Anda di halaman 1dari 29

PENGANTAR

TEKNIK PENGUKURAN

M. AMIR FAUZI, A.Md

PT. INDONESIA POWER


UNIT BISNIS JASA PEMELIHARAAN
2011

DAFTAR ISI

1. Prinsip teknik pengukuran ..

1.1. Sensor

1.2. Transimitter/Tranducer

1.3. Controller ...

1.4. Display/actuator

2. Sensor ..

2.1. Sensor panas

2.2. Sensor mekanis

2.3. Sensor Optik .

3. Pengkondisian signal ..

11

3.1. Pengkondisian signal pasif .

12

3.2. Pengkondisian signal aktif .

14

3.3. Pengkondisian signal digital

18

4. Alat Ukur Listrik .............................................................................. 20


4.1. Sistem Satuan ............................................................................. 21
4.2. Ukuran Standar Kelistrika ........................................................... 22
4.3. Sistem Pengukuran ..................................................................... 23
4.4. Alat Ukur Listrik Analog ............................................................... 24
4.5. Alat Ukur Listrik Digital ................................................................ 26

= = = = = 000 = = = = =

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

1. PRINSIP TEKNIK PENGUKURAN


Sistem

pengukuran

atau

instrumentasi

berkembang

cepat

seiring

dengan

berkembangnya tekhnologi material dan elektronik. Penggunannya tidak saja pada


bidang teknik, bidang kedokteran ataupun bidang lainnya turut memmanfaatkannya.
Pemanfaatan teknik pengukuran dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai monitoring
dan sebagai pengontrol. Kriteria umum komponen dari sistem pengukuran dibedakan
menjadi 4 kelompok, yaitu : elemen sensor, transmitter, controller dan output
(display/actuator). Hubungan ketiga elemen tadi dapat dilihat pada gbr 1 berikut :

DISPLAY

SENSOR

TRANSMITTER

CONTROLLER

ACTUATOR

Gbr. 1 Skema sistem pengukuran

1.1. SENSOR
Sensor merupakan elemen yang bersinggungan langsung dengan media yang diukur
besarannya. Efek atau respon dari sensor bermacam-macam, tergantung dari jenis
sensor yang dipakai. Efek yang diterima atau ditangkap oleh sensor dapat berupa
besaran mekanis, electric maupun optik. Sedangkan outputnya bisa berupa besaran
mekanis atau listrik. Signal yang dikeluarkan oleh sensor ordenya masih sangat
rendah, sehingga perlu dikuatkan atau diubah sehingga dapat dibaca atau digunakan
untuk keperluan lain.
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
1

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

1.2. TRANSMITTER / TRANDUCER


Transmitter/Tranducer dalam teknik pengukuran berfungsi untuk merubah atau
menguatkan sinyal yang dihasilkan oleh sensor. Tujuan/fungsi transmitter secara
prinsip dibedakan menjadi 3,yaitu :


Sebagai transmitter berfungsi menyalurkan/mentransmisikan sinyal


kepada rangkaian berikutnya

Sebagai Op Amp berfungsi untuk menguatkan sinyal

Sebagai Converter, berfungsi merubah satu besaran ke besaran lain.

1.3. CONTROLLER
Controller berfungsi untuk mengolah sinyal dari transmitter menjadi bentuk output
yang diinginkan. Sinyal output ini dapat berupa besaran analog maupun signal
digital, tergantung aplikasi selanjutnya. Dalam controller semua sinyal dari transmitter
tadi diubah menjadi sinyal digital dan diproses sesuai program yang diinginkan.
Secara prinsip untuk proses pengukuran yang digunakan pada sistem
pengaturan, program dalam controller umumnya berupa fungsi aritmatika yang
bertujuan untuk menghitung sinyal input sebagai sensing terhadap suatu constanta
atau besaran lain (feedback). Program aritmatik tersebut bisa\berupa fungsi Adder,
Subtractor, Multliply, Devider atau PID, dll. Sehingga akan diperoleh suatu besaran
pada sinyal output sesuai yang diinginkan (process value). Secara sederhana proses
pengukuran pada sistem pengaturan dapat dilihat pada gambar berikut :
Output
Input

CONTROLLER

ACTUATOR

Feedback
Gbr.2. Proses pengukuran untuk sistem pengaturan
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
2

Plant

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

1.4. DISPLAY/ACTUATOR
Display/Actuator merupakan bagian akhir sistem pengukuran. Display merupakan
bagian sistem pengukuran yang digunakan untuk fungsi monitoring, sedangkan pada
actuator digunakan sebagai bagian dari sistem pengaturan dimana sensor sebagai
input dan aktuator sebagai outputnya.
Umumnya display bisa berupa Seven Segmen Led atau meter analog. Namun
perkembangan software pada komputer memungkinkan menampilkan semua
besaran tersebut

pada layar monitor sekaligus memberikan komando pada

controller, sehingga kita kenal dengan istilah HMI (Human Machine Interface)

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


3

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

2. SENSOR
Sensor adalah bagian yang berhubungan langsung dengan media yang akan diukur
besarannya. Besaran yang dideteksi oleh sensor pada umumnya berupa besaran
phisik. Dari jenis besaran itulah suatu sensor dapat dibedakan. Implementasi dalam
pengukuran memungkinkan besaran/parameter yang dideteksi belum tentu besaran
yang akan diukur. Dua klasifikasi yang mendasar dari sensor adalah sensor yang
langsung mendeteksi dan tidak langsung mendeteksi. Klasifikasi sensor menurut
media yang diidentifikasi dibedakan menjadi 3, yaitu :


Sensor panas (thermal)

Sensor mekanis

Sensor optik

2.1. Sensor Panas (Thermal)


Sensor panas (thermal) adalah sensor yang mendeteksi besaran panas dari suatu
media atau material. Sensor panas pada prinsipnya menyentuh langsung dari media
yang akan diukur. Umumnya prinsip kerja sensor panas berdasarkan teori pemuaian.
Berdasarkan teori tersebut, maka sensor panas ini dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu : cair, padat dan gas. Pada ketiga jenis zat tersebut perubahan
volumenya diidentifikasi dengan perubahan panjang karena perubahan volume pada
luas yang konstan. Kelompok sensor ini dalam teknik pengukuran dipresentasikan
sebagai thermometer cair, padat dan gas.

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


4

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

2.1.1. Thermometer Cair


Thermometer cair yang umum digunakan menggunakan air raksa (Hg), red oil atau
alkohol. Prinsip kerjanya merupakan pemuaian volume, dengan formulasi :

Vt = Vo (1 + . T )
Dimana :
Vt

: Volume setelah pemuaian.

Vo

: Volume awal

: Koefesien muai volumetris

: Perubahan temperatur.

Perubahan volume yang terjadi dialokasikan pada penampang tetap sehingga


perubahan yang dapat diamati adalah perubahan panjang.

2.1.2. Thermometer Padat


Prinsip kerja thermometer padat lebih banyak dikarenakan adanya perubahan
panjang akibat pemuaian. Formulasinya sebagai berikut :

Lt = Lo (1 + . T )
Dimana :
Lt

: Panjang setelah pemuaian

Lo

: Panjang awal

: Koefesien muai panjang

: Perubahan temperatur

Thermometer padat banyak digunakan pada pengukuran tempertur tinggi, namun


memiliki ketelitian yang rendah.
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
5

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

2.1.3. Thermometer Gas


Thermometer gas prinsip kerjanya menggunakan hukum Gay-Lussac dari formulasi :
P 1 .V 1
P 2 .V 2
=
T1
T2

Pada tekanan konstan apabila terjadi perubahan temperatur maka akan terjadi
perubahan volume. Perubahan volume dengan luasan konstan sehingga variable
yang dapat diamati berupa perubahan panjang.
Sensor thermal dimana outputnya merupakan signal electric dibedakan menjadi 4
macam, yaitu :


Thermocouple

RTD

Thermistor

IC

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


6

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

2.1.4. Thermocouple
Prinsip thermocouple adalah menyambung dua logam yang berbeda dalam dua
junction. Berdasarkan efek Seebeck & Peltier apabila junction tersebut dipanaskan
akan menimbulkan beda tegangan. Jenis thermocouple dan range temperaturenya
dapat dilihat pada tabel berikut :

JENIS THERMOCOUPLE

RANGE TEMPERATURE
0 s/d 590 C

B (Platinum 30% vs Platinum 6% Rhodium

600 s/d 1190 C


1200 s/d 1810 C
-260 s/d 340 C

E ( Chromega vs Contantan)
J (Iron vs Contantan)

350 s/d 990 C


-200 s/d 490 C
500 s/d 1190 C
-260 s/d 290 C

K (Chromega vs Alomega)

300 s/d 840 C


850 s/d 1370C

N (Nicrosil vs Nisil)

-260 s/d 490 C


500 s/d 1290 C
-40 s/d 540 C

R (Platinum 13% Rhodium vs Platinum)

550 s/d 1140 C


1150 s/d 1760 C
-40 s/d 540 C

S (Platinum 10% Rhodium vs Platinum)

550 s/d 1140 C


1150 s/d 1760 C

T (Cooper vs Contantan)
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
7

-260 s/d 390 C

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

2.1.5. RTD (Resistance Temperature Detector)


RTD pada dasarnya adalah suatu tahanan (resistor) yang apabila dipanaskan maka
harga tahanannya akan meningkat. Parameter sebagai pertimbangan dalam teknik
pengukuran adalah sensitivitas (o). Sehingga muncul beberapa jenis RTD, yaitu PT
50, PT 100, dll.

2.1.6. Thermistor
Prinsip kerja Thermistor mirip dengan RTD. Karakteristik yang membedakan adalah
pada thermistor jika dipanaskan maka harga tahanannya menurun. Thermistor
termasuk jenis semiconductor, dimana perubahan temperatur akan mempengaruhi
tahanan jenis material.

2.1.7. IC LM335
Sensor jenis ini termasuk dalam IC dimana jika dipanaskan pada outputnya akan
mengeluarkan tegangan/arus tergantung dari bentuk rangkaiannya. IC LM335
mempunyai range temperature pengukuran rendah antara 10 s/d 120 C

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


8

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

2.2. Sensor Mekanis


Sensor mekanis pada prinsipnya mengukur atau mendeteksi perubahan posisi.
Berdasarkan perubahan posisi tersebut dapat dikembangkan untuk mengukur
kecepatan, percepatan, gaya, tekanan maupun flowrate. Sensor mekanis dibagi
dalam dua jenis, yaitu langsung dan tidak langsung. Sensor mekanis langsung
dipakai secara konvensional seperti manometer Bourden, Pitot Tube, dll. Kriteria
sensor mekanis berdasarkan fungsi antara lain untuk mengukur posisi, kecepatan,
dan sebagainya.
2.2.1. Sensor Posisi
Prinsip kerja sensor posisi adalah mengukur perubahan posisi atau panjang. Jenis
sensor ini antara lain :


Potensiometer

Capasitor

LVDT (Linier Variable Differential Transforner)

2.2.2. Sensor Flowrate & Kecepatan


Prinsip kerja sensor ini ada dua macam, pertama mendeteksi beda tekanan
sedangkan yang lainnya mendeteksi frekuensi/putaran. Jenis sensor ini antara lain:


Turbin flow meter

PMG

Pulse detector, dll

2.3. Sensor Optik


Sensor optik bekerja berdasarkan prinsip optis gelombang elektromagnetik. Aplikasi
dalam teknik pengukuran dibedakan menjadi 3 macam, yaitu energi, interferensi dan
radiasi panas.

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


9

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


a) Efek energi dengan memanfaatkan energi photon. Penggunaan pada photo diode
digunakan untuk mengukur batas posisi tertentu.

b) Efek interferensi lebih banyak menggunakan frekuensi. Parameter yang disensor


adalah kecepatan berdasarkan frekuensi yang terjadi, sehingga kecepatan dapat
diukur dengan formula

Dimana,
V

: Kecepatan

: Panjang gelombang

: Frekuensi.

c). Efek Radiasi panas pada umumnya digunakan untuk mengukur temperatur.
Berdasarkan energi yang diradiasikan dapat diketahui temperatur sumber panasnya.

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


10

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

3. PENGKONDISI SIGNAL
Pengkondisi signal dalam teknik pengukuran bertujuan untuk mengkondisikan sinyal
dari sensor sehingga dapat dipergunakan oleh peralatan lain baik untuk monitoring
maupun untuk pengaturan. Mekanisme pengkondisian signal sebenarnya dilakukan
secara bertingkat mulai dari sensor sampai pada bagian controller. Telah dijelaskan
diatas bahwa Transmitter/Tranducer merupakan alat yang berfungsi untuk merubah
sinyal dari sensor (phisik) ke bentuk sinyal lain (elektrik). Berdasarkan kriteria
tersebut maka tranducer/transmitter didalamnya terdapat pengkondisi signal yang
dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu sistem analog dan digital.

3.1. PENGKONDISI SIGNAL ANALOG


Sinyal keluaran dari sensor pada umumnya masih merupakan besaran analog yang
memiliki orde sangat kecil sehingga untuk dihubungkan pada perangkat lain masih
perlu dikondisikan terlebih dahulu. Pengkondisian signal disini mengandung maksud
mengkondisikan signal input (dari sensor) menjadi suatu bentuk signal yang
diinginkan pada outputnya. Ada 3 macam metoda pengkondisian signal :


Dikuatkan ( melalui rangkaian Op Amp)

Difilter ( melalui rangkaian filter )

Diubah ( melalui rangkaian converter )

Dalam prakteknya metoda diatas bisa digunakan salah satu atau gabungan dari
ketiga-nya, tergantung jenis output sinyal yang diinginkan. Output sinyal

analog ini

umumnya berupa besaran arus (4 20 mA, 0 20 mA) atau besaran tegangan (0-5
V, 0 10 V). Pengkondisian signal analog dibagi kedalam dua cara, yaitu
pengkondisian signal pasif dan aktif.

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


11

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

3.1. Pengkondisian Signal Pasif


Pengkondisian signal pasif dalam proses bekerjanya tidak membutuhkan power
supply dari luar dan umumnya hanya menggunakan komponen-komponen pasif.
Penggunaan cara ini mempunyai kekurangan, yaitu karena signal yang dikondisikan
menjadi satu dengan power supply-nya. Adapun macam pengkondisi signal pasif
antara lain :

A. Penguat Frekuensi Tinggi dan Frekuensi Rendah

Penguat frekuensi umumnya disebut filter, baik frekuensi rendah maupun


frekuensi tinggi. Frekuensi kritisnya sebesar RC dengan harga penguatan
minimal 0.707. Bentuk rangkaiannya dapat dilihat pada gbr 3.1 dan 3.2

R 10 Ohm

C 1 mF

C 1mF

R 10 Ohm

Gbr.3.1. Filter Frekuensi Rendah

Gbr.3.2. Filter Frekuensi tinggi

Filter frekuensi diformulasikan sebagai penguatan fungsi ratio ratio ferkuensi


( x = f/fr ) sebagai berikut:
Frekuensi rendah :

VLr

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


12

1
(1 + x )

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

Frekuensi tinggi

VHr =

x
(1 + x )

Dimana :
VLr = rasio tegangan filter frekuensi rendah
VHr = rasio tegangan filter ferkuensi tinggi
X

= rasio frekuensi

B. Voltage Devider
Voltage Devider atau pembagi tegangan mempunyai karakteristik hampir
sama dengan penguat frekuensi dimana nilai penguatannya ( gain )
maksimum sama dengan inputnya. Bentuk phisiknya berupa dua buah resistor
(potensiometer). Input devider berupa tegangan baik DC maupun AC. Dari
gambar 3.3 dapat dilihat bahwa harga outputnya sangat tergantung pada nilai
resistornya.

Vr
V in
R

Vout

Gbr.3.3. Voltage Devider

Formulasinya sebagai berikut :

Vout = R2/R1+R2 x Vin

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


13

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

3.2.

Pengkondisian Signal Aktif

Pengkondisian signal aktif

adalah suatu pengkondisi sinyal dimana pada

rangkaiannya memerlukan power supply luar dan umumnya menggunakan


komponen semikonduktor (Transistor/IC). Dalam aplikasinya pengkondisian aktif
dapat berupa rangkaian Op Amp maupun converter. Nilai penguatannya tergantung
pada nilai tegangan operasi (Voltage Swing) serta jenis komponen yang digunakan.
Simbolnya dapat dilihat pada gbr. 3.4
+vcc
Non Inverting Input

+
Vout
Inverting input

- Vcc

Gbr. 3.4. Symbol Op-Amp

Sifat dasar Op Amp ideal adalah :




Mempunyai penguatan yang cukup besar ( 10.000 s/d 100.000 kali )

Mempunyai Impedansi Input (Zin) yang sangat besar (mendekati )

Mempunyai Impedansi keluaran (Zout) yang kecil

Op Amp pada kondisi kerjanya membutuhkan komponen tahanan atau resistor


sebagai kompensator. Pada kondisi tanpa feedback (Rf tidak ada) maka antara Vin
dan Vout akan terjadi perbedaan polaritas, tetapi besarnya Vout tidak dapat
dikendalikan besarnya. Penambahan resistor Rf sebagai feedback mengakibatkan
penjumlahan arus yang seimbang dengan besarnya tahanan feedback.

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


14

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


Adapun jenis Op Amp menurut aplikasinya dapat dibagi menjadi beberapa fungsi,
antara lain :
a. Inverting Amplifier
b. Non Inverting Amplifier
c. Penjumlah (summing amplifier)
d. Intregator
e. Differentiator

A. Inverting Amplifier

Inverting Amplifier

berfungsi untuk merubah polaritas signal input. Gambar

rangkaian Inverting Amplifier dapat dilihat pada gambar 3.5. berikut :


Rf
I1

R1

If
Vout

I2

+
Vin

RL

Gbr.3.5. Inverting Amplifier

Dari gambar rangkaian diatas dapat diformulasikan bahwa :

Vout = - ( Rf/R1 x Vin )

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


15

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


B. Non Inverting Amplifier
Rf

I1

R1

If

Vout

I2
B

+
RL

Vin

Gbr. 3.6. Non Inverting Amplifier

Dari rangkaian diatas dapat diformulasikan sebagai berikut :

Vout = ( 1 + Rf/R1 ) Vin

C. Rangkaian Penjumlah (Summing Amplifier)


Rf
R1
V1
R2
V2
R3

Vout

V3

RL

Gbr. 3.7. Rangkaian Penjumlah (Summing Amplifier)

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


16

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


Formulasi totalnya adalah sebagai berikut :

Vout = -(Rf/R1. V1 + Rf/R2. V2 + Rf/R3. V3)

Jika R1 = R2 = R3, maka :

Vout = -(V1+V2+V3)

D. Rangkaian Integrator
C1

R1
Vout
Vin

RL

Gbr. 3.8. Rangkaian Integrator

Formulasinya adalah sebagai berikut :

I1 + I2 = 0
I2 = - I1

dVout
Vin
=
dt
R

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


17

Vout =

Vin
dt
RC

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

E. Rangkaian Differentiator
R1

C1
Vin

Vout

RL

Gbr. 3.9. Rangkaian Differentiator

Formulasinya adalah sebagai berikut :


I1 + I2 = 0
I2 = - I1

Vout
dVin
= C
R
dt
3.3.

Vout = RC

dVin
dt

Pengkondisian Signal Digital

Pengkondisian signal digital merupakan hal yang sangat penting dalam teknik
pengukuran, hal ini dikarenakan tekhnologi sekarang hampir semuanya memakai
sistem digital, baik itu untuk keperluan sistem monitoring maupun sistem pengaturan.
Pada prinsipnya ada dua metoda pengkondisian signal digital, yaitu Analog to Digital
Converter (ADC) dan Digital to Analog Converter (DAC). Pada aplikasinya tidak
semua sinyal analog harus dikondisikan menjadi sinyal digital atau sebaliknya,
karena umumya konversi sinyal tersebut sudah dapat dilakukan didalam controllernya, kecuali untuk keperluan-keperluan tertentu tanpa menggunakan controller,
pengkondisian ini perlu dilakukan.

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


18

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


3.1. Digital to Analog Converter (DAC)
DAC berfungsi untuk merubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Sinyal yang
dirubah oleh DAC outputnya berupa besaran tegangan. Parameter yang menjadi
acuan dalam penggunaan DAC adalah tegangan reverence (Vr), bit (binary word
DAC) dan ketelitian atau resolusi. Hasil konversi atau output dari DAC diformulasikan
sebagai berikut :
n

Vout = Vr
i =1

1
i
2

Dimana :
Vout

: Tegangan output

Vr

: Tegangan reference

: nilai bit DAC

Besarnya harga Vout maksimum adalah sebesar Vr. Adapun resolusi atau tingkat
keteletiannya diformulasikan sebagai berikut :

V = Vr 2n
3.4.

Analog to Digital Converter (ADC)

ADC berfungsi untuk merubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Formulasi yang
diperlukan identik dengan DAC dimana variabel inputnya adalah tegangan analog.
n

2
i =1

Vout
Vr

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


19

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

4. Alat Ukur Listrik


Untuk mengetahui besaran listrik DC maupun AC seperti tegangan, arus,
resistansi, daya, faktor kerja, dan frekuensi kita menggunakan alat ukur listrik.
Awalnya dipakai alat-alat ukur analog dengan penunjukan menggunakan jarum dan
membaca dari skala. Kini banyak dipakai alat ukur listrik digital yang praktis dan
hasilnya tinggal membaca pada layar display (Gambar 4.1). Bahkan dalam satu
alat ukur listrik dapat digunakan untuk mengukur beberapa besaran, misalnya
tegangan AC dan DC, arus listrik DC dan AC, resistansi kita menyebutnya
Multimeter. Untuk kebutuhan praktis tetap dipakai alat ukur tunggal, misalnya
untuk mengukur tegangan saja, atau daya listrik saja. Sampai saat ini alat ukur
analog masih tetap digunakan karena handal, ekonomis, dan praktis (Gambar
4.2). Namun alat ukur digital makin luas dipakai, karena harganya makin
terjangkau, praktis dalam pemakaian, dan penunjukannya makin akurat dan
presisi.

Gambar 4.1 Tampilan meter digital

Gambar 4.2 Meter listrik analog

Ada beberapa istilah dan definisi pengukuran listrik yang harus dipahami,
diantaranya alat ukur, akurasi, presisi, kepekaan, resolusi,dan kesalahan.
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
20

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


a.

Alat ukur, adalah perangkat untuk menentu kan nilai atau besaran dari

kuantitas atau variabel.


b.

Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari

variabel yang diukur.


c.

Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau

derajat untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.


d.

Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau

variabel yang diukur.


e.

Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi

oleh alat ukur.


f.

Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.

4.1 Sistem Satuan


Pada awal perkembangan teknik pengukuran mengenal dua sistem satuan, yaitu
sistem metrik (dipelopori Prancis sejak 1795). Amerika Serikat dan Inggris juga
menggunakan

sistem metrik

untuk

kepentingan

internasional,

tapi

untuk

kebutuhan lokal menggunakan sistem CGS (centimeter-gram-second). Sejak


tahun 1960 dikenalkan Sistem Internasional (SI Unit) sebagai kesepakatan
internasional. Enam besaran yang dinyatakan dalam sistem SI, yaitu:
Tabel 4.1. Besaran Sistem Internasional

Besaran

Satuan

Simbol

Panjang

meter

Massa

kilogram

kg

Waktu

detik

Arus listrik

amper

Temperatur thermodinamika

derajat kelvin

0K

Intensitas cahaya

candela

Cd

Secara praktis besaran listrik yang sering digunakan adalah volt, amper, ohm,
henry, dan sebagainya. Kini sistem SI sudah membuat daftar besaran, satuan dan
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
21

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


simbol di bidang kelistrikan dan kemagnetan berlaku internasional.
Tabel 4.2. Besaran dan Simbol Kelistrikan

Besaran dan simbol

Nama dan simbol

Persamaan

Arus listrik, I

amper

Gaya gerak listrik, E

volt, V

Tegangan, V

volt, V

Resistansi, R

ohm,

R = V/I

Muatan listrik, Q

coulomb

Q = It

Kapasitansi, C

farad

C = Q/V

Kuat medan listrik, E

V/m

E = V/l

Kerapatan fluk listrik, D

C/m

D = Q/I

Besaran dan simbol

Nama dan simbol

Persamaan

Permittivity,

F/m

= D/E

Kuat medan magnet, H

A/m

Hdl = nI

Fluk magnet,

weber

Wb

Kerapatan medan magnet, B

tesla

B = /I

Induktansi, L, M

henry

M = /I

Permeability,

H/m

= B/H

E =d /dt
2

4.2 Ukuran Standar Kelistrikan


Ukuran standar dalam pengukuran sangat penting, karena sebagai acuan dalam
peneraan alat ukur yang diakui oleh komunitas internasional. Ada enam besaran
yang berhubungan dengan kelistrikan yang dibuat sebagai standar, yaitu standar
amper, resistansi, tegangan, kapasitansi, induktansi, kemagnetan, dan temperatur.
1.

Standar amper
menurut ketentuan Standar Internasional (SI) adalah arus konstan yang
dialirkan padadua konduktor dalam ruang hampa udara dengan jarak 1
meter, di antara keduapenghantar menimbulkan gaya = 2 10-7 newton/m
panjang.

2.

Standar resistansi

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


22

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


menurut ketentuan SI adalah kawat alloy manganin resistansi 1 yang memiliki
tahanan listrik tinggi dan koefisien temperatur rendah, ditempatkan dalam
tabung terisolasi yangmenjaga dari perubahan temperatur atmosfer.
3.

Standar tegangan
ketentuan SI adalah tabung gelas Weston mirip huruh H memiliki dua elektrode,
tabung elektrode positip berisi elektrolit mercury dan tabung elektrode negatip
diisi elektrolit cadmium, ditempatkan dalam suhu ruangan. Tegangan
elektrode Weston pada suhu 20C sebesar 1.01858 V .

4.

Standar Kapasitansi
menurut ketentuan SI, diturunkan dari standart resistansi SI dan standar
tegangan SI,dengan menggunakan sistem jembatan Maxwell, dengan
diketahui

resistansi

danfrekuensi secara teliti akan diperoleh standar

kapasitansi (farad).
5.

Standar Induktansi
menurut ketentuan SI, diturunkan dari standar resistansi dan standar kapasitansi,
dengan metode geometris, standar induktor akan diperoleh.

6.

Standart temperatur menurut ketentuan SI, diukur dengan derajat kelvin


besaran derajat kelvin didasarkan pada tiga titik acuan air saat kondisi menjadi
es, menjadi air dan saat air mendidih. Air menjadi es sama dengan 0 celsius
= 273,160 kelvin, air mendidih100C .

7.

Standar luminasi cahaya menurut ketentuan SI,

4.3 Sistem Pengukuran


Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Sistem
analog berhubungan dengan informasi dan data analog. Sinyal analog berbentuk
fungsi kontinyu, misalnya penunjukan temperatur dalam ditunjukkan oleh skala,
penunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik (Gambar
4.3a). Sistem digital berhubungan dengan informasi dan data digital. Penunjukan
angka digital berupa angka diskret dan pulsa diskontinyu berhubungan dengan
waktu. Penunjukan display dari tegangan atau arus dari meter digital berupa
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
23

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


angka tanpa harus membaca dari skala meter. Sakelar pemindah frekuensi pada
pesawat HT juga merupakan angka digital dalam bentuk digital (Gambar 4.3b).

Gambar 4.3 Penunjukan meter analog dan meter digital


4.4 Alat Ukur Listrik Analog
Alat ukur listrik analog merupakan alat
ukur generasi awal dan sampai saat ini
masih digunakan. Bagiannya banyak
komponen listrik dan mekanik yang saling
berhubungan. Bagian listrik yang penting
adalah, magnet permanen, tahanan meter,
dan kumparan putar. Bagian mekanik
meliputi jarum penunjuk, skala dan
skrup pengatur jarum penunjuk (Gambar 4.4).
Gambar 4.4 Komponen alat ukur listrik analog

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


24

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

Mekanik pengatur jarum penunjuk


merupakan dudukan poros kumparan
putar yang diatur kekencangannya
(Gambar 4.5). Jika terlalu encang
jarum akan terhambat, jika terlalu
kendor

jarum

akan

mudah

g oncang. Pengaturan jarum


penunjuk

sekaligus

untuk

memposisikan jarum pada skala nol meter.


Gambar 4.5 Dudukan poros jarum penunjuk

Alat ukur analog memiliki komponen putar yang akan bereaksi begitu mendapat
sinyal listrik. Cara bereaksi jarum penunjuk ada yang menyimpang dulu baru
menunjukkan angka pengukuran. Atau jarum penunjuk bergerak ke angka
penunjukan perlahan-lahan tanpa ada penyimpangan. Untuk itu digunakan
peredam mekanik berupa pegas yang terpasang pada poros jarum atau bilah
sebagai penahan gerakan jarum berupa bilah dalam ruang udara (Gambar 4.6).
Pada meter dengan kelas industri baik dari jenis kumparan putar maupun jenis
besi putar seperti meter yang dipasang pada panel meter banyak dipakai
peredam jenis pegas.

Gambar 4.6 Pola penyimpangan jarum


meter analog
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
25

Gambar 4.7 Jenis skala


meter analog

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN

Bentuk skala memanjang saat kini jarang ditemukan. Bentuk skala melingkar dan
skala kuadran banyak dipakai untuk alat ukur voltmeter dan ampermeter pada
panel meter (Gambar 4.7).
Multimeter Analog
Multimeter salah satu meter analog yang banyak
dipakai untuk pekerjaan kelistrikan dan bidang
elektronika (Gambar 4.8).
Multimeter memiliki tiga fungsi pengukuran, yaitu
1.

Voltmeter untuk tegangan AC dengan batas ukur


0-500 V, pengukuran tegangan DC dengan batas
ukur 0-0,5 V dan 0-500 V.

2.

Ampermeter untuk arus listrik DC dengan batas


ukur 0-50 A dan 0-15 A, pengukuran arus listrik
AC 0-15 A

4.5 Alat Ukur Digital


Alat ukur digital saat sekarang banyak
dipakai dengan berbagai kelebihannya,
murah, mudah dioperaikan, dan praktis.
Multimeter digital mampu menampilkan
beberapa pengukuran untuk arus miliamper,
temperatur C, tegangan milivolt, resistansi
ohm, frekuensi Hz, daya listrik mW sampai
kapasitansi nF (Gambar 4.9).
Gambar 4.9 Tampilan penunjukan digital
Pada dasarnya data /informasi yang akan diukur bersifat analog. Blok
diagram alat ukur digital terdiri komponen sensor, penguat sinyal analog, analog to
digital converter, mikroprosesor, alat cetak, dan display digital (Gambar 4.10).
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan
26

PENGANTAR TEKNIK PENGUKURAN


Sensor mengubah besaran
listrik dan non elektrik menjadi
tegangan, karena tegangan masih
dalam orde mV perlu diperkuat oleh
penguat input.
Gambar 4.10 Prinsip kerja alat ukur digital
Sinyal input analog yang sudah diperkuat, dari sinyal analog diubah menjadi sinyal
digital dengan (ADC) analog to digital akan diolah oleh perangkat PC atau
mikroprosessor dengan program tertentu dan hasil pengolahan disimpan dalam
sistem memori digital. Informasi digital ditampilkan dalam display atau dihubungkan
dicetak dengan mesin cetak. Display digital akan menampilkan angka diskrit dari 0
sampai angka 9 ada tiga jenis, yaitu 7-segmen, 14-segmen dan dot matrik 5 x 7
(Gambar 4.11). Sinyal digital terdiri atas 0 dan 1, ketika sinyal 0 tidak bertegangan
atau OFF, ketika sinyal 1 bertegangan atau ON.

Gambar 4.11 Tiga jenis display digital

Gambar 4.12 Multimeter


digital AC dan DC

Sebuah multimeter digital, terdiri dari tiga jenis alat ukur sekaligus, yaitu
mengukur tegangan, arus, dan tahanan. Mampu untuk mengukur besaran listrik
DC maupun AC (Gambar 4.12). Sakelar pemilih mode digunakan untuk pemilihan
jenis

pengukuran,

mencakup

tegangan

AC/DC, pengukuran arus AC/DC,

pengukuran tahanan, pengukuran diode, dan pengukuran kapasitor.

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan


27

Anda mungkin juga menyukai