Oleh
Kelompok I (Ganjil) :
(P07134012001)
(P07134012011)
(P07134012021)
(P07134012031)
(P07134012041)
PENDAHULUAN
1. 1. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan uji konfirmasi senyawa golongan
narkotika atau psikotropika pada urin pecandu narkoba dengan metode
KLT-spektrofotodensitometri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan penyiapan plat KLT-spektrofotodensitometri.
2) Mampu menggunakan alat spektrodensitometer.
3) Mampu melakukan analisis senyawa-senyawa golongan narkotika
atau psikotropika berdasarkan hasil uji konfirmasi.
1. 2. Latar Belakang
Dewasa ini kasus-kasus penyalahgunaan Narkotika psikotropika dan
Zat Aditif lainnya (NAPZA) semakin marak di tanah air, berbagai latar
belakang orang terlibat dalam penyalahgunaan bahan berbahaya dan adiktif
ini, mulai dari pesohor, anggota parlemen daerah, pegawai swasta, PNS dan
yang paling parah adalah generasi muda pun yang seharusnya menjadi
tulang punggung negara banyak terseret dalam kasus ini, bahkan selain
terbukti menggunakan sendiri obat-obatan terlarang tersebut, mereka juga
ternyata berkontribusi dalam pengedaran NAPZA di masyarakat. Tentunya
kita sangat prihatin dengan kondisi ini.
Narkotika
dan
Psikotropika
dapat
yang
disalah
gunakan
2.1
BAB II
DASAR TEORI
Kromatografi Lapis Tipis (Klt)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu metode pemisahan
campuran analit dengan mengelusinya melalui fase diam yang datar pada
plat penyangga. Dalam KLT, fase gerak ini berupa cairan. Pemisahan akan
terjadi jika salah satu komponen dari campuran diadsorpsi lebih kuat dari
Instrumen Spektrodensitometri
test) memberi hasil positif (BNN, 2008). Pada uji konfirmasi dengan KLT,
setiap senyawa yang terlarut dalam fase gerak memiliki hambatan yang
berbeda saat bergerak pada fase diam. Besar hambatan ini dapat dinyatakan
dengan nilai RF atau hRf (hRf = 100 Rf). (Sherma and Fried, 1996).
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk
identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan
dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai
jarak yang ditempuh oleh senyawa ( Underwood, 1986: 186 ). Nilai Rf
diperoleh dari membagi jarak pusat kromatografik dari titik awal dengan
jarak pergerakan pelarut dari titik awal. Penghitungan nilai hRf ditunjukkan
dengan persamaan dibawah ini.
Rf =
Pada prakteknya, nilai hRf bervariasi karena pengaruh faktor
lingkungan seperti kejenuhan bejana kromatografi (chamber), pH medium,
suhu penguapan fase gerak pada plat, kadar analit yang ditotolkan. (Sherma
and Fried, 1996).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Pipet tetes
Botol vial
Aluminium foil
Termos dingin
Kulkas/freezer
Pipet ukur
Gelas beaker
8) Tabung reaksi
9) Bejana kromatografi vertical (Camag-Muttenz-Switzerland)
10) Ball filler
11) Tabung eppendorf
12) Oven
13) Strip test benzodiazepine, THC, dan opiat dari BIO-RAD
14) Strip pH dari MACHEREY-NAGEL
15) Pemanas dari Caorning PC-420D
16) Catridge SPE ACCUBOND dan CHROMABOND
3.2.2 Bahan
a)
b)
c)
Larutan
pengembang TB
Labu ukur berisi
yang siap
toluen : aseton : etanol :
digunakan
ammonia ( 45: 45: 7: 3)
Dihomogenkan
1.
Larutan pengembang
TAEA yg siap
digunakan
Dimasukkan
Larutan
pengembang TB
Didiamkan 30
menit
Bejana siap
digunakan
Plat Al-TLC Si 60
GF254 yg telah
ditotolkan
1 cm
10 cm
1 cm
1 cm
1 cm
Skema penotoloan sampel plat KL1
Keterangan :
Sistem fase gerak TB
1 = Ekstrak sampel LLE Kelompok 1
2 = Ekstrak sampel SPE Kelompok 1
3 = Ekstrak sampel LLE Kelompok 2
4 = Ekstrak sampel SPE Kelompok 2
5 = Ekstrak sampel LLE Kelompok 3
6 = Ekstrak sampel SPE Kelompok 3
Senyawa hasil
deteksi
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
4.2
Hasil Pengamatan
Perhitungan
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN
6.1
6.2
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BNN. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropik, dan
Obat Berbahaya. Jakarta : BNN.
LEMBAR PENGESAHAN