Anda di halaman 1dari 9

Tugas 9

VULKANOLOGI
Klasifikasi Posisi Tektonik Gunungapi
(Berdasarkan Tektonik Lempeng)

DISUSUN OLEH

Prieskha Indriyani Gerard


270110120091
FTG D
Universitas Padjadjaran

TUGAS 9
KLASIFIKASI POSISI TEKTONIK GUNUNGAPI (BERDASARKAN TEKTONIK
LEMPENG)
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang
geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat
litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di
bawah lapisan litosfer terdapatastenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir
seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi,
bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya
bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,
terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu
dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen
(bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik,
pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di
daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan
50-100 mm/a.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift)
yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya
The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa
benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh
sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari
granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih
padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan,
teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat
bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris
Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di
bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah
kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan
dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya.
Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956.
Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya
justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan
pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan,
tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau
berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction
zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng

berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian
diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara
seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog
Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat
mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan
lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua
sisimid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat
dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioffdan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng
sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan
prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang
pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini.
Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan
telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui
dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis
dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
JENIS-JENIS BATAS LEMPENG

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).


Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami
gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault).
Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan
pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh
sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting)
yang aktif adalah contoh batas divergen
Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika
salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental

collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya
berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan
terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan
aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
TERBENTUKNYA GUNUNGAPI
Bumi, seperti yang kita kenal merupakan suatu sistem yang heterogen, dengan
bagian-bagian seperti yang nampak pada gambar berikut ini :

Lapisan bumi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :


1.) Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi adalah lapisan terluar bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak
samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km
sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km.. Tebal lapisan kerak
bumi mencapai 70 km dan merupakan lapisan tanah dan batuan .Lapisan ini menjadi
tempat tinggal bagi seluruh mahluk hidup.Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai
1.100oC. Lapisan kerak bumi dan bagian di bawahnya hingga kedalaman 100 km
dinamakan litosfer.
2.) Selimut atu Selubung Mantel (Mantle)
Selimut merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan kerak bumi.Tebal selimut
bumi mencapai 2.900 km dan merupakan lapisan batuan padat. Suhu di bagian bawah
selimut bumi mencapai 3.000 derajat Celcius.
3.) Inti Bumi (Core)

Inti bumi terdiri dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel
(8%), dan lain-lain yang terdapat pada kedalaman 29005200 km. Lapisan ini dibedakan
menjadi lapisan inti luar dan lapisan inti dalam. Lapisan inti luar tebalnya sekitar 2.000
km dan terdiri atas besi cair yang suhunya mencapai 2.200 oC.Inti dalam merupakan
pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700 km. Inti dalam ini terdiri dari
nikel dan besi yang suhunya mencapai 4500oC.
Berdasarkan penyusunnya lapisan bumi terbagi atas litosfer, astenosfer, dan mesosfer.
Litosfer adalah lapisan paling luar bumi (tebal kira-kira100 km) dan terdiri dari kerak
bumi dan bagian atas selubung. Litosfer memiliki kemampuan menahan beban
permukaan yang luas misalkan gunungapi. Litosfer bersuhu dingin dan kaku. Di bawah
litosfer pada kedalaman kira-kira 700 km terdapat astenosfer. Astenosfer hampir berada
dalam titik leburnya dan karena itu bersifat seperti fluida. Astenosfer mengalir akibat
tekanan yang terjadi sepanjang waktu. Lapisan berikutnya mesosfer. Mesosfer lebih kaku
dibandingkan astenosfer namun lebih kental dibandingkan litosfer. Mesosfer terdiri dari
sebagian besar selubung hingga inti bumi. Permukaan bumi ini terbagi atas kira-kira 20
pecahan besar yang disebut lempeng. Ketebalannya sekitar 70 km. Ketebalan lempeng
kira-kira hampir sama dengan litosfer yang merupakan kulit terluar bumi yang padat.
Litosfer terdiri dari kerak dan selubung atas. Lempengnya kaku dan lempeng-lempeng itu
bergerak diatas astenosfer yang lebih cair. Arus konveksi memindahkan panas melalui zat
cair atau gas, yang membuat lempeng-lempeng dapat bergerak, yang dapat menimbulkan
getaran yang terjadi dipermukaan bumi.

Keberadaan batuan leleh yang memiliki daya apung serta tekanan terhadap batuan
sekeliling menyebabkan magma terdorong ke atas dan mungkin saja menerobos melalui
zona lemah pada kerak Bumi. Apabila terjadi demikian, erupsi terjadi, dan magma pun
mengalir keluar sebagai lava.
Panas yang terkonsentrasi pada Upper Mantle Bumi meningkatkan temperatur untuk
melelehkan batuan secara lokal sehingga menghasilkan gumpalan magma. Gumpalan ini
kemudian terakumulasi dan mengalir melalui rekahan dan retakan, dan beberapa mungkin
terkumpul menjadi satu pada reservoir yang lebih besar beberapa mil di bawah
permukaan Bumi. Tekanan yang terus meningkat pada reservoir mungkin menyebabkan

magma terdorong ke atas melalui zona lemah sehingga memungkinkan magma keluar ke
permukaan.
Magma terbentuk di beberapa daerah seperti yang terlihat pada gambar, secara umum
yaitu pada kerak benua dan kerak samudera.

Pembentukan gunungapi dapat dirangkum menjadi :


1. Magma mengalir menuju rekahan dan zona lemah pada kerak Bumi
2. Tekanan terbentuk di dalam Bumi
3. Saat tekanan dilepaskan, magma mengalir keluar permukaan Bumi dan
menyebabkan erupsi
4. Lava hasil erupsi mendingin dan membentuk lapisan baru
5. Setelah beberapa kali erupsi, maka lapisan-lapisannya mulai membentuk
gunungapi.

DIMANA TERBENTUKNYA GUNUNGAPI

Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat
pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara
ke kerak benua; busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan
busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak
samudera.

Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :


1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan
kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi
tengah samudera. Pemekaran ini mungkin menghasilkan ocean ridge atau continental
ridge, tergantung pada lokasi lempengnya. Ketika terjadi pemekaran, batuan mantel dari
lapisan astenosfer mengalir ke atas untuk mengisi kekosongan di antara lempeng. Karena
tekanannya rendah, maka batuan mantel akan meleleh, membentuk magma. Ketika
mengalir, magma mengalami pendinginan dan membeku, kemudian membentuk kerak
baru. Hasil pembekuan inilah yang mengisi pemekaran kerak, dan sering dikenal dengan
spreading center volcanism.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua.
Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini
bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi
benua. Proses ini dikenal sebagai subduksi, dan biasanya membentuk palung, yaitu

bagian paling dalam pada lantai samudera. Ketika litosfer menunjam ke mantel bersuhu
dan bertekanan tinggi, maka terjadi peningkatan suhu. Sering dikenal sebagai subduction
zone volcanism.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan
rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan
batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava
sepanjang rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi
magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang
membentuk deretan gunungapi perisai.
Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa kebanyakan aktivitas maupun
kegiatan kegunungapian disebabkan oleh pergerakan lempeng atau aktivitas tektonik
berskala besar.
Asosiasi yang paling umum dengan bentang alam vulkanik adalah dari tektonik / asal
orogenik. Hal ini diharapkan sebanyak vulkanisme anorogenik adalah pengecualian
bahkan pada benua. Vulkanisme merupakan karakteristik atau ciri dari beberapa rezim
tektonik. Mengacu pada klasifikasi, seseorang dapat memprediksi aktivitas vulkanik
bersamaan dengan interaksi lempeng litosfer untuk kelas berikut ( nama dan kemudian
terdaftar dengan nomor kode huruf yang digunakan dalam klasifikasi itu) :
I. Tepi Lempeng Divergent :
a . Intracontinental Rift ( A - 1 )
b . Oceanic Penyebaran Pusat ( A- 2 )
II . Tepi Lempeng Konvergen :
a . Samudera -Ocean Plat Margin ( B - 1 )
b . Ocean- Continent Margin ( B - 2 )
c . Benua - Benua Margin ( B - 3 )
III.Transform Zone:
a . Palung - Trench ( Dead Sea Type) ( C - 1 )
b . Ridge- Trench ( San Andreas Type) ( C - 2 )
c . Ridge- Ridge ( San Andreas Type) ( C - 3 )
IV.Plate Interior :
a . Shields ( D - 1 )
b . Posttectonic Magmatik intrusi ( D - 4 )
c . Hot Spot Track ( D - 7 )

Dari aktivitas tektonik tersebut, vulkanisme yang terjadi (sekitar 82%) terpusat di atau
dekat dari tepian benua konvergen dan busur kepulauan di sepanjang batas lempeng pada

lempeng Pasifik (Ring of Fire atau Cincin Api). Hampir 14 persen dari gunungapi aktif di
dunia terletak di kepulauan Indonesia. Sekitar 6 persen lainnya berada di sekitar
Mid-Atlantic Ridge. Afrika, Mediterania, dan daerah Arabian Peninsula memiliki sekitar
5 persen jumlahnya. Sementara sisanya berada di tepian lempeng yang lain di wilayah
samudera (misalnya Kepulauan Hawaii) atau wilayah dalam benua (misalnya
Yellowstone), biasanya muncul di sekitar subcrustal thermal plumes (hot spot).
Kebanyakan bentangalam yang dikelompokkan sebagai hasil spesifik dari kegiatan
vulkanik dapat dibedakan menjadi dua bentuk dasar dari bentangalam lainnya. Yang
pertama, gunungapi dan juga turunan di sekitarnya biasanya terbentuk selama masa aktif
atau pembentukannya. Yang kedua, bentangalam vulkanik yang lebih kecil biasanya
terbentuk hingga pada cakupan terluasnya dalam jangka waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan bentangalam fluvial, tektonik, dan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://disc.sci.gsfc.nasa.gov/geomorphology/GEO_3/GEO_CHAPTER_3.shtml
http://www.soest.hawaii.edu/GG/ASK/plate-tectonics.html
http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/intraplvolc_page.html
http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/seafloorvol_page.html
http://www.geology.sdsu.edu/how_volcanoes_work/Volcano_tectonic.html
http://pubs.usgs.gov/gip/volc/tectonics.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng

Anda mungkin juga menyukai