
dengan jelas dan teliti hal-hal berikut ini :
a.

Didahului dengan pemyataan" KONDISI DARURAT".

b.

Lokasi peristiwa/kejadian/kecelakaan

c.

Ringkasan peristiwa/Kejadian dan Penyebab keadaan darurat (termasuk


laporan adanya korban jiwa)

d.

Nama Pelapor , Bagian/Seksi, Kontraktor/Sub Kontraktor, Vendor

e.

Ulangi Laporan

4. Petugas K3 mengatnbii langkah - langkah penanganan,


berupa instruksi dapat secara sistematis diprogram melalui radio komunikasi
dan/atau telephone, Pengeras suara (speaker), Alarm/sirene, diantaranya
memberikan :
a.

Informasi kondisi/keadaan darurat kepada seluruh pekerja dan jajarannya,


agar tetap dalam kondisi tenang, tidak panik, agar mudah menemukan arah
penunjuk keluar (exit sign/gate) menuju tangga/jalan darurat yang telah
ditentukan, kemudian

b.

Penghentian semua kegiatan yang berkenaan dengan keadaan darurat


dan/atau berpotensi berkembangnya situasi lanjutan,

127

c.

Instruksi pemadaman darurat jika terjadi kebakaran (bila mampu, dapat


dipadamkan oleh karyawan/personel yang mempunyai pengetahuan
pemadaman dengan tidak mengorbankan diri personel sendiri).

d.

Informasi instruksi keadaan darurat lain, seperti Keadaan Darurat Gempa


Bumi, diantaranya :
Jauhi areal yang mudah terkena reruntuhan atau kawat /sengatan listrik.

128

Hindari sekat kaca, jendala dan rak gantung, sekat paralatan yang dapat
menimpa anda.
Hindari genangan dan kebocoran air karena dapat bermuatan listrik.
Berlindunglah di bawah meja dan tetap diam, dan lindungi kepala, leher,
mata, dan jika tidak ada tempat berlindung, jongkoklah ke lantai dengan
punggung menempel di dinding. Lingkari kepaia dengan tangan silang
menjepit menutup leher.
Tinggalkan gedung segera/secepat mungkin dengan tenang, jika hanya
kondisi gedung tidak memungkinkan. Gunakan tangga darurat, Segera
menuju tempat berkumpul yang telah ditentukan dan tunggu instruksi
lanjutan dari Petugas K3.
e.

Tindakan evakuasi secepatnya sebelum keadaan berkembang menjadi lebih


berat dan parah keadaannya.

f.

Menggiring atau mengarahkan seluruh pekerja berjalan menuju tempat


berkumpul (assembly point) yang telah ditentukan sebelumnya,

5. Semua personil/pekerja diwajibkan mengetahui keadaan darurat dan dapat


melakukan ketentuan diatas sesuai butir 2 s/d 3.e.
6. Menghubungi pihak -pihak yang terkait dalam Kondisi Keadaan Darurat
sesuai dengan Lampiran Form ST 001-1 dan ST 001-2, diantaranya :
a.

Cari bantuan petugas P3K dan bantuan P3KK yang ditunjuk.

b.

Dalam kondisi darurat hubungi nomor-nomor di bawah ini (jika diperlukan)

c.

Ambulance (tergantung daerah)

: 118

d.

Rumah sakit terdekat (ditentukan oleh Proyek)

: (0341-xxxxxxx)

e.

Pemadam Kebakaran (tergantung daerah)

: 113

f.

Kantor Polisi terdekat (jika diperlukan)

g.

Kantor Dinas Tenaga Kerja; dilakukan oleh petugas K3 dan tetap menjadi
tanggung jawab Kepala Proyek.

129

Gambar 7.1 Flow Chart Kecelakaan Kerja (Tanggap Darurat).

130

7.6 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)


Semua mandor di tempat kerja harus dilatih P3K dan mempunyai sertifikat P3K
yang bertaraf nasional. Sejumlah karyawan yang memenuhi syarat harus dilatih
P3K.
Fasilitas P3K harus dapat dilaksanakan pada tempat yang nyaman pada tiap
tempat kerja. Pusat P3K harus dibangun pada tiap tempat kerja yang luas/besar
dengan peralatan yang memadai dan harus mudah diidentifikasikan, dijaga
kebersihannya, dicatat yang baik, dan penerangan dan ventilasi yang
mencukupi /cocok. Penyediaan sediaan medis yang cukup untuk pengobatan,
bidai, tandu dan obatobatan harus disediakan. Pusat P3K harus mempunyai air
mengalir
yang bersih.
Perlengkapan keadaan darurat misalnya tandu/usungan, dan telephone harus
tersedia di Pusat P3K.
Kotak-kotak P3K yang mencukupi berisi perlengkapan dan persedlaan obatobatan harus disediakan di tempat kerja di bawah pengawasan mandor.
Cara-cara harus ditentukan dan dipublikasikan untuk keadaan darurat dari pada
karyawan yang cedera dari tempat kerja, persiapan P3K dan dimana periu, untuk
medis atau pengobatan rumah sakit/dokter setempat
Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus
dilakukan oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan ( P3K).
Perlengkapan P3K :

Alat P3K atau kotak obat-obatan yang

memadai harus disediakan

ditempat kerja dan di jaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara
dan lain-lain

Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat
untuk kompres, perban, gauze yang steril, antiseptik, plester, forniquet,
gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular.

Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan tidak boleh berisi benda -benda lain selain
alat-alat P3K yang diperlukan dalam keadaan darurat
Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan / instruksi yang
131

mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti


Isi dari kotak obat-obatan dan alat P3K harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
Kereta untuk mengangkat orang sakit (Carrying basket) harus selalu tersedia.
Jika tenaga kerja diperkerjakan dibawah tanah atau pada keadaan lain, alat
penyelamat harus selalu tersedia didekat tempat mereka bekerja.
Jika tenaga kerja diperkerjakan ditempat-tempat yang menyebabkan adanya
risiko tenggelam atau keracunan gas alat-alat penyelamat harus selalu tersedia
didekat tempat mereka bekerja.

132

DAFTAR PUSTAKA
1.

Pedoman Dasar Keselamatan Kerja (Petunjuk Kerja Aman di Kilang Minyak UP V


Pertamina)

2.

Himpunan Peraturan dan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,


Direktorat Jenderal Hubungan Industrial dan Pengawsan Tenaga Kerja Departemen
Tenaga Kerja Republik Indonesia

3.

Semiloka Penerapan SMK3 di sektor Konstruksi dalam menunjang otonomi daerah


dan Globalisasi, 2002

4.

Seminar Sistem Manajemen keselamatan dan Kesehatan Kerja disektor Industri


Konstruksi, 2004.

5.

ILO Geneva, Safety aVid Health in Building and Civil Engineering.

6.

Modul Pelatihan Tenaga Ahli Muda K3 Kostruksi, 2010.

133

134

Anda mungkin juga menyukai