Anda di halaman 1dari 5

CRITICAL JURNAL

Judul
Judul penelitian ini adalah The Effect Of Sao Paulos Smoke-Free Legislation On
Carbon Monoxide Concentration In Hospitality Venues And Their Workers
dimana sudah sesuai dan jelas, serta mampu menggambarkan isi jurnal.
Abstrak
Pada jurnal ini peneliti menyampaikan latar belakang dilakukannya penelitian ini
secara ringkas di dalam abstrak. Latar belakangnya yaitu dikarenakan beberapa
penelitian sebelumnya menyatakan ada hubungan erat antara secondhand smoke
(SHS) dengan resiko penyakit jantung koroner dan stroke. Selain itu adanya
beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada tingkat nilai yang aman
dari paparan asap rokok. tujuan penelitian ini juga dijelaskan secara singkat di
dalam abstrak yaitu untuk mengevaluasi dampak dari hokum larangan merokok di
kota Sao Paulo, Brasil, pada konsentrasi CO di Restoran, Bar, klub malam dan
tempat-tempat yang serupa, sekaligus melihat efeknya pada pekerja mereka.
Metode yang digunakan ialah dengan mengukur tempat-tempat tersebut dalam
lingkungan yang berbeda (indoor, semi-terbuka dan area terbuka ) serta udara
ekshalasi dari pekerja sebelum diberlakukan hokum larangan merokok dan 12
minggu setelahnya. Hasil lampiran dijelaskan dalam bentuk ppm dan dengan
kesimpulan bahwa hukum larangan merokok di kota Sao Paulo secara signifikan
mengurangi konsentrasi CO di tempat-tempat yang menjadi tempat penelitian.
Penulisan abstrak sudah tergambarkan dengan spesifik dan representatif dengan
isi artikel. Penulis juga sudah membuat abstrak secara ringkas dan dengan format
yang benar.
Latar Belakang
Setelah menjelaskan sedikit mengenai alasan mengapa dilakukannya penelitian ini
dan mengapa topic ini yang diambil di abstrak secara singkat, penulis menjelaskan
alasan lain di latar belakang, yaitu karena adanya pemberlakuan hukum larangan
merokok di kota Sao Paulo. Penulis ingin memberikan informasi pada penduduk

kota Sao Paulo mengenai dampak dari pemberlakuan hukum tersebut dan
akhirnya penduduk mantap untuk melakukan perubahan perilaku merokok
mereka.
Penelitian ini penting dan sangat relevan terhadapa adanya hukum larangan
merokok tersebut. Dalam latar belakang ini juga sudah dicantumkan landasan
teori mengapa penelitian ini dilakukan yaitu karena adanya CO yang terkandung
dalam asap rokok yang dapat berikatan dengan Hb membentuk COHb yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitias pengiriman oksigen ke seluruh tubuh. CO
juga mudah diukur dan merupakan polutan paling penting dalam asap rokok.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua fase yaitu masa sebelum penerapan
larangan merokok, dan kedua setelah 12 minggu larangan merokok diterapkan.
Penelitian menggunakan agen dan tempat yang sama. Mereka diinstruksikan
untuk menerapkan informed consent untuk pekerja merokok dan non-merokok
tempat ini dan kemudian mengukur CO dari hembusan nafas mereka. Pekerja
dipastikan merupakan pekerja yang bekerja di ruang tertutup dari tempat yang
dikunjungi. Hanya pekerja dalam kesehatan yang baik yang diundang untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, dan kemudian mereka diberi lembar
persetujuan. Adanya perbedaan jumlah sampel ialah dikarenakan adanya pekerja
yang off-duty atau tidak lagi bekerja di tempat tsb pada saat survei dilakukan.
Pengukuran kadar CO di dalam ruangan diambil selama hari sibuk dalam satu
minggu yaitu hari kamis, jumat, atau sabtu dari pukul 21.00 dan 03.00.
Peralatan yang pertama kali digunakan adalah ToxCo (Bedfont Ilmiah; Rochester,
Inggris), perangkat portabel kecil untuk mengukur konsentrasi CO lingkungan,
yang memiliki layar dengan dua angka, yang pertama menunjukkan ukuran CO
pada real time dan yang kedua menunjukkan tingkat nilai tertinggi yang dicapai
dalam ukuran ini. Yang kedua adalah pico (Bedfont Scien-tific; Rochester,
Inggris), yang memiliki mekanisme yang sama sebagai ToxCo, tetapi untuk
mengukur konsentrasi CO manusia. Hanya saja pekerja yang ikut diperiksa kadar
ekshalasinya berbeda. Namun penulis telah menjelaskan bahwa hal tersebut

dikarenakan beberapa hal yaitu adanya waktu shift kerja. Data yang dikumpulkan
dari tempat dibandingkan dengan data yang diperoleh oleh CETESB yang terletak
di berbagai bagian di kota So Paulo, sesuai daerah tempat data dikumpulkan.
CETESB merupakan stasiun otomatis yang mengukur CO dan polutan lainnya di
jalan-jalan. Data ini digunakan untuk menguji apakah mungkin pengurangan CO
dapat dipengaruhi oleh kondisi lain, seperti elemen meteorologi.
Metode yang digunakan penulis sesuai dengan tujuan penelitian yang ia lakukan.
Namun penulis tidak menjelaskan mengapa ia memilih waktu penelitian 12
minggu setelah hukum diberlakukan. Tidak ada penjelasan secara ilmiah yang
disampaikan dalam pemilihan waktu. Seharusnya peneliti menjelaskan landasan
teori mengenai keadaan paru yang telah dikurangi paparan asap rokok. Sehingga
penduduk kota Sao Paulo sedikit memahami perubahan yang terjadi pada tubuh
mereka setelah adanya pengurangan paparan asap rokok. Selain itu, indikator
biologis yang digunakan untuk melihat efektifitas dari hukum yang diberlakukan
hanya CO, lebih baik lagi jika penulis dapat meneliti indikator biologis lainnya
dalam penelitian ini, misalnya nikotin.
Hasil
Hasil telah didapat dengan mengumpulkan data pada 585 tempat selama periode
sebelum hukum diberlakukan dan tempat-tempat 559 selama periode setelah
hukum diberlakukan. Terdapat perbedaan yang signifikan terdapat pada ruangan
tertutup, semi-terbuka, dan terbuka (p < 0.001) di semua tempat dilakukannya
penelitian. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang. Beberapa
tempat tidak dapat dilakukan pengukuran karena beberapa bisnis tutup setelah
hukum diberlakukan. Tingkat CO yang berarti secara signifikan lebih tinggi
diamati pada karyawan yang Merokok daripada di karyawan yang tidak merokok
(p < 0.001 dalam survei pra-pemberlakuan hukum; p < 0.001 dalam survei pasca
hukum diberlakukan.
Kualitas udara di kota berdasarkan data dari Environmental Agency of Sao Paulo
(CETESB) sebelum larangan diberlakukan 0.94 ppm dan setelah larangan
diberlakukan 0.66 ppm. Level CO ekshalasi pada pekerja perokok (15,78 ppm)

lebih besar dari yg tidak merokok (11,5 ppm) baik sebelum maupun sesudah
larangan diterapkan. Koefisien korelasi lebih tinggi pada pekerja yang tidak
merokok (0,79) daripada yang merokok (0,32). Data ini disajikan dalam bentuk
tabel dan diagram sebaran. Adanya penurunan kadar CO walaupun para pekerja
tetap merokok setelah larangan diberlakukan. Ini dikarenakan pekerja perokok
mengurangi jumlah batang rokok yang dihisapnya per hari. Data ini disajikan
dalam bentuk diagram batang. Hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan dan
metode yang dilakukan. Penyajian data dalam bentuk tabel dan diagram
memudahkan pembaca untuk melihat hasilnya.
Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan konsentrasi CO yang jelas di
hampir semua tempat yang dikunjungi dimana ruangan tertutup memilki hasil yg
paling signifikan. Mengenai penggunaan kompor yang dapat mempengaruhi
pengukuran CO, ternyata memberikan efek yang membingungkan. Karena dari
hasil yang didapat selama penelitian didapat bahwa restoran merupakan tempat
dengan CO rata-rata terendah diantara semua jenis tempat. Terdapat beberapa
penelitian lain yg meneliti biological marker SHS lain sebelum dan sesudah
larangan merokok diberlakukan, dan mereka menemukan adanya penurunan di
semua jenis produk tersebut yang juga menunjukkan bahwa adanya korelasi yg
erat antara CO exhalasi dan partikel asap rokok. Menurut CETESB kadar CO di
jalan berkurang 1 ppm setelah berlakunya larangan merokok. Hasil lain yang
menarik ialah pengaruh SHS pada konsentrasi CO di udara exhalasi pekerja yg
merokok tidak dipengaruhi oleh jumlah rokok yg dikonsumsi. Sayangnya penulis
tidak menjelaskan lebih lanjut landasan teori yang mungkin berhubungan dengan
fakta dari penelitian tersebut. Namun peneliti telah menggunakan penelitian lain
yang relevan yang dapat mendukung hasil dari penelitiannya dan hasil yang
didiskusikan menjadi terlihat lebih objektif.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah adanya penurunan konsentrasi CO di lingkungan
yg signifikan setelah diberlakukannya undang-undang larangan merokok di

hospitality avenue. Dimana temuan tersebut konsisten baik di lingkungan dan


tingkat individu dan data dari hasil penelitian ini dapat memperkuat kebutuhan
untuk mendukung kampanye bebas rokok. Kesimpulan dapat menjawab tujuan
penelitian ini dilaksanakan.
Referensi
Terdapat satu referensi yang tahun penerbitanya ialah 2001, dimana referensi
tersebut terlalu lama untuk digunakan (McGrath JJ. Biological plausibility for
carbon monoxide as a copollutant in PM epidemiologic studies. Inhal Toxicol
2001;12:91e107).

Anda mungkin juga menyukai