10 Imunologi
10 Imunologi
Sistem darah
Orang dengan berat badan 70 kg memiliki kira-kira 5 liter darah, dengan berat kira-kira
7% dari berat badan total. Darah mengalir dari jantung menuju arteri, kemudian kapiler
dan kembali melalui vena menuju jantung.
Darah terdiri atas 52-62% cairan plasma dan 38-48% sel-sel darah. Plasma memiliki
kandungan utama air (91,5%) dan berperan sebagai solven (pelarut) untuk mengangkut
material-material lain yaitu protein (7%) serta bahan lain (1,5%). Sel-sel darah dibuat
dari stem cell (sel induk) dalam suatu proses yang dinamakan hematopoiesis yang
umumnya terjadi di dalam sumsum tulang. Stem cell menghasilkan hemocytoblasts
(hemositoblas) yang berubah menjadi prekursor untuk berbagai jenis sel darah.
Hemositoblas matur menjadi 3 jenis sel darah yaitu eritrosit (sel darah merah), lekosit
(sel darah putih) dan platelet (trombosit).
5.0x106/mm3
Trombosit
2.5x105/mm3
Lekosit
7.3x103/mm3
Netrofil
Granulosit
50-70%
Limfosit
Agranulosit
20-40%
Monosit
Agranulosit
1-6%
Eosinofil
Granulosit
1-3%
Basofil
Granulosit
<1%
Sistem limfe
Limfe adalah cairan jernih, transparan dan tak berwarna. Cairan limfe mengalir di dalam
pembuluh limfe melalui jaringan-jaringan dan organ-organ untuk memberikan
perlindungan. Tak ada eritrosit di dalam limfe dan mengandung lebih sedikit protein
daripada darah.
Limfe mengalir dari cairan interstitial melalui pembuluh limfe menuju duktus thorakis
atau duktus limfe kanan dan bermuara di vena subklavia, di sinilah limfe menyatu
dengan darah. Limfe membawa lipid dan vitamin-vitamin yang larut dalam lipid setelah
diserap dari saluran pencernaan. Seperti pembuluh darah vena, pembuluh limfe
memiliki katup-katup yang mencegah aliran balik cairan. Di sepanjang pembuluh limfe
terdapat limfonodi yang menyaring cairan limfe.
Sistem limfoid manusia terdiri atas:
1. Organ-organ primer, yaitu sumsum tulang dan kelenjar timus (di belakang tulang
dada di atas jantung)
2. Organ-organ sekunder, umumnya dekat jalan masuk patogen: adenoid, tonsil, limpa,
limfonodi, appendiks dan Peyers patches.
Imunitas bawaan
Imunitas bawaan sering juga disebut dengan imunitas alamiah, imunitas non spesifik,
innate immunity dan natural immunity. Imunitas bawaan muncul sejak lahir, tersusun
dari beberapa komponen yaitu:
BARIER ANATOMI
1. Faktor mekanis
Beberapa pertahanan secara mekanis dalam tubuh kita antara lain:
- Jaringan epitel (kulit dan mukosa) merupakan barier fisik terdepan yang sangat
impermeabel terhadap agen-agen infeksi, kecuali jika terjadi kerusakan, misalnya
terluka. Desquamasi kulit membantu melepaskan bakteridan agen infeksi lainnya.
- Gerakan silia, batuk dan bersin membantu membebaskan saluran pernafasan
dari patogen
- Aliran air mata, saliva dan urin dapat mengeluarkan patogen
- Mukus pada saluran pencernaan dan pernafasan dapat menangkap
mikroorganisme
- Peristaltik membebaskan saluran pencernaan dari mikroorganisme
2. Faktor kemis
Secara kimiawi, tubuh kita memiliki beberapa sistem pertahanan antara lain:
- Sekresi lambung, sekresi vaginal dan keringat yang bersifat asam (pH<7) dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
- Enzim-enzim perncerna protein dapat membunuh beberapa patogen
- Folikel rambut menghasilkan sebum dengan kandungan asam laktat dan asam
lemak yang dapat menghambat beberapa bakteri patogenik dan jamur.
- Lisozim dan fosfolipase pada saliva, air mata, sekresi hidung, dan perspirasi
merupakan enzim yang dapat merusak dinding sel bakteri Gram positif sehingga
sel mengalami lisis.
- Spermin dan zinc pada sperma merusak beberapa patogen
- Laktoperoksidase merupakan enzim powerfull yang ditemukan pada ASI
- Defensin pada paru dan saluran pencernaan memiliki aktifitas antimikrobial
- Surfaktan pada paru beraksi sebagai opsonin yang memicu fagositosis partikel
oleh sel-sel fagosit
3. Faktor biologis
Flora normal (mayoritas bakteri) pada kulit dan saluran pencernaan dapat
mencegah kolonisasi bakteri patogenik dengan mengeluarkan substansi toksik atau
dengan bersaing mendapatkan nutrien. Biasanya flora normal tak membahayakan.
Kita memiliki 1013 sel dan terdapat 1014 bakteri, yang mayoritas hidup di usus besar.
- Ada 103-104 mikroba per cm2 di kulit (Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Diphtheroid, Streptococci, Candida dll.).
- Berbagai macam bakteri hidup di hidung dan mulut
- Di lambung dan usus halus terdapat Lactobacilli
- Di usus halus terdapat 10 4 bakteri per gram dan di usus besar 10 11 per gram, 9599% di antaranya adalah anaerob.
- Di saluran kemih terdapat koloni berbagai bakteri dan difteroid.
- Setelah pubertas, terdapat koloni Lactobacillus aerophilus yang meng-fermentasi
glikogen untuk mempertahankan pH asam.
- Flora normal menciptakan kesesuaian ekologis dalam tubuh, dan menghasilkan
baktoriosidin, defensin, protein kationik dan laktoferin yang merusak bakteri lain.
BARIER HUMORAL
Barier anatomi sangat efektif untuk mencegah kolonisasi mikroorganisme pada
jaringan. Tetapi, jika barier tersebut rusak, maka infeksi dapat terjadi. Sekali agen
infeksius menembus jaringan, mekanisme imunitas bawaan lainnya bekerja, yaitu
inflamasi akut (radang akut). Faktor-faktor humoral berperan penting dalam radang,
ini ditandai dengan edema dan rekrutmen sel-sel fagosit. Faktor-faktor humoral ini
ditemukan di dalam serum atau terbentuk di lokasi infeksi.
1. Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah mekanisme pertahanan non spesifik humoral utama,
suatu sistem yang terdiri atas lebih dari 20 protein, yang dengan berbagai cara dapat
diaktifkan untuk merusak bakteri. Sekali komplemen diaktifkan maka dapat memicu
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, rekrutmen sel-sel fagositik serta lisis dan
opsonisasi bakteri.
Sistem komplemen menyelubungi mikroba dengan molekul-molekul yang
membuatnya lebih mudah ditelan oleh fagosit. Mediator permeabilitas vaskuler
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga dapat menambah aliran plasma dan
komplemen ke lokasi infeksi, juga mendorong marginasi (fagosit menempel di
dinding kapiler). Sekali fagosit bekerja, mereka akan mati. Sel-sel mati ini bersama
jaringan rusak dan air membentuk pus.
2. Sistem koagulasi
Tergantung beratnya kerusakan jaringan, sistem koagulasi akan diaktifkan atau tidak.
Beberapa produk dari sistem koagulasi berperan dalam pertahanan non spesifik
karena kemampuannya untuk meningkatkan permeabilitas vaskuler dan aktifitas
sebagai agen kemotaksis untuk sel-sel fagositik. Selain itu, beberapa produk sistem
2. Makrofag
Makrofag jaringan dan monosit yang baru direkrut yang akan berubah menjadi
makrofag, juga melakukan fagositosis serta membunuh mikroorganisme di dalam sel.
Selain itu, makrofag juga mampu membunuh secara ekstraseluler. Lebih jauh,
makrofag mendukung perbaikan jaringan dan beraksi sebagai antigen-presenting
cells (APC), yang diperlukan untuk memicu respon imun spesifik.
4. Eosinofil
Eosinofil memiliki protein di dalam granula sel yang efektif untuk membunuh parasitparasit tertentu.
Imunitas didapat
Bagian-bagian dari sistem imun dapat berubah dan beradaptasi untuk serangan yang
lebih baik terhadap antigen yang meng-invasi. Ada 2 mekanisme adaptif fundamental
yaitu: imunitas diperantarai sel (cell mediated immunity) dan imunitas humoral (humoral
immunity).
IMUNITAS DIPERANTARAI SEL (IMUNITAS SELULER)
Imunitas seluler diperankan oleh limfosit T. Dalam imunitas bawaan, kita ketahui bahwa
makrofag menelan antigen dan membunuhnya di dalam sel. Hal ini merangsang limfosit
T (sel T) untuk mengenal antigen tersebut. Semua sel tertutup oleh berbagai substansi.
Cluster of differentiation (CD) yang jenisnya ada lebih dari 160 cluster adalah molekul
berbeda-beda yang menutup permukaan sel. Setiap sel T dan sel B memiliki kira-kira
100.000 molekul pada permukaannya. Permukaan sel B tertutup oleh CD21, CD35,
CD40, dan CD45, serta molekul-molekul non CD. Sedangkan sel T tertutup oleh CD2,
CD3, CD4, CD28, CD45R serta molekul-molekul non CD.
Sejumlah besar molekul pada permukaan limfosit menyebabkan pembentukan reseptor
yang bervariasi. Ada 1018 macam reseptor karena perbedaan struktur molekul ini.
Sel T awalnya dari timus, yang melalui 2 proses seleksi. Pertama, proses seleksi positif
yang hasilnya: hanya sel-sel T yang cocok dengan reseptor yang dapat mengenal
molekul MHC yang bertanggungjawab terhadap pengenalan self. Kedua, proses
seleksi negatif yang dimulai ketika sel-sel T yang dapat mengenal molekul MHC
bergabung dengan peptide asing dikeluarkan dari timus.
Ada beberapa macam sel T, yaitu:
1. Sitotoksik atau Sel T Killer (CD8+)
Sel ini mengeluarkan limfotoksin yang menyebabkan lisis sel.
2. Sel T Helper (CD4+)
Sel ini berperan sebagai pengelola, mengarahkan respon imun. Sel-sel ini
mengeluarkan limfokin yang merangsang sel T Killer dan sel B untuk tumbuh dan
membelah diri, memicu netrofil, dan memicu kemampuan makrofag untuk menelan
dan merusak mikroba.
3. Sel T Supressor
Sel ini menghambat produksi sel T Killer jika tak dibutuhkan lagi.
4. Sel T Memory
Sel ini diprogram untuk mengenal dan merespon pathogen
IMUNITAS HUMORAL
Imunitas humoral diperankan oleh limfosit B. Ada 2 macam sel B yaitu:
1. Sel plasma
Limfosit B yang masih immatur dirangsang menjadi matur ketika antigen terikat pada
permukaan reseptor dan didekatnya terdapat sel T Helper (untuk mengeluarkan
sitokin). Sel B ini selanjutnya memasuki seleksi klonal, artinya berkembang biak
dengan mitosis. Hasil mayoritas dari mitosis ini adalah sel plasma. Sel-sel plasma ini
menghasilkan antibodi yang sangat spesifik kira-kira 2000 molekul per detik selama
4-5 hari.
2. Sel B memori
Sel-sel B lainnya memiliki masa hidup panjang dinamakan sel memori.
Antibodi
Di atas telah disebutkan bahwa sel plasma menghasilkan antibodi. Antibodi (juga
disebut immunoglobulin/Ig) adalah suatu gamma globulin yang merupakan sebagian
dari protein darah. Struktur dasar dari antibodi terdiri atas:
1. Dua Rantai ringan (light chain) yaitu L dan dua rantai berat (heavy chain) yaitu H
2. Ikatan disulfida
3. Regio variabel (V) dan regio constant (C)
4. Regio engsel (hinge)
5. Domain, yaitu domain light chain (V L dan CL) dan domain heavy chain (VH, CH1, CH2,
CH3, CH4)
6. Karbohidrat berupa oligosakarida yang umumnya terikat pada C H2
Opsonisasi, yaitu interaksi dengan reseptor khusus pada berbagai macam sel,
termasuk makrofag, netrofil, basofil, dan mast cells, membuat sel-sel tersebut
mengenal dan berespon terhadap antigen
oleh
komplemen.
Struktur immunoglobulin
Ada 5 kelas antibodi atau immunoglobulin yaitu:
1. IgG (immunoglobulin G) dengan proporsi 76%
IgG memiliki rantai berat gamma, yang bedakan menjadi 4 subkelas yaitu IgG1,
IgG2, IgG3 dan IgG4. IgG memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada serum
b. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada daerah ekstravaskuler
c. Transfer plasental. IgG adalah satu-satunya Ig yang dapat menembus barier
plasenta menuju janin dan memberikan imunitas pada masa-masa awal
kehidupan bayi.
d. Mengikat komplemen.
e. Berikatan dengan sel. Makrofag, monosit, netrofil dan beberapa limfosit memiliki
Fc reseptor yang berikatan dengan regio Fc pada IgG. Sel-sel yang terikat IgG
akan lebih mengenal antigen. Ig menyiapkan antigen agar lebih mudah ditelan
oleh fagosit. Opsonin merupakan substansi yang memicu fagositosis.
2. IgM (immunoglobulin G) dengan proporsi 8%
IgM memiliki rantai berat Mu, dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak ketiga dalam serum
b. IgM adalah imunoglobulin yang dibuat pertama kali oleh fetus. Imunoglobulin
pertama dibuat oleh sel B virgin saat distimulasi oleh antigen.
c. Pengikat komplemen terbaik karena berstruktur pentamer. Oleh karena itu IgM
sangat efisien untuk melisiskan mikroorganisme
d. Memiliki fungsi aglutinasi terbaik karena berstruktur pentamer. Oleh karena itu
IgM sangat membantu untuk menggumpalkan mikroorganisme untuk dikeluarkan
e. Berikatan dengan beberapa sel
f. Merupakan imunoglobulin pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen.
3. IgA (immunoglobulin G) dengan proporsi 15%
IgA memiliki rantai berat alfa, yang bedakan menjadi 2 subkelas yaitu IgA1 dan IgA2.
IgA memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan imunoglobulin terbanyak kedua dalam serum
b. Merupakan imunoglobulin terbanyak pada sekresi (air mata, saliva, kolostrum,
mukus). IgA penting untuk imunitas lokal.
c. Tidak mengikat komplemen
d. Berikatan dengan beberapa sel (netrofil dan limfosit)
4. IgD (immunoglobulin G) dengan proporsi 1%
IgD memiliki rantai berat delta. Imunoglobulin D memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Ditemukan dengan jumlah sedikit dalam serum
b. Secara primer IgD ditemukan pada permukaan sel B sebagai reseptor antigen.
c. Tidak mengikat komplemen
5. IgE (immunoglobulin G) dengan proporsi 0,002%
IgE memiliki rantai berat epsilon. Imunoglobulin E memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Paling sedikit terdapat dalam serum. Antibodi ini terikat sangat kuat dengan Fc
reseptor basofil dan mast cell sebelum berinteraksi dengan antigen.
b. Terlibat dalam reaksi alergi. Akibat terikat kuat dengan basofil dan mast cell, IgE
terlibat dalam reaksi alergi. Pengikatan alergen ke IgE pada sel menimbulkan
pelepasan berbagai mediator yang mengakibatkan gejala alergi.
c. Berperan dalam melawan parasit cacing. Eosinofil berikatan dengan IgE
kemudian menyelubungi cacing lalu membunuhnya.
d. Tidak mengikat komplemen
IgM
IgA
Menurunpada kasus
a) Agammaglobulinemia
b) Lymphoid aplasia
c) Selective IgG, IgA deficiency
d) IgA myeloma
e) Bence Jones proteinemia
f) Chronic lymphoblastic leukemia
a) Agammaglobulinemia
b) Lymphoproliferative disorders (certain
cases)
c) Lymphoid aplasia
d) IgG and IgA myeloma
e) Dysgammaglobulinemia
f) Chronic lymphoblastic leukemia
IgD
a) Chronic infection
b) IgD myelomas
IgE
a) Atopic skin diseases such as eczema
b) Hay fever
c) Asthma
d) Anaphylactic shock
e) IgE-myeloma
a) Congenital agammaglobulinemia
b) Hypogammaglobulinemia due to faulty
metabolism or synthesis of immunoglobulins
IMUNISASI
Imunisasi adalah memberikan perlindungan spesifik terhadap patogen-patogen tertentu.
Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif atau pasif dan dapat terjadi secara
alamiah atau buatan.
Imunitas pasif
Imunitas pasif bisa diperoleh dari transfer serum atau gamma globulin dari donor ke
akseptor. Imunitas pasif bisa diperoleh secara alamiah maupun buatan.
Imunitas pasif didapat alamiah, terjadi pada saat IgG ditransfer dari ibu ke fetus
melalui plasenta atau transfer IgA melalui kolostrum.
Imunitas pasif didapat buatan, terjadi ketika gamma globulin dari seseorang atau dari
binatang diinjeksikan ke akseptor. Proses ini diterapkan pada keadaan infeksi akut
(difteri, tetanus, measles, rabies dll), keadaan keracunan (serangga, reptil, botulisme)
dan sebagai profilaksis (hipogammaglobulinemia)
Imunitas aktif
Imunitas aktif dihasilkan oleh tubuh setelah terpapar oleh antigen. Imunitas aktif dapat
diperoleh secara alamiah maupun buatan
Imunitas aktif didapat alamiah, terjadi ketika paparan patogen menyebabkan infeksi sub
klinik atau klinik yang mengakibatkan respon imun terhadap patogen lainnya.
Imunitas aktif didapat buatan, merupakan imunisasi yang diperoleh dengan pemberian
patogen hidup atau mati atau komponen-komponennya. Vaksin yang diberikan untuk
imunisasi aktif mengandung organisme hidup, organisme mati utuh, komponen
mikrobial atau toksin yang disekresikan (telah didetoksifikasi).
Vaksin hidup generasi awal adalah virus cowpox yang dibuat oleh Edward Jenner untuk
imunisasi smallpox. Vaksin hidup telah digunakan untuk melawan beberapa virus antara
lain virus polio (vaksin Sabin), measles, mumps, rubella, chicken pox, hepatitis A, yellow
fever dll. Hanya ada satu vaksin bakteri hidup yaitu untuk tuberculosis (Mycobacterium
bovis: BCG).
Vaksin virus mati (oleh panas, kimiawi dan ultraviolet) ada beberapa macam misalnya
polio (vaksin Salk), influenza, rabies dll. Beberapa vaksin bakterial merupakan
organisme mati misalnya tifoid, kolera, pertusis dll. Beberapa vaksin bakterial dibuat
dari komponen dinding sel misalnya hemofilus, pertusis, meningokokus, pneumokokus
dll. Beberapa vaksin viral mengandung protein antigenik misalnya hepatitis B, rabies dll.
Modifikasi dari toksin yang terlibat dalam mekanisme patogenik agen tertentu juga
dapat dibuat menjadi vaksin (dinamakan toksoid) misalnya difteri, tetanus, kolera.
Jadual imunisasi aktif untuk anak
Bulan
Umur
Vaksin
HeB
HeB
DTaP
DTaP
DTaP
Hemohilus
influenzae-b (CV)
Hib
Hib
Hib
IPV
IPV
++
Measles, Mumps,
Rubella
Hepatitis A
4-6
HeB
Diphtheria, Tetanus,
Pertussis &
Varicella
12 15 18 24
1112
1416
Hepatitis-B
Poliovirus
Tahun
&&
HeB
DTaP
DTaP
Td
Hib
IVP
IPV
MMR
MMR
MMR
Var
HepA
Kejadian
Frekuensi
Lokal
1 in 2-3 doses
Sistemik ringan/sedang
1 in 2-3 doses
Muntah, anoreksia
1 in 5-15 doses
Sistemik lebih serius
1 in 100-300 doses
Kolaps, kejang
1 in 1750 doses
Ensefalopati akut
1 in 100,000 doses
1 in 300,000 doses
Histamine
Tryptase
Proteolysis
Kininogenase
ECF-A
(tetrapeptides)
Mediator baru
leukotriene B4
basophil attractant
leukotriene C4, D4
prostaglandins D2
PAF
Hipersensitifitas tipe IV terlibat dalam patogenesis beberapa penyakit autoimun dan infeksi
(TBC, lepra, blastomikosis, histoplasmosis, toksoplasmosis, leishmaniasis dll.), granuloma dan
antigen asing. Bentuk lain dari alergi tipe ini adalah dermatitis kontak (bahan kimia, logam berat
dll.) dengan lesi papuler. Alergi jenis ini dikelompokkan menjadi 3 tergantung onset dan tanda
klinis dan histologis, sebagaimana tertera pada tabel berikut
Histologi
Antigen dan
lokasi
Kontak
48-72
jam
Eksema
Limfosit
diikuti
makrofag,
edema
epidermis
epidermal
( kimia organik,
racun ivy,
logam berat dll.)
Tuberculin
48-72
jam
Indurasi
lokal
Limfosit,
monosit,
makrofag
intradermal
(tuberculin,
lepromin, dll.)
Makrofag,
epiteloid, sel
raksasa,
fibrosis
antigen atau
benda asing
secara
persisten
(tuberculosis,
lepra)
Tipe
Granuloma
Waktu
Reaksi
21-28
hari
Pengerasan
Karakteristik
tipe-I
(anafilaktikc)
tipe-II
(sitotoksik)
tipe-III
(kompleks
imun)
tipe-IV
(tipe
lambat)
antibodi
IgE
IgG, IgM
IgG, IgM
None
antigen
Eksogen
Permukaan sel
larut
Jaringan &
organ
Waktu respon
15-30 menit
Menit-jam
3-8 jam
48-72 jam
Tanda
lisis and
nekrosis
eritema dan
edema,
nekrosis
eritema and
indurasi
Histologi
basophils and
eosinophil
antibody and
complement
complement
and
neutrophils
monocytes
and
lymphocytes
Ditransfer
dengan
antibody
antibody
antibody
T-cells
Contoh
allergic
asthma, hay
fever
Erythroblastosis
fetalis,
Goodpasture's
nephritis
SLE,
farmer's
lung
disease
tuberculin
test, poison
ivy,
granuloma