Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kegiatan penambangan selalu dilakukan di kerak bumi oleh karena itu

kegiatan penambangan tidak akan lepas kaitannya dengan batuan maupun tanah.
Batuan dan tanah tersebut merupakan faktor penting dalam perencanaan kegiatan
penambangan yang mencakup aspek perencanaan tata guna lahan maupun
rencana konstruksi bangunan yang berkaitan dengan kegiatan penambangan.
Dalam hal ini, Geomekanika merupakan ilmu yang memberikan andil yang cukup
besar dalam pemecahan masalah ataupun memberikan gambaran awal mengenai
kondisi fisik batuan dan tanah suatu wilayah. Dalam hal ini ilmu Geomekanika akan
lebih spesifik mempelajari kualitas batuan dari sistem RMRnya akan menentukan
tata guna wilayah dalam yang hendak dilakukan rekayasa bangunan/pembuatan
sistem jenjang dan terwongan (pada kegiatan underground mining).
Pembuatan sistem jenjang/terowongan dalam kegiatan penambangan pasti
akan memerlukan para ahli Geomekanika dan Geoteknik. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan pembuatan sistem jenjang Ultimate Pit Slope
(UPS), dimensi jenjang, dll.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Mekanika Batuan
Mekanika batuan adalah salah satu cabang ilmu geomekanika yang khusus

mempelajari sifat sifat mekanik batuan dan massa batuan serta pengaruh gaya
gaya geologi yang bekerja terhadap batuan itu sendiri. Hal ini menyebabkan
mekanika batuan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
penambangan seperti kegiatan pembuatan terowongan, pengeboran, penggalian,
peledakan, dan penggalian. Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu :

Kuat komperhensif tak tertekan (unakasial) yang diuji dengan suatu silinder

atau prisma terhadap titik pecahnya.


Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilia dimana suatu
piringan ditekan sepanjang diameter atau dengan uji langsung yang meliputi

tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan.


Kuat geser (shear strength) yang diuji secara langsung dalam suatu shear
box: atau diukur sebagai kompenen pecahan kompresi.
Dalam mempelajari aspek kekuatan batuan dikenal istilah RQD (Rock Quality

Designation) yaitu penandaan atau penilaian kualitas batuan berdasarkan kerapatan


kekar RQD penting untuk digunakan dalam pembobotan massa batuan (Rock Mass
Rating, RMR) dan pembobotan massa lereng (Slope Mass RatingI, SMR).
Perhitungan RQD bisa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan batuan
yang mengalami retakan retakan (baik lapisan batuan maupun kekar atau sesar)
berdasarkan rumus Hudson (1979, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) :

RQD=100 ( 0.1 +1 ) e0.1


adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang scan line (kekar/meter).
Makin besar nilai RQD, maka frekuensi retakannya kecil. Frekuensi retakan makin
banyak nilai RQD makin kecil. Dalam penilaian massa batuan (Rock Mass Rating),
maka presentase RQD diberikan penilaian berikut ditable dibawah ini:

Table 2.1
Presentase RQD

RQD
90 100
75 90
50 75
25 50
< 25

Nilai (%)
20
17
13
8
3

Jika frekuensi retakan = 20 kekar/meter, maka RQD = 40,6%


Jika frekuensi retakan = 11 kekar/meter, maka RQD = 69,9%
Jika frekuensi retakan = 5 kekar/meter, maka RQD = 90,6%
Jika frekuensi retakan = 2 kekar/meter, maka RQD = 98,2%

Tabel 2.2
Pembobotan Massa Batuan (Rock Mass Rating) Berdasarkan Klasifikasi
Geomekanika (Bineawski,1984)

2.2

Aplikasi Geomekanika Dalam Dunia Pertambangan


Sebelum menentukan rekayasa bangunan/sistem jenjang pada kegiatan

penambangan haruslah melakukan pengklasifikasian terhadap batuan, adapun


tujuan dari pengklasifikasian batuan sebagai berikut :

Mengidentifikasi parameter penting yang mempengaruhi perilaku massa

batuan.
Membagi formasi massa batuan kedalam kelompok yang mempunyai

karakteristik yang sama.


Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk suatu rancangan rekayasa

Selain itu tujuan lain dari pengklasifikasian bangunan dalam kajian rancang
bangunan/sistem jenjang kegiatan penambangan agar terciptanya keamanan serta
efisiensi kegiatan penambangan. Salah satu aplikasi ilmu Geomekanika dalam
kegiatan penambangan yaitu pembuatan sistem jenjang (benches). Sebagai
seorang

engineering

saat

melakukan

rencana

pembuatan

jenjang

harus

memperhatikan beberapa aspek yaitu :


1.
Menentukan Ultimate Pit Slope
Ultimate Pit Slope merupakan suatu kemiringan umum pada akhir operasi
penambangan yang tidak menyebabkan kelongsor sistem jenjang atau
jenjang masih dalam keadaan stabil. Ultimate Pit Slope (UPS) ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yaitu :
Stripping ratio yang diperbolehkan.
Sifat fisik dan mekanik batuan.
Struktur Geologi.
Jumlah air didalam batuan.
2.

Ukuran atau batas maksimum suatu kedalaman tambang pada akhir operasi.

3.

Dimensi jenjang (benches).

Gambar 2.1
Sistem Jenjang Pada Kegiatan Penambangan

Ketinggian jenjang yang aman ditetapkan dengan mempertimbangkan


keselamatan pekerja dan peralatan. Ketinggian jenjang berhubungan erat dengan
kestabilan permukaan yang aman adalah apabila alat alat yang beroperasi serta
pekerja yang bekerja melakukan kegiatan penambangan pada kondisi permukaan
yang stabil.

Gambar 2.2
Contoh Design Pit Penambangan

Biasanya besar hasil produksi yang dihasilkan dengan jenjang tunggal sangat
terbatas dan ditentukan oleh kapasitas alat, selain itu ditentukan oleh luas
permukaan kegiatan penambangan.
Dalam suatu penambangan dengan jenjang bertingkat umumnya digunakan
untuk menambang bahan galian endapan bijih tebal. Jenis batuannya harus kuat,
keras, serta kompak agar dapat mendukung beban yang ada diatasnya. Kemiringan
lereng dapat dibuat kebih vertikal jika daya dukung batuannya besar. Pit Slope
bervariasi diantara 300 - 600 dari horizontal. Hal ini bermaksud agar mendapatkan
perolehan bijih yang lebih banyak lagi.
Kestabilan jenjang perlu diperhatikan lebih mendetail terutama agar
terciptanya kegiatan penambangan yang aman. Untuk menghindari kecelakaan
beberapa cara dapat dilakukan dengan pembersihan bongkah bongkah batu yang

menempel pada dinding dinding jenjang, mengetahui daerah kritis, dan selalu
memonitor kegiatan pergerakan lempeng bumi.
4.

Kondisi Geografi dan Geologi


Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem penambangan
yang digunakan. Dari faktor topografi ini dapat ditentukan cara penggalian,
tempat penimbunan, overburden, penentuan jenis alat, jalur jalur jalan yang
dapat dipergunakan, dan sistem penirisan tambang.

5.

Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng merupakan aspek harus diperhatikan dalam kegiatan
penambangan. Apabila kestabilan lereng diabaikan akan menimbulkan
kerugian baik hilangnya nyawa pekerja maupun terganggunya kegiatan
produksi.

BAB III
KESIMPULAN

Ilmu Geomekanika memberikan andil yang cukup besar dalam pemecahan


masalah ataupun memberikan gambaran awal mengenai kondisi fisik batuan
dan tanah suatu wilayah sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan

dengan aman dan peningkatan produksi dapat tercapai.


Mekanika batuan merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
penambangan

seperti

kegiatan

pembuatan

terowongan,

pengeboran,

penggalian, peledakan, dan penggalian sehingga ketahan suatu rekayasa

bangun dapat tercapai, serta aspek tidak melupakan keselamatan dan tahan

terhadap gaya gaya geologi yang dapat merusaknya.


Dalam pembuatan sistem jenjang dalam kegiatan penambangan harus
memperhatikan beberapa faktor yaitu :
Menentukan Ultimate Pit Slope.
Ukuran atau batas maksimum suatu kedalaman tambang pada akhir
operasi.
Dimensi jenjang (benches).
Kondisi Geografi dan Geologi.
Kestabilan Lereng.
Dengan memperhatikan faktor faktor tersebut keselamatan pekerja
tambang terjamin dan efisiensi serta optimasi produksi tambang dapat
tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

None, name. http://okemining.blogspot.com/2012/06/pengantar-ilmugeoteknik-tambang.html. Diakses 7 Februari 2014


Prasetia, Hendi. 2011.Aplikasi Geomekanika Dalam Dunia
Pertambangan softango.com/extensions/tmp?source=fs&cid=3966.
Diakses 8 Februari 2014.
Bahder, Marindo. 2010. Stabilitas Lereng Di Tambang Terbuka.
http://tambgeophy-kov.blogspot.com/2012_09_23_archive.html.
Diakses 8 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai