Anda di halaman 1dari 9

Pemeriksaan yang pertama kali dilakukan untuk menilai adanya masalah pada

kesuburan pria adalah dengan melakukan analisis sperma.


Pemeriksaan sperma dilakukan melalui bahan sperma yang dikeluarkan melalui
jalan masturbasi ataupun melalui sanggama terputus. Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan segera (paling lambat 1 jam setelah sperma dikeluarkan).
Syarat pemeriksaan sperma analisis:
Keadaan pria hari pemeriksaan hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan lelah,
lapar dan cukup beristirahat sebelumnya.
Sperma dikeluarkan setelah didahului oleh abstinensia seksual (tidak ejakulasi
dengan cara apapun) selama 3 4 hari (rekomendasi WHO abstinensia 2 sampai 7
hari).
Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi di Laboratorium, dan harus di tampung
secara utuh.
Pada kondisi dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di laboratorium, maka
boleh yang bersangkutan dapat mengeluarkan di tempat lain, misalnya di
rumah/hotel dekat dengan laboratorium dengan memperhatikan hal-hal berikut
Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun, minyak dan
lain-lainnya.
Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan dibilas
berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai. Botol
sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml. Sebaiknya wadah dalam
keadaan steril dan sudah dipersiapkan oleh laboratorium pemeriksa.
Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom.
Gelas penampung ditutup cukup dengan penutup atau dengan kertas
Sperma yang sudah tertampung segera diserahkan kepada petugas laboratorium
dalam waktu setengah sampai satu jam.
Dalam perjalanan menuju laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35 C,
misalnya dalam kantong pakaian yang dikenakan.
o

Pemeriksaan dengan melakukan senggama terputus boleh dilakukan asalkan


dengan memperhatikan persyaratan/persiapan yang tersebut di atas.
Beberapa cara memperoleh sperma
a. Masturbasi / Onani
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma,
biasanya dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan

suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika
menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang
lain.
b. Coitus Interuptus ( CI )
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan
sebab :
a.Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak
mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
b. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk
ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.
c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan.
Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan
yang dapat mematikan sperma
d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina,
sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul
kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.
e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum,
disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya
yang keluar adalah cairan prostat.
Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun
faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu
yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani.
Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih mudah
dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada orang yang
di sunat, juga pengaruh religius.
Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus
Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.
Analisa sperma Secara Makroskopis
Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum
diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera
mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 20 menit. Peristiwa ini dikatakan
sperma mengalami pencairan (Liquefaction).
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi oleh
kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara
lain meliputi :

a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar
untuk sekali ejakulasi
Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain
volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari
8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Hypospermia disebabkan oleh :
Ejakulasi yang berturut-turut
Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
Penampung sperma tidak sempurna
Hyperspermia disebabkan oleh :
a. Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
b.Minum obat hormon laki laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika
seminalis.
b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH
cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat
digunakan pH meter. Cara kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol
penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa
yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma
mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu
lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak
( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu,
dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat,
Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk
mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk
membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan
lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat.

Cara pemeriksaannya :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor / kaporit.
d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal
biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma
berwarna kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar
belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup.
e. Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat coagulumnya.
Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan
(semininnya jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :
Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu
atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.

Cara Pipet Elliason


Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering.
Mengukur vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan
sperma dipipet sampai angka 0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah
itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath dijalankan, jika terjadi tetesan pertama
stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik. Vikositas sperma normal <
2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya. Hal ini
mungkin disebabkan karena :

Spermatozoa terlalu banyak


Cairannya sedikit
Gangguan liquedaction
Perubahan komposisi plasma sperma
Pengaruh obat-obatan tertentu.

g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam
sperma, hal ini dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
- 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur
sampai rata.
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat
atau merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada
sperma azoospermia
Analisa Sperma Secara Mikroskopik
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik,
untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm,
diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas
penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.
1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan
perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang
akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.
Cara Pemeriksaanya :
- Diaduk sperma hingga homogen
- Diambil 1 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan
cover glass(ukuran standar)
- Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang
I = 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa
III = 7 Spermatozoa
IV = 8 Spermatozoa
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 10 spermatozoa perlapang pandang.

Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan


konsentrasi spermatozoa adalah 5 10 juta/ml
Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang)
Misalnya Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200
spermatozoa. Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti
perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 200 juta/ml
Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah
dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan reagensia,
bila didapatkan nol spermatozoa disebut Azoospermia.
Azoospermia dapat disebabkan oleh karena :
- Testisnya kecil atau rusak
- Salurannya testis buntu (obstruksi)
- Vasectomy bila diperlukan untuk check up
Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan
ini sangat menggembirakan pasien
- Over dosis Androgen dan corticosteroid
2. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan
spermatozoa dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa
setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga
spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60 menit setelah
ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka :
- spermatozoa akan memburuk pergerakannya.
- pH dan bau mungkin akan berubah .
spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak
yang kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain
- Jangan sekali-kali menyebut spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa
tidak bergerak
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).
Perhitungan :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang bergerak
kurang baik, lalu yang bargerak baik misal :
- yang tidak bergerak = 25%
- yang bergerak kurang baik = 50%
- yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
Prosentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5
misalnya : 10%,15%, 20%)
Kalau sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab
sprermatozoa yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup.
Sebab menurunnya motilitas spermatozoa

Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.


Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

3. Perhitungan Jumlah Sperma


Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan
metode hemositometer atau electronic coulter counter. Metode hemositometer
lebih sering digunakan untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang
sangat rendah (misalnya 10 juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan
penentuan jumlah dengan segera. Metode hemositometer ini dipergunakan di
sebagian besar negara.
Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100
tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya.
Sebagai pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian
violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila
dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan 2 pengenceran untuk setiap
sperma. Meskipun sering digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat untuk
digunakan sebagai alat pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat
pengenceran dipergunakan pipet mikro modern (10, 50, 100 atau 200ul). Sperma
yang diencerkan harus diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke
hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang telah ditutup dengan gelas penutup.
hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar
semua sel mengendap kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau
mikroskop fase kontras dan pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih
yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung). Perbedaan antara jumlah
sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10 % pada sperma yang
mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai densitas
tinggi (> 60 juta/ml).
Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah
spermatozoa/ml sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah
spermatozoa dalam ejakulat.
Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar
hitung Neubauer) adalah sebagai berikut :
Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah leukosit, cukup satu bidang
saja (tidak perlu 4 bidang)
Kamar hitung Neubeur untuk menghitung spermatozoa
Perhitungan :
Luas = 1 mm2
Tinggi = 0,1 mm
Vol = 0,1 mm3
Jumlah sperma dalam 1 mm3 = 1/0,1 X pengenceran X N

= 10 X N X pengenceran
= 10 N X Pengenceran /mm3
Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000
N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W
4. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan
dengan cara :
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di
fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan
pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut
kesukaan sendiri.
Bentuk Normal :
Bentuk oval
Bentuk spermatozoa abnormal :
Bentuk Piri ( Seperti buah pir )
Brntuk terato ( tidak beraturan dan berukuran besar )
Bentuk lepto ( ceking )
Bentuk Mikro ( Kepala seperti jarum pentul )
Bentuk Strongyle ( seperti larva stongyloides )
Bentuk Lose Hezel ( Tanpa kepala )
Bentuk Immature ( spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic )
Cytoplasmic droplet
Arti klinik
1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik
2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan.
Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.
5. Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin,
misalnya 3 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya
dengan infeksi organ organ spermiogenesis.
. Analisa Sperma Secara Kimia
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa
adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis
Cara pemeriksaan Fruktosa :
Regensia :
1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N

2. Larutan Zn SO4 0,175M


3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.
4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoat 0,2 %
Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.
Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.
Prosedur Kerja
1. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu
mengencerkan 0.1 ml mani dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan
Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4. kemudian dicentrifuqe.
2. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko)
Tabung T diisi 2 ml cairan pada langkah 1
Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa
Tabung B diisi 2 ml aquadest
3. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl
4. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit
5. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer
6. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl
Kadar Fruktosa sperma normal : 120 450 mg/dl

R.Gandasoebrata.2008.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta : Dian Rakyat


http://infoanalis.blogspot.com/2009/01/analisa-sperma.html

Anda mungkin juga menyukai