suatu alat tertentu. Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika
menampung sperma, menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang
lain.
b. Coitus Interuptus ( CI )
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan
sebab :
a.Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak
mengandung epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
b. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk
ke vagina. Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.
c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan.
Karena sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan
yang dapat mematikan sperma
d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina,
sperma tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul
kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.
e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum,
disini jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya
yang keluar adalah cairan prostat.
Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun
faktor psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu
yang tidak bisa melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani.
Biasanya orang kota lebih gampang dari pada orang desa, orang muda lebih mudah
dari pada orang tua, orang yang tidak di sunat lebih gampang daripada orang yang
di sunat, juga pengaruh religius.
Cara memperoleh sperma sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus
Interuptus bila alasan religius cara pertama tidak memungkinkan.
Analisa sperma Secara Makroskopis
Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum
diantara lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera
mencair pada suhu kamar dalam waktu 15 20 menit. Peristiwa ini dikatakan
sperma mengalami pencairan (Liquefaction).
Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi oleh
kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara
lain meliputi :
a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar
untuk sekali ejakulasi
Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
Kemudian baca hasil.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain
volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari
8 ml disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.
Hypospermia disebabkan oleh :
Ejakulasi yang berturut-turut
Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
Penampung sperma tidak sempurna
Hyperspermia disebabkan oleh :
a. Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
b.Minum obat hormon laki laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika
seminalis.
b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH
cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat
digunakan pH meter. Cara kerjanya :
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol
penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa
yaitu 7,2 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma
mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu
lama disimpan dan tidak segera diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak
( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu,
dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat,
Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk
mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk
membaui sperma. Sekali seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan
lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut
disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang dikeluarkan oleh
kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor / kaporit.
d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal
biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan.
Adanya lekosit yang disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan
warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma
berwarna kemerahan.
Cara kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar
belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup.
e. Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat coagulumnya.
Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan
(semininnya jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin :
Tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu
atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam
sperma, hal ini dapat disebabkan karena
- Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens
- Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat
- Kelainan pada kelenjar vesika seminalis
Cara pemeriksaan fruktosa :
- 0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur
sampai rata.
- Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
- Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat
atau merah jingga.
- Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada
sperma azoospermia
Analisa Sperma Secara Mikroskopik
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik,
untuk pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm,
diletakan diatas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas
penutup, Setelah itu siap di periksa dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.
1. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan
perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang
akan digunakan dan untuk mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.
Cara Pemeriksaanya :
- Diaduk sperma hingga homogen
- Diambil 1 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan
cover glass(ukuran standar)
- Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang
I = 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa
III = 7 Spermatozoa
IV = 8 Spermatozoa
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 10 spermatozoa perlapang pandang.
= 10 X N X pengenceran
= 10 N X Pengenceran /mm3
Jumlah spermatozoa / cc = 10 N X Pengenceran x 1000
N = Jumlah sperma yang dihitung dalam kotak W
4. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan
dengan cara :
Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di
fixasi dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan
pewarnaan dengan larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut
kesukaan sendiri.
Bentuk Normal :
Bentuk oval
Bentuk spermatozoa abnormal :
Bentuk Piri ( Seperti buah pir )
Brntuk terato ( tidak beraturan dan berukuran besar )
Bentuk lepto ( ceking )
Bentuk Mikro ( Kepala seperti jarum pentul )
Bentuk Strongyle ( seperti larva stongyloides )
Bentuk Lose Hezel ( Tanpa kepala )
Bentuk Immature ( spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic )
Cytoplasmic droplet
Arti klinik
1. Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik
2. banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
3. banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan.
Misalnya : radang varicocle atau abstinensia seksualitasnya kurang lama.
5. Lekosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin,
misalnya 3 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya
dengan infeksi organ organ spermiogenesis.
. Analisa Sperma Secara Kimia
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa
adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis
Cara pemeriksaan Fruktosa :
Regensia :
1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N