Semester:
Genap 2015
Oleh:
Heppi Nur Djanati
A1L013127/ 6
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jumlah penduduk semakin meningkat dengan kata lain kebutuhan
untuk memenuhi hidup semakin meningkat salah satunya kebutuhan pangan.
Kebutuhan pangan ini erat hubunganya dengan pertanian. Untuk meningkatkan
produksi dapat diupayakan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi guna
memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri dan kebutuhan lainnya.
Namun peningkatan produksi pada usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat akibat pertambahan
penduduk yang tidak seimbang dengan kenaikan produksi pertanian. Selain itu
lahan garapan semakin terbatas, sehingga petani banyak berlahan sempit dengan
lokasi garapan yang terpencar mengakibatkan aplikasi teknologi terbatas. Petani
berlahan sempit merasakan pentingnya penggunaan waktu dalam berusahatani.
Untuk mengefisienkan waktu dan lahan yang sesempit mungkin maka perlu
dilakukanya usaha lain selain intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha lain yang
terkenal dapat mengefisienkan waktu, lahan sempit, dan hasil yang banyak yaitu
multiple croppin.
Sistem pertanaman ganda atau multiple cropping menghasilkan hasil yan
tidak hanya dari satu tanaman dan hasilnya lebih banyak. Karena dalam multiple
cropping resiko tanaman terserang opt yang berdampak kerugian kecil. Hal ini
dikarenakan tanaman saling berkerjasama dalam menghadapi serangan dengan
saling membantu yang dapat mengurang serangan opt.
Penerapan teknologi dalam Multiple Cropping untuk mencukupi kebutuhan
pangan di daerah tropis belum terwujud dan masih memerlukan kajian strategis
dalam pencapaiannya, tapi petani di negara-negara maju, praktek Multiple
Cropping dilakukan secara cermat dengan harapan produksi yang diperoleh secara
kuantitas dan kualitas dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu
dilakukanya praktikum ini untuk mempelajari cara penanaman ganda sehingga
dapat meningkatkan hasil pertanian dan kebutuhan pangan terpenuhi. Pola
pertanaman ganda perlu juga dilakukan karena merupakan harapan petani masa
depan yang menjanjikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan dilakukanya praktikum ini adalah untuk mengetahui cara penerapan
teknik budidaya tanaman semusim dengan pola tanam tumpangsari dan dapat
mengelola usahatani dengan baik.
pada
sebidang
lahan
tersebut.keuntungannya
adalah
Penanaman Lorong yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada
suatu lahan dengan penanaman tanaman berumur pendek diantara larikan atau
lorong tanaman berumur panjang atau tanaman tahunan.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem polikultur dapat memberikan
beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut dalam Anindita (2013):
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
terutama jika tidak sesuai dengan pemilihan jenis tanaman, diantaranya adalah
menurut Anindita (2013):
a
b
beragam.
Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat.
Dalam penanaman sistem polikultur ada beberapa hal yang perlu
Tinggi
dan
lebar
tajuk
antar
tanaman
yang
untuk
menghindari
persiangan
antar
tanaman
yang
terutama
pola
tanam
polikultur,
mari
memulai
untuk
menerapkannya dan semoga ulasan di atas sedikit banyak berguna bagi kita.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara
optimal. Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar
tanaman.
Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko
serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya
ditanam tanam-tanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda,
atau tidak menjadi inang dari hama maupun penyakit tanaman lain yang
ditumpangsarikan.
Contoh penanaman multiple cropping pada praktikum yaitu buncis di
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
: Liliflorae
Famili
: Liliaceae
Genus
: Allium
Spesies
: Allium fistulosum L.
Bawang daun dikenal sebagai bawang prei/ unclang, dimana jenis ini
tidak berumbi dan daunnya lebih lebar dari jenis bawang merah/ putih,
pelepahnya panjang dan liat, bagian dalam daun pipih (Rukmana, 1995 dalam
Setiaji, 2013). Mulanya, bawang daun tumbuh liar. Kemudian, secara
beransur-angsur sesuai perkembangan peradaban manisua dibudidayakan
sebagai bahan sayuran (daun dan batang) dan bahan obat (akar, batang, dan
daun). Bawang daun tersebar luas ke berbagai daerah, baik yang beriklim
tropis atau yang beriklim subtropis, termasuk indonesia. Bawang daun diduga
berasal dari benua asia yan memiliki iklim panas (tropis), terutama kawasan
Asia Tenggara (Cina dan Jepang). Di Indonesia, budidaya bawang daun pada
mulanya hanya berpusat di pulau jawa (jawa barat dan jawa timur), terutama
dataran tinggi yang berhawa dingin seperti Cipanas, Pacct (Cianjur),
Lembang (bandung), dan Malang (jawa timur) (Cahyono, 2005).
b. Mengenal buncis
Tanaman buncis diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2014):
Devisi
Subdivis
Kelas
Ordo
: Leguminales
Famili
: Leguminaceae
Genus
: Phaseolus
Spesies
: Phaseolus vulgaris
baik pada dataran medium maupun dataran tinggi. Tanaman buncis dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe merambat (bersifat indeterminate) dan
tipe tegak (berbentuk semak dan bersifat determinate). Kultivar merambat
memiliki percabangan yang lebih banyak dan jumlah buku bunga yang lebih
banyak, sehingga mempunyai potensi hasil yang lebih besar. Tipe buncis
rambat panjangnya dapat mencapai 3 meter dan mudah rebah, sehingga
memerlukan lanjaran/turus agar dapat tumbuh dengan baik. Tipe tegak
umumnya pendek dengan tinggi tidak lebih dari 60 cm. Harga lanjaran yang
mahal di beberapa daerah pertanaman buncis rambat mendorong usaha
beralih ke buncis tegak. Berbeda dengan buncis rambat, dalam budidaya
buncis tegak tidak diperlukan turus atau lanjaran, sehingga dapat menghemat
biaya usaha tani kira-kira sebesar 30% (Setiawati, dkk., 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan menurut Hanum (2008):
a
Genetik
Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam
makhluk hidup. Gen berpengaruhi setiap struktur makhluk hidup dan juga
perkembangannya,
Walaupun
gen
bukan
satu-satunya
faktor
yang
Curah hujan
Curah hujan dapat dinyatakan dalam mm per tahun yang menyatakan
tingginya air hujan yang jatuh tiap tahun.serta dengan banyaknya hari hujan
per tahunnya yang menyatakan distribusi atau meratanya hujan dalam
setahun. Besarnya curah hujan mempengaruhi kadar air tanah, aerasi tanah,
kelembaban udara dan secara tidak langsung juga menentukan jenis tanah
Keadaan Tanah
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanahlah yang
menentukan penampilan tanaman. Pengaruh keadaan tanah dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
1
Keadaan fisik tanah, yang ditentukan oleh struktur dan tekstur tanah,
tanah.
Keadaan biologi tanah yang ditentukan oleh kandungan mikro/makro
flora dan fauna tanah yang bertindak sebagai resiklus hara dalam tanah
(dekomposisi).
Suhu
Suhu udara mempengaruhi kecepatan pertumbuhan maupun sifat dan
struktur tanaman. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum.
Tetapi suhu kardinal (minimum, optimum, dan maksimum) ini sangat
Air
Hara dan air memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Salah satu fungsi dari kedua bahan ini adalah
rendah
dan
menyebabkan
suatu
dampak
fisiologis.
Diferensiasi tanaman juga diatur oleh hormon (yaitu fithormon). Saat ini
menggunakan ukuran 28 x 36 cm2 atau kotak kayu atau bambu dengan ukuran
yang lebih besar yaitu 40 x 60 cm2. Tinggi bak plastik atau kotak kayu dan
bambu dengan tinggi 5-10 cm.
semai. Media semai dapat berupa tanah, pupuk organik dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1 :1. Bahan semai semuanya diaduk secara merata, kemudian
diletakkan diatas bak plastik atau kotak kayu. Media kemudian disiram sampai
mencapai kapasitas lapang. Persemaian dilakukan dengan model garitan. Model
garitan dilakukan dengan cara media digarit dengan jarak garitan 5-10 cm,
kemudian biji ditaburkan pada garitan. setelah selesai disemai bak ditata berbaris,
kemudian ditutup plastik hitam atau biru kurang lebih 3-5 hari atau setelah biji
berkecambah.
Untuk
menjaga
kelembaban
tanah
diperlukan
kegiatan
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, sabit, tali rafia,
roll meter, tugal, sprayer, oven, kantong plastik, timbangan analitik, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih kedelai, jagunh manis,
ubi kayu, kangkung, bawang daun, bawang merah, bayam, buncis, mentimun,
pupuk urea, KCl, dan SP-36.
B. Prosedur Kerja
1. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan rumput liar dengan
cangkul dan pancong, bersamaan dengan pembersihan gulma dan rumput liar
lahan digemburkan.
2. Setelah lahan gembur dan bersih, bedengan dibuat dengan panjang 3 meter
dan lebar 2 meter serta tingginya 25-30 cm, serta parit dibuat antar bedengan
dengan lebar 40 cm.
3. Pupuk kandang ditaburkan diatas bedengan yang sudah jadi hingga merata.
4. Lubang tanam dibuat di lahan bedengan dengan jarak tanam sesuai komoditas
yang ditanam dengan pola tanam tumpangsari.
5. Benih dimasukkan dalam lubang tanam sebanyak 2-3 butir, lalu ditutup
kembali.
6. Setelah penanaman selesai, lahan disiram hingga basah. Dan dilakukan
perawatan
tanaman
meliputi
penyiraman,
penyiangan,
pemupukan,
11. Data dibuat tabel lalu dianalisis dengan uji f jika berbeda nyata maka
dilakukan dengan uji DMRT (Duncans multiple range test) pada taraf 5%
lalu dibuat grafik dan kurva sigmoid.
B. Pembahasan
Pola pertanaman ada 2 yaitu (Rosya dan Winarto, 2013):
1. Monokultur
Monokultur adalah sistem budi daya pada suatu areal lahan yang
ditanami dengan satu jenis tanaman saja. Keuntungan : Persiapan tanam dan
cara pemeliharaan tanaman menjadi lebih mudah, berbagai teknik budidaya
dapat dilakukan dengan lebih leluasa, baik tradisional maupun modern,
perhitungan biaya input dan output juga lebih mudah diperhitungkan.
Kerugiannya :Sifat ketergantungan lebih besar dan resiko kerugian yang
terjadi tidak ada kompensasinya dan penggunaan lahan, waktu, sarana dan
prasarana kurang efektif dan efisien.
2. Polikultur
Polikultur merupakan sistem budi daya tamanan pada suatu areal lahan
yang sama dalam satu tahun ditanami dengan beberapa jenis tanaman, baik
yang ditanam dalam waktu yang bersamaan atau waktu yang sedikit berbeda.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem polikultur dapat memberikan
beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut dalam Anindita (2013):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
jenis varietasnya. Mahkota bunga berjumlah 3 buah, dimana yang satu buah
lebih besar dari pada yang lainnya (Cahyono, 2014).
Polong ada yang berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya lebih dari
20 cm, bulat lurus dan pendek kurang dari 12 cm, serta berbentuk silindris
agak panjang sekitar 1-20 cm. Warna polong ada yang berwarna hijau tua,
ungu, hijau keputih-putihan, hijau terang, hijau pucat, dan hijau muda.
Struktur polong buncis halus, tekturnya renyah, ada yang berserat dan ada
yang tidak berserat, ada yang bersulur pada ujung polong dan ada yang tidak
bersulur. Jumlah biji dalam satu polong bervariasi antara 5-14 buah,
tergantung pada panjang polong. Biji buncis yang telah tua agak keras. Biji
ada yang berwarna putih, hitam, cokelat keungu-unguan, coeklat kehitamhitaman, merah,ungu tua, dan cokelat. Biji buncis memiliki rasa hambar. Biji
buncis berukuran agak besar, berbentuk bulatlonjong dengan bagian tenah
agak melenkung, berat biji berkisar antara 16-40, 6 g (berat 100 biji),
tergnatung varietasnya (Cahyono, 2014).
Tanaman buncis dapat tumbuh baik pada suhu antara 20C-25C,
kelembapan berkisar antara 50-60%, curah hujan antara 1500-2500 mm/tahun
yang penyebarannya merata sepanjang tahun, penyinaran matahari penuh
sepanjang hari, yaitu 10-12 jam atau memerlukan cahaya banyak sekitar 400800 footeandles, dan angin tenang dan tidak sering terjadi angin kencang
sangat cocok untuk usaha tani tanaman buncis. Tanaman buncis dapat
ditanam didataran rendah maupun tinggi tergantung varietasnya. Tanaman
buncis tipe tegak dapat tumbuh dan produktifitasnya tinggi bila ditanam
didaerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 200-300 m dpl. Sedangkan
buncis dengan tipe merambat dapat tumbuh dan produktifitasnya tinggi bila
ditanam didataran tinggi dengan ketingian antara 500-600 m dpl namun akan
lebih baik bila ditanaman diketinggian 1.000-1.500 m dpl. Jenis tanah yang
cocok untuk tanaman buncis adalah tanah regosol, latosol, dan andosol yang
merupakan tanah lempung ringan dan memiliki drainase baik. Sifat fisik
tanah yang baik untuk penanaman buncis adalah tanah genbur (remah), kaya
bahan organik, tanah mudah mengikat air, dan kedalaman tanah dalam.
setelah tanam dan pada saat penyulaman hal ini dikarenakan sering hujan
sehingga tidak perlu dilakukan penyiraman lagi.
b. Penyulaman
Benih buncis yang ditanam kemungkinan ada yang tidak tumbuh.
Benih yang tidak tumbuh harus segera diganti dengan benih yang baru.
Benih yang kurang baik atau mati juga perlu diganti/disulam.
Penyulaman buncis dilakukan 4-6 hst agar tanaman tumbuh tetap
serempak. Penyulaman dilakukan jika benih yang tidak tumbuh/ rusak/
mati berkisar 10%-25%. Namun jika lebih dari 40 %, maka sebaiknya
semua diganti dengan benih baru. Penyulaman dilakukan agar jumlah
tanaman per satuan luas tetap optimum sehingga target produksi dapat
tercapai (Cahyono, 2014). Namun dalam praktikum benih yang tidak
tumbuh dikelompok saya > 40%, namun tidak diganti semua hanya
disulam. Hal ini dilakukan karena ketidak tahuan kami dan karena bila
diganti semua maka akan tertinggal dengan kelompok yang lain, selain
itu penyulaman juga dilakukan > 10 hst. Hal ini dikarenakan kekurangan
benih saat praktikum sehingga penyulaman dilakukan terlambat. Lalu
penyulaman ada yang dilakukan lagi setelah 14 hst dikarenakan benih
tidak baik yang digunakan pada penyulaman sebelumnya. Penyulaman
yang dilakukan ini menyebabkan tanaman yang dibudidayakan
dikelompok kami tingginya tidak teratur atau tidak serempak. Selain itu
lahan jadi tidak rapi karena benih yan ditanam ada yang beda jenis yaitu
ada yang tidak menjulur dan ada yang menjulur.
c. Pemupukan
Tumbuhan akan tumbuh baik jika kebutuhan akan zat haranya
terpenuhi maka untuk memenuhinya dilakukan dengan pemupukan.
Pemupukan dapat dilakukan ditanah, lewat daun atau disemprotkan.
Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar dan diratakan
bersamaan dengan pengolahan tanah) pupuk kandang sebagai pupuk
dasar yang disebar bersama olah tanah. Pupuk N berupa Urea dan ZA
sebanyak 220 kg/ha, SP-36 sebanyak 556 kg, dan KCl sebanyak 250 kg
diberikan pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam masing-masing
dilakukan
penyiangan
dan
pendangiran
dilakukan
pula
untuk
praktikum
pemangkasan
tidak
dilakukan
karena
tanpa
kekuning-kuningan.
Telurnya
berwarna kuning muda dan bentuknya bulat. Telur akan menetas setelah
2-5 hari. Umur ulat hingga menjadi kepompong 27 hari. Pologn yang
terserang ulat akan berlubang agak besar dan tidak beraturan. Di dalam
lubang tersebut tidak terdapat kotoran. Serangan ulat polong ini dapat
menurunkan produksi polong dan kualitas polong.
f. Lalat bibit (Agromyza phaseoli)
Lalat menyerang batang leher akar atau pangkal batang. Tanaman
yang terserang biasanya tanaman muda. Lalat berwarna hitam mengkilap,
memiliki antena, dan bersayap cokelat muda. Ukuran badan lalat betina
lebih besar dari pada lalat jantan. Lalat betina bertelur pada biji yang baru
berkecambah (umur 6-7 hari) dekat dengan daun pertama. ulat berukuran
3 mm, bagian kepala runcing, dan bagian bekalang tumpul.
Kepompongnay berwarna cokelat kekuning-kuningan. Telur lalat bibit di
dataran rendah menetas menjadi larva sekitar 20 hari, sedangkan yang
berada di dataran tinggi akan menetas sekitar 40 hari.
Tanaman yan terserang lalat daunnya berlubang-lubang dan bagian
tepi mengarah ke tangkai daun atau tulang daun. Ulat masuk ke dalam
pangkal batang dan merusak berkas pembuluh pengangkutan, sehingga
tanaman menjadi layu, menguning, dan akhirnya mati karena tanaman
sudah tidak mampu lagi menyerap air dan zat hara. Jika kerusakan parah,
tanaman akan kerdil dan produktivitasnya rendah. Serangan hama lalat
bibit akan meningkat bila turun hujan lebat.
g. Kutu daun (Aphis gossypii)
Tanaman yang terseran kutu daun tanaman menjadi kerdil. Kutu
daun berukuran kecil, tubuhnya berwarna hijau tua yang terselimuti oleh
tepung lilin. Kutu daun hidup berkelompok di permukaan daun bagian
bawah. Kutu sering dikerumuni semut karena menghasilakan embun
madu. Faktor yang mendukung berkembangnya kutu daun adalah
kelembapan udara yan tinggi sekitar 70% - 80%. Kutu daun menghisap
cairan dalam sel daun sehingga daun yang terserang tampak berkerut,
menguning, dan layu karena kehilangan cairan. Tanaman muda yang
terserang kutu daun akan tumbuh kerdil, batang tanaman memutar dan
daun keriting.
h. Ulat tanah (Agrotis sp)
Ulat tanah yang menyerang tanaman buncis yang masih muda
(umur 1-2 minggu). Namun, bisa menyerang tanaman tua. Pada tanaman
muda bagian yang terserang adalah pangkal tanaman. Sedangkan
tanaman tua yan terseran adalah daunnya.
Badan ulat berwarna cokelat tua kehitam-hitaman, beruas-ruas, liat
dan lunak. Panjang ulat berkisar 2-5 cm. Kupu-kupu berwarna cokelat
tua dengan sayap bergaris-garis dan terdapat titik putih. Kepompong
berwarna cokelat dan terletak di dekat permukaan tanah. Telur berwarna
putih bening dan bentuknya bulat. Telur menetas setelah 6 hari.
daun
signatipennis)
(Henosepillacha
signatipennis
atau
Epilacha
daun.
Banyak
dijumpai
pada
musim
kemarau.
Glomerella
gelap, daun menjadi mrnggulung ke bawah daun juga tampak kaku. Pada
tanaman muda tanman manjadai kerdil. Tanaman yang sedang berbuah
terserang polong buncis kecil, bentuknya tidak normal, dan timbul
bercak-bercak kecil seperti seperti jerawat dan akhirnya polong
menguning.
f. Penyakit bercak hitam pada batang (hawar batang)
Penyakit disebabkan cendawan Phomopsis sojae atau Diaphorthe
phaseolorum Var. Sojae yang merupakan stadium sempurna candawan.
Cendawan dapat bertahan hidup dalam bij yang terserang hingga
beberapa tahun. Gejalanya yaitu batang terdapat bercak. Bercak terdapat
disekitar buku-buku yangbbentuknya memanjang. Polong yang terserang
terdapat bercak hitam-hitam. Biji yang terinfeksi berkerut, retak, dan
diselimuti miselium cendawan berwarna putih.
g. Penyakit embun tepung
Penyakit disebabkan cendawan Oidium Spp dan cendawan
Erysiphe polygoni. Faktor yang mendukung perkembangan cendawan
adalah suhu 19C-25C dan kelembapan 70% - 80%. Gejala yang
nampak adalah tanaman tertutup oleh cendawan yang berwarna putih,
terutama pada daun. Polong yang terserang meninggalkan bekas
berwarna cokelat usram. Daun yang terserang akan menguning, cokelat
dan akhirnya mengering. Pada serangan berat, seluruh bagian tanaman
akan terserang sehingga menyebabkan kematian.
h. Penyakit hawar daun
Penyakit disebabkan bakteri Xanthomonas campestris. Bakteri
dapat bertahan hinga beberapa tahun di dalam tanah, sisa-sisa tanaman
yang sakit, dan di dalam biji dari tanaman yang terinfeksi bakteri. Faktor
yang mendukung perkembanganya yaitu suhu 20C 30C. Gejala yang
ditimbulkan yaitu lapisan tepi daun terdapat bercak kuning. Pada tahap
berikutnya daun akan layu. Serangan hebat menyebabkan daun kuning
dan rontok akhirnya tanaman mati.
i. Penyakit busuk lunak
Penyakit disebabkan bakteri Erwinia carotovora. Faktor yang
mendukung perkembanganya adalah kelembapan tini 90% dan suhu
antara 25C - 30C. Penyakit juga disebabkan cendawan Sclerotonia
antara 18-40 cm, tergantung varietasnya. Daun berwarna hijau muda sampai
hijau tua dan permukaan daun halus. Bunga secara keseluruhan berbentuk
payung majemuk atau payung ganda dan berwarna putih. Dalam setiap tandan
bunga terdapat 68-83 kuntum bunga. Panjang tangkai tandan bunga dapat
berkisar mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan panjang tangkai bunga
berkisar antara 0,8-1,8 cm. Kuntum-kuntum bunga terletak pada bidang
lengkung yang sama karena tangkai-tangkai bunga hampir sama panjangnya
(Cahyono, 2005).
Mahkota bunga bawang daun berwarna putih. Benang sari memiliki
tangkai yang panjangnya 0,5 cm. Buah bawang daun berbentuk bulat, terbagi
atas tiga runag, berukuran kecil, dan berwarna hijau muda. Satu buah bawang
daun mengandung 6 biji yang berukuran sangat kecil. Dalam satu tandan
terdapat sekitar 61-74 buah. Biji bawang daun yan masih muda berwarna
putih dan setelah tua berwarna hitam, berukuran sangat kecil, berbentuk bulat
pipih dan berkeping satu (Cahyono, 2005).
Bawang daun tumbuh baik pada ketinggian antara 250-1.500 m dpl.
Didataran rendah bawang dapat tumbuh namun produksi anakan sedikit.
Curah hujan yang tepat 1.500-2.000 mm/tahun dan suhu 18-25C. Ph yang
disukai adalah ph netral (6,5-7,5), tetapi toleran terhadap pH lebih tinggi
(Nazaruddin, 2003 dalam Sari, 2006). Bawang daun beradaptasi pada kisaran
iklim yang luas. Selain bisa ditanam di daerah dingin tanaman ini toleran
terhadap kondisi panas dan lembab di wilayah Asia Tenggara. Bawang daun
peka terhadap genangan , tetapi ika tersedia drainase, hujn lebat yang sering
terjadi dapat ditoleransi. Komsumsia air sangan tinggi namun tpleran
terhadap cekaman kelengasan (Sari, 2006). Kelembapan udara berkisar antara
80-90% (Setiaji, 2013).
Cara tanam bawang daun sebagai berikut:
a. Saat tanam yang cocok untuk tanam bawang daun adalah saat awal
musim hujan (bulan September/Oktober) atau awal musim kemarau asal
tersedia air yang cukup sekitar bulan Maret. Dalam praktikum
penanaman bawang daun dilakukan pada bulan Maret.
Cahyono
(2005)
fase
pertumbuhan
dan
stadia
tidak tumbuh dikelompok saya > 40%, namun tidak diganti semua hanya
disulam. Penyulaman juga dilakukan 7 hst.
c. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan ditanah,
lewat
daun
atau
dilakukan
penyiangan
dan
pendangiran
dilakukan
pula
halus
dan
berumbai-rumbai.
Hama
berkembang
secara
otomatis atau smudge. Daun bagian bawah menjadi rebah, pangkal daun
mengecil, berwarna gelap, dan tanaman mati secara mendadak.
e. Embun tepung
Penyakit disebabkan cendawan Peronospora destruktor. Cendawan
berkembang pada musih hujan dan pada kondisi lingkungan yang lembab
dan suhu malam hari yang rendah. Gejalanya adalah tampak bercakbercak hitam pucat pada daun, terutama pada ujung-ujung daun, yang
kemudian berubah warna menjadi putih lembayung atau ungu. Bercak
merupakan kapang dari cendawan Peronospora destruktor. Serangan
berat menyebabkan daun menguning, mengering dan akhirnya mati.
Daun yang mati ditandai dengan warna putih dan diliputi oleh bulu-bulu
berwarna hitam.
Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur dengan dua cara yaitu analisis
pertumbuhan dengan mengukur pertambahan bobot basah tanaman dari waktu ke
waktu dan mengamati penampilan agronomik tanaman dengan mengukur tinggi
tanaman, jumlah daun, diameter batang dan lain-lain dari waktu ke waktu. Cara
pertama merupakan pendekatan yang terbaik karena yang dimaksud dengan
tumbuh adalah pertambahan bobot basah dari tanaman, tetapi cara ini mempunyai
kelemahan, yaitu sampel yang diamati tidak sama karena setiap kali pengamatan
dilakukan dekstruktif. Cara kedua tidak sebaik cara pertama karena tidak dapat
mengukur pertambahan bobot basah, tetapi sampel yang diamati tetap sama
(Syah, dkk., 2003).
Analisis kuntitatif pertumbuhan adalah gambaran pertumbuhan tanaman
secara kuantitatif dan peristiwa-peristiwa yang mendukung proses pertumbuhan
tersebut dapat diketahui secara jelas. Pemahaman akan pertumbuhan tanaman
yang lebih baik akan menjadi modal penting dalam upaya penanganan tanaman
dan lingkungannya untuk mendapatkan suatu hasil yang tinggi (Sitompul dan
Guritno, 1995).
Analisis pertumbuhan ini juga berguna untuk memperoleh pemahaman yang
lebih baik mengenai perkembangan yang mempengaruhi hasil panen selama daur
pertumbuhan tanaman budidaya (Gardner dkk., 1991). Selain itu, pengetahuan
proses pertumbuhan yang memadai melalui analisis pertumbuhan tanaman akan
dapat menjelaskan keragaan hasil suatu tanaman atau pertanaman dari segi
pertumbuhan tanaman. Analisis pertumbuhan tanaman dapat membantu
mengidentifikasi faktor pertumbuhan utama yang mengendalikan atau membatasi
hasil. Hal ini sangat diperlukan dalam upaya memperbaiki hasil tanaman pada
suatu lingkungan tertentu atau adaptasi tanaman pada beberapa lingkungan
(Sitompul dan Guritno, 1995).
Kesimpulanya dengan diketahui tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,
bobot basah polong, bobot basah tajuk, bobot basah akar, dan jumlah polong
pertanaman pada buncis dapat digunakan untuk mengetahui seberapa baik
pertumbuhanya, seberapa besar hasilnya, dan seberapa besar keberhasilan
tumpangsarinya. Tinggi tanaman semakin tinggi maka jumlah daunnya semakin
banyak, daun semakin bnayak polong juga mulai ada. Semakin tingi tanaman
maka bobot basah tajuk dan akar semakin besar. Jumlah polong semakin banyak
maka bobot basah buah semakin besar. Biomassa tanaman merupakan akumulasi
produk fotosintesis maupun penyerapan hara dalam bentuk senyawa organik
penyusun seluruh jaringan pada organ vegetatif maupun generatif tanaman
(Bidwell, 1979 dalam Sari, 2006). Luas daun spesifik/specifik leaf area
(LDS/SLA) merupakan salah satu cara untuk mengkaji perubahan karakteristik
daun akibat pengaruh lingkungan tumbuh tanaman. Nilai SLA ditetapkan
berdasarkan besarnya luas daun dengan berat kering daun (Prasetyo, 2004).
Sedangkan pada bawang daun yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot umbi segar, diameter umbi. Tinggi tanaman mempengaruhi jumlah daun
semakin banyak daun maka diameter umbi semakin besar dan semakin besar umbi
maka bobot segarnya akan semakin besar.
Menurut Cahyono (2014) pada tanaman buncis pupuk yang digunakan urea,
SP-36 dan KCL. Pupuk urea sebanyak 220 kg/ha, SP-36 sebanyak 556 kg/ha, dan
KCl sebanyak 250 kg/ha. Sedangkan pada praktikum pemupukan dilakukan
dengan urea, SP-36 dan KCL namun dosis yang digunakan tidak sesuai (terlalu
sedikit). Pupuk urea sebanyak 50 kg/ha, SP-36 sebanyak 100 kg/ha, dan KCL 50
kg/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Rosya, A dan Winarto. 2013. Keragaman Komunitas Fitonematoda pada Sayuran Lahan
Monokultur dan Polikultur di Sumatera Barat. Jurnal Fitopatologi Indonesia, Vol. 9
No. 3.
Sari, Y. I. 2006. Analisis Sistem Pemasaran Wortel dan Bawang Daun (Studi
Kasus Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa
Barat). Skripsi. Program Studi manaemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Sembiring, A. S., jonis, G. dan Ferry E S. 2015 Pengaruh Populasi Kacang Tanah
(Arachis hypogeae L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari. Jurnal Online Aroteknologi, Vol. 3
No. 1.
Setiaji, D. E. 2013. Pengaruh Kancing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bawang daun (Allium fistolusum L.). Skripsi. Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Setiawati, W., R. Murtiningsih, G. A. Sopha, dan T. Handayani. 2007. Petunjuk
Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayur,
Bandung.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Susila, A. D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Departemen agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.
Syah M. J., Anwarudin, P. J. Santoso, F. Usman dan T. Purnomo. 2003. Hubungan
Laju Pertumbuhan Dengan Saat berbunga Untuk Seleksi Kegenjahan
Tanaman Pepaya. J. Hort. Vol. 13 No. 13.